Strategi Novel Melakukan Konstruksi Realitas

commit to user 21 mau tak mau – meski tidak selalu adalah sebagai penyebar nilai dan kesadaran yang akan mewarnai pertarungan ideologi dan sosial politik antara kelas-kelas sosial yang ada dalam hubungan produksi itu. Pengarang secara sadar atau tidak bernafsu ingin menyajikan realitas dalam novel atau cerpennya. Realitas sosial kemudian dikonstruksikan sedemikian rupa, dengan intervensi subjektivitas imajinasi pengarang menjadi sebuah bentuk baru yaitu fiksi. Maka dari itu novel dianggap sebagai sebuah dokumen sosial budaya, sebab lahir ditengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya. Kehadiran novel merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Pengarang sebagai subjek individual, dimaknai oleh Tri Adi Nugroho, yaitu mencoba menghasilkan pandangan dunianya vision du monde kepada subjek kolektifnya lewat penghadapan yang intens, keras terhadap realitas. Signifikasi yang dielaborasikan subjek individual terhadap realitas sosial di sekitarnya menunjukkan sebuah karya berakar pada kultur dan masyarakat tertentu. 35 Ia hadir sebagai dokumen sosial budaya, yang pada tingkat kesadaran yang tinggi apa yang diajukan sastrawan adalah hasil dari dialog antara dirinya dengan lingkungan realitas sedangkan pada kesadaran rendah karya novel itu adalah pantulan dari lingkungan realitas.

4. Strategi Novel Melakukan Konstruksi Realitas

Elemen dasar seluruh isi karya sastra novel adalah bahasa sebagai alat vital dalam proses komunikasi antara pengarang dengan pembacanya. Dengan bahasa pengarang hendak menyampaikan maksud dan tujuannya, melalui apakah itu 35 Tri Adi Nugroho, “Ketika Ilmu Sosial Bersanding dengan Sastra”, dalam Jurnal Solid LPM Solidaritas, Banyumas: 2004: 94-95 commit to user 22 representasi sosial hasil dari konstruksi pengarang atas realitas sosial, ada yang menyebutnya novel sejarah, jika itu bersandar pada realitas historis, atau novel sosial, yang mengambil peristiwa sosial saat itu sebagai konsep dasar bercerita atau mungkin lebih bersifat imajiner, tanpa sangkut pautnya dengan realitas sosial. Novel sosial bisa juga berisi pesan-pesan sosial seperti; kemanusiaan, pendidikan, kesenjangan sosial.dsb. Pengarang sebuah novel memunyai strategi atau pola-pola tersediri untuk menyampaikan pesan ceritanya. Di sini, tentunya adanya pemilihan-pemilihan bahasa atau gaya bahasa, yang bersifat simbolik. Jika, misalnya novel sejarah atau novel sosial hendak berbicara, pengarang pun harus mempertimbangkan simbol- simbol, misalnya yang berkaitan dengan peristiwa sejarah atau sosial di masyarakat itu. Pemakaian simbol-simbol ini sebagai bentuk komunikasi, di mana pengarang sebagai komunikator membentuk citra-citra atau makna-makna melalui sistem simbolik. Pemilihan kata, penyusunan kalimat, gaya yang dipakai, atau penokohan oleh pengarang dipilih secara cermat, guna maksud dan tujuannya. Misalnya saat karakater tokoh dalam menghardik, membentak, menangis, sombong, membantai, mengejek atau bentuk lainnya, benar-benar didasarkan pada pertimbangan tertentu. Simbol-simbol yang dipakai tersebut, sangat mempengaruhi makna yang muncul. Simbol-simbol ini dapat dijelaskan melalui teori semiotika. 36 Pandangan semiotika, teks misal, novel dipandang penuh sebagai tanda entah dari 36 Semiotik berasal dari kata Yunani: Semeion tanda. Semiotika adala ilmu yang mempelajari tentang tanda-tanda signs berdasarkan kode-kode tertentu. Tanda tersebut dianggap sebagai representasi dari objek Bahasa dimaknai sebagai sistem tanda. Fenomena sosial dan kebudayaan diartikan juga sebagai tanda-tanda, lihat dalam Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra Epsitemologi, Model, Teori, dan Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka Wedyatama, 2003: 64 commit to user 23 pemakaian kata, istilah, frase, atau gaya bahasanya pun. Teks sastra dimaknai sebagai sarana komunikasi novel antara pengarang dan pembacanya melalui kode- kode tertentu. Dalam semiotik, tanda mempunyai dua aspek yaitu penanda signifier dan petanda signified. Penanda adalah bentuk formalnya yang menandai sesuatu yang disebut petanda, sedangkan petanda adalah sesuatu yang ditandai oleh petanda itu yaitu artinya misalnya kata “ibu” merupakan tanda berupa satuan bunyi yang menandai arti: “orang yang melahirkan kita”. Dalam tanda masih dijabarkan lagi dalam tiga macam yaitu ikon, indeks, dan simbol. Hubungan antara tanda, rujukan dan pikiran sehingga menimbulkan makna lazim diilustrasikan dalam Hubungan Segitiga Makna Triangle Meaning. Menurut Pierce bagan 3 salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. 37 . Hubungan ketiganya dapat digambarkan sebagai berikut: BAGAN 4 Elemen Makna Peirce 38 37 John Friske, Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra, 2004: 63 38 Ibid., hal. 115. commit to user 24 Fungsi tanda adalah mencapai suatu tujuan; untuk kepentingan komunikator, tanda berfungsi a untuk menyadarkan sense pendengar akan sesuatu yang dinyatakannya untuk kemudian supaya memikirkannya, b untuk menyatakan perasaan feeling atau sikap dirinya terhadap suatu objek, c untuk memberitahukan convey sikap sang pembicara terhadap khalayaknya, dan d untuk menunjuk tujuan dan hasil yang diinginkan oleh si pembicara atau penulis baik disadari atau tidak disadari. 39 Bagi komunikan, tanda berfungsi a menunjukkan indicating pusat perhatian, b memberi ciri characterizing, c membuat dirinya sadar akan permasalahannya realizing, d memberi nilai value positif atau negatif, e memengaruhi influencing khalayak untuk menjaga atau mengubah status quo, f untuk mengendalikan suatu kegiatan atau fungsi, g untuk mencapai suatu tujuan purposing yang ingin dicapainya dengan memakai kata-kata tersebut. 40

5. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Pembentukan Wacana Novel