26
kelompokpemberi dara bagi keluargamargatertentu. Dalam kehidupan sehari- hari sering juga disebut dibata ni idahTuhan yang kelihatan, karena
kedudukannya sangat dihormati dalam kebudayaan masyarakat Karo. Selain itu marga juga adalah suatu dasar penyusunan sistem kekerabatan
bagi masyarakat Karo. Apabila seseorang berkenalan dan menyebutkan marga nya, mereka bisa langsung ertuturtata cara seseorang berkenalanberbicara yang
berkaitan dengan selsilah dan sistem kekerabatandiantara mereka. Biasanya apabila seseorang berkenalan dengan pria lain yang ternyata satu marga
dengannya, maka diantara kedua orang ini akan terjalin sebuah rasa persaudaraan dengan sendirinya. Marga juga memiliki peranan penting dalam mengatur
hubungan kekeluargaan yang di sebabkan perkawinan dan hubungan darah garis keturunan. Sesuai dengan sistem kekerabatan patriliniel dan prinsip rakut sitelu,
maka orang Karo baik pria maupun wanita yang se-marga tidak boleh menikah karena mereka memiliki ikatan satu marga. Karena itu seorang pria Karo
dianjurkan untuk menikah dengan wanita yang se-beru dengan ibunya ataupun wanita lain dengan beru lain yang tidak sama dengan marga-nya sendiri.
2.3.2 Adat Istiadat
Dalam kehidupan masyarakat Karo di Desa Surbakti setidaknya ada dua upacara adat yang pasti dilaksanakan oleh sebuah keluarga yaitu, upacara adat
pernikahan dan upacara adat kematian. Secara umum orang Karo membagi Upacara kematian ini menjadi 3 yaitu
1. Cawir metua disebut cawir metua, apabila umur anak yang meninggal sudah lanjut beranak-cucu, cicit, atau cacah dan semua anak-anaknya sudah sudah
Universitas Sumatera Utara
27
berkeluarga. Inilah kriteria untuk cawir metua. Namun ada kalanya orang yang meninggal itu sudah berusia lanjut, tetapi masih ada anaknya yang belum
berkeluarga, maka dalam keadaan demikian bisa dilaksanakan adat cawir metua dengan persetujuan kalimbubu dan anak yang belum kawin tersebut.
2. Tabah-tabah galuh apabila umur yang meninggal dunia belum lanjut, tetapi anak-anaknya sudah berkeluargasai utang.
3. Mate nguda apabila umur yang meninggal dunia masih mud, bisa jadi belum kawin, atau sudah kawin dan anak-anaknya belum semua berkeluarga. Mate
nguda ini boleh jadi meninggal sebelum berkeluarga atau ketika masih anak-anak. Disamping kedua upacara adat tersebut diatas masih ada beberapa
upacara-upacara adat lain yang juga dilakukan oleh masyarakat Karo dalam kehidupan mereka yaitu, memasuki rumah baru, adat mereken toktok, ciken
,bulang, tudungupacara penghormatan terhadap orang tua yang usianya sudah lanjut usia yang dilakukan oleh sangkep ngeluhnya, adat mesur-mesuri upacara
tujuh bulanan bagi perempuan yang sedang hamil dan mengandung anak pertama dan acara-acara adat lainnya.
2.3.3. Sistem Religi
Sistem religi berarti sistem kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini masyarakat desa Surbakti uumnya sudah menganut agama tertentu.
Walaupun masyarakat Karo biasa diidentikkan dengan agama Kristen akan tetapi ternyata tidak semua masyarakat Karo di desa Surbakti menganut agama Kristen
Protestan atau Katolik. Di antaranya ada juga yang menganut agama lain seperti islam, Hindu dan Buddha meskipun dalam jumlah yang kecil. Selain itu ada juga
Universitas Sumatera Utara
28
diantara masyarakat Karo di desa Surbakti ini yang tidak menganut agama tertentu tetapi menganut aliran kepercayan parmalim dan aliran kepercayaan
lainnya.
2.3.4. Tingkat Pendidikan