11
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Secara umum pengertian musik tiup adalah alat musik yang bunyinya bersumber dari getaran udara atau aerofon dan cara memainkannya adalah dengan
cara meniupnya. Instrumen musik tiup terdiri atas banyak jenis materi dasar pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain
sebagainya. Tulisan ini bermaksud untuk meneliti salah satu jenis materi dasar dari istrumen musik tiup tersebut yang dimaksudkan di dalam tulisan ini adalah
alat musik yang dikenal dengan nama brass, yang artinya kuningan. Contohnya antara lain : terompet, saksofon, trombone, horn dan lain lain. Brass pada awalnya
adalah instrumen yang berkembang dalam kebudayaan barat. Di dalam kebudayaan masyarakat Karo dikenal juga istilah musik tiup,
yang pada awalnya konsep istilah tersebut tidak jauh berbeda dengan pengertian musik tiup secara umum di atas, begitu juga dengan materi dasar pembentuknya
antara lain kuningan , logam, kayu, bambu dan lain sebagainya. Sampai saat ini penulis belum bisa memastikan kapan pastinya musik tiup mulai masuk ke dalam
kebudayaan masyarakat Karo. Tetapi, dari beberapa hasil wawancara, diskusi, dan juga hasil pengamatan penulis mengenai perkembangan musik tiup ini sendiri,
sampai saat ini ada di salah satu lembaga kerohanian di daerah Karo yaitu suatu lembaga gereja GBKP yang dimana di dalamnya terdapat beberapa grup musik
tiup yang masih tetap eksis sampai saat ini.
Universitas Sumatera Utara
12
Gereja GBKP tersebut juga merupakan hasil dari perkembangan yang terjadi disebabkan masuknya agama Kristen ke tanah Karo yang dibawakan oleh
misionaris berkebangsaan Belanda yang bernama Pdt.H.C.Kruyt sekitar tahun 1890, dimana pusat penginjilan pertamanya berada di Desa Buluh Awar yang
selanjutnya berpindah ke kota Kabanjahe. Dari hasil wawancara penulis dengan bapak Pt.Iswanta Sembiring pimpinan Nazareth Musik Tiup, Sekitar pada tahun
1965 para misionaris berkebangsaan Jerman juga datang ke Tanah Karo dalam rangka menyebarkan injil, seiring dengan masuknya injil tersebut para misionaris
juga membawa alat-alat musik brass sebagai pengiring ibadah pada kebaktian minggu sehingga proses ibadah menjadi lebih menarik.
Para misionaris yang sekaligus menjadi pemain musik tiup tersebut pada awalnya menggunakan alat terompet, trombone, horn, tuba untuk mengiringi
kebaktian minggu. Seiring berjalannya waktu mereka mengajari masyarakat setempat untuk mengiringi kebaktian minggu. Dan khususnya di Desa surbakti
terbentuklah sebuah grup musik tiup yang bernama NAZARETH MUSIK. Pada perkembangan selanjutnya, grup inilah yang menggantikan fungsi para misionaris
tersebu t untuk memainkan musik tiup dalam mengiringi kebaktian minggu. Grup ini pun mengalami perkembangan dalam perjalanannya. Grup yang pada awalnya
hanya mengiringi kebaktian minggu, sudah berkembang menjadi grup komersil yang dapat disewa untuk mengiringi acara-acara kebaktian lainnya diluar
kebaktian minggu di gereja. Selanjutnya sampai sekarang ini, grup musik tiup ini sudah mengiringi upacara-upacara adat seperti upacara kematian dan juga acara
pemberkatan pernikahan khususnya dalam lembaga gereja yaitu GBKP.
Universitas Sumatera Utara
13
Perkembangan Nazareth Musik ini juga terjadi dalam instrumentasinya. Grup yang pada awalnya hanya terdiri dari instrumen terompet, trombone, horn,
dan tuba berkembang dengan penambahan beberapa alat musik seperti gitar bass, drum, dan keyboard. Perkembangan instrumen tersebut secara otomatis
mempengaruhi pola musikal musik tiup tersebut. Perubahan-perubahan pada Nazareth Musik inilah yang menyebabkan
mereka tetap eksis, Nazareth Musik Tiup juga tetap mampu bertahan dan sering dipanggil untuk mengisi upacara-upacara perkawinan dan kematian, melihat hal
tersebut, penulis merasa tertarik untuk meneliti dan menuliskan tentang Nazareth Musik Tiup dan bagaimana perkembangannya pada masyarakat Karo ke dalam
skripsi yang berjudul: “DINAMIKA NAZARETH MUSIK TIUP DI DESA SURBAKTI KECAMATAN SIMPANG IV KABUPATEN KARO.”
1.2. Pokok Permasalahan