Bahasa, Representasi dan Interpretasi

commit to user 34

8. Bahasa, Representasi dan Interpretasi

Merupakan tiga hal yang tidak bisa dipisahkan dalam mendiskusikan makna. Representasi menurut Baker merupakan cara bagaimana kita mengkonstruksikan realitas sosial, dimana dalam hal ini dibutuhkan untuk mengeksplorasi makna-makna tesktual yang melekat pada suara, prasasti, obyek, image, buku, majalah, program televisi dsb. Yang diproduksi, diberlakukan, digunakan dan dipahami dalam konteks sosial yang spesifik. 62 Secara semantik, representasi bisa diartikan to depict, to be a picture of, atau to act or speak for in the place of, in the name of somebody. untuk menggambarkan, untuk menjadi gambar, atau untuk bertindak atau berbicara untuk di tempat, dalam nama seseorang Berdasarkan kedua makna tersebut, to represent bisa didefinisikan sebagai to stand for. Ia menjadi sebuah tanda a sign untuk sesuatu atau seseorang, sebuah tanda yang tidak sama dengan realitas yang direpresentasikan tapi dihubungkan dengan, dan mendasarkan diri pada realitas tersebut. Jadi representasi mendasarkan diri pada realitas yang menjadi referensinya. 63 Representasi adalah hubungan antara konsep-konsep dan bahasa yang memungkinkan pembaca menunjuk pada dunia yang sesungguhnya dari suatu obyek, realitas, atau pada dunia imajiner tentang obyek fiktif, manusia atau peristiwa. Eriyanto menyebutkan bahwa ada dua hal berkait dengan representasi yakni, pertama: apakah seseorang, kelompok atau gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya, apa adanya ataukah diburukkan. Penggambaran yang 62 Barker. Chris, Cultural Studies : Theory and Practice,London: Sage Publications, 2000, hal.8 63 Noviani, Ratna, Jalan Tengah Memahami Iklan, Yogyakarta, Pustaka Pelahar, 2002, hal 61 commit to user 35 tampil biasanya adalah penggambaran yang buruk dan cenderung memarjinalkan seseorang atau kelompok tertentu. Hanya citra buruk saja yang ditampilkan sementara citra atau sisi yang baik luput dari penampilan. Kedua: bagaimana representasi tersebut ditampilkan, dengan kata, kalimat, aksentuasi dan bantuan foto macam apa seseorang atau kelompok atau gagasan tersebut ditampilkan dalam program. 64 Peter L. Berger Thomas Luckman, di dalam The Social Construction of Reality, berbicara mengenai sebuah konsep sosialogi tentang realitas. Apa yang diterima sebagai realitas, sebagai pengetahuan, semuanya dikonstruksi secara sosial, artinya dibentuk oleh masyarakat dimana realitas itu mengambil tempat. Salah satu sarana representasi adalah bahasa yang merupakan sarana komunikasi yang utama untuk menyampaikan ide-ide. Pemikiran-pemikiran dan reotrika- reotrikan. Cohen menjelaskan bahwa bahasa adalah sarana representasi siapa diri kita dan apa yang kita ketahui yang mencakup kepercayaan, sikap, nilai dan ideologi. Dengan kata lain, pandangan tentang representasi tersebut menjelaskan ide-ide yang dibuat oleh seseorang, biasanya disebut ‘subyek’, tentang obyek didunia bahasa sebagai representasi dapat dibentuk dengan style, semiotic, dan metaphora. 65 Masalah mendasar dalam penggunaan bahasa adalah masalah makna simboltanda. Bahasa dan makna yang dirujuk sangat syarat dengan “intepretasi”, bersifat arbitrary. Makna bahasa dapat tersurat secara lugas, namun dapat juga hanya tersirat yang maknanya harus dikaji menurut kontak ruang dan waktu. 64 Dalam Eriyanto Ibid hal 113 65 di lihat, dalam tesis Marhaeni. Dian, Wacana Kapitalis dalam Iklan anak-anak di media Televisi. Universitas Sebelas Maret, 2006 Cohen, Jodi R. Communication critiscim. London: Sage publication.1998 commit to user 36 Norman Fairclough menjelaskan fungsi representasi berkaitan dengan cara-cara yang dilakukan untuk menampilkan realitas sosial ke dalam bentuk teks. 66 Yang melihat bagaimana penempatan dan fungsi bahasa dalam hubungan sosial khususnya dalam kekuatan dominan dan ideologi. Menurut Fairclough analisis wacana kritis adalah, bagaimana bahasa menyebabkan kelompok sosial yang ada bertarung dan mengajukan ideologinya masing-masing, melihat pemakaian bahasa tutur dan tulisan sebagai praktik sosial. Praktik sosial dalam analisis wacana dipandang menyebabkan hubungan yang saling berkaitan antara peristiwa yang bersifat melepaskan diri dari sebuah realitas, dan struktur sosial. Dalam memahami wacana naskahteks kita tak dapat melepaskan dari konteksnya. Untuk menemukan ”realitas” di balik teks kita memerlukan penelusuran atas konteks produksi teks, konsumsi teks, dan aspek sosial budaya yang mempengaruhi pembuatan teks. Dikarenakan dalam sebuah teks tidak lepas akan kepentingan yang bersifat subjektif. Untuk menemukan ”realitas” di balik teks kita memerlukan penelusuran atas konteks produksi teks, konsumsi teks, dan aspek sosial budaya yang mempengaruhi pembuatan teks. Dikemukakan oleh Fowler, Representasi baik dalam pers atau bentuk media dan discourse lainnya adalah sebuah praktek yang membangun constructive practice, peristiwa atau ide dikomunikasikan secara netral dalam struktur alamiah sebagaimana dengan struktur aslinya. Hal ini disebabkan peristiwa atau ide tersebut harus ditransmisikan melalui medium dengan struktur 66 Norman Fairclough diakses http:www.ling.lancs.ac.ukstaffnormancritical discours analysis.doc commit to user 37 nilai-nilai sosial yang membuat perspektif secara potensial dalam peristiwa atau ide. 67 Fowler dkk menjelaskan bahwa ideologi dan kekuasaan tercermin dan terekspresikan dari teks, sementara dalam model Fairclough antara teks di satu sisi dengan masyarakat atau kekuasaan disisi lain, tidak bekerja secara langsung tetapi melalui mediasi. Fowler berpandangan ideologi tercermin dari pemakaian kata, kalimat dan pemakaian bahasa yang dipakai. Pemakaian kata, kalimat atau bahasa tertentu menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain yang secara langsung menggambarkan pertarungan sosial diantara pihak-pihak yang terlibat didalam masyarakat. Atau dalam bahasa yang sering dipakai Fowler, bahasa adalah ideologi itu sendiri. 68 Seperti dalam penelitian ini, Model ini menghubungan antara analisis linguistik dengan analisis sosial yang melihat bagaimana realitas tergambar, dimengerti, dan dimaknai lewat bahasa yang tercermin pada pemakaian kata dan kalimat.

9. Pendidikan Pondok Pesantren