commit to user
24 Fungsi tanda adalah mencapai suatu tujuan; untuk kepentingan
komunikator, tanda berfungsi a untuk menyadarkan sense pendengar akan sesuatu yang dinyatakannya untuk kemudian supaya memikirkannya, b untuk
menyatakan perasaan feeling atau sikap dirinya terhadap suatu objek, c untuk memberitahukan convey sikap sang pembicara terhadap khalayaknya, dan d
untuk menunjuk tujuan dan hasil yang diinginkan oleh si pembicara atau penulis baik disadari atau tidak disadari.
39
Bagi komunikan, tanda berfungsi a menunjukkan indicating pusat perhatian, b memberi ciri characterizing, c membuat dirinya sadar akan
permasalahannya realizing, d memberi nilai value positif atau negatif, e memengaruhi influencing khalayak untuk menjaga atau mengubah status quo,
f untuk mengendalikan suatu kegiatan atau fungsi, g untuk mencapai suatu tujuan purposing yang ingin dicapainya dengan memakai kata-kata tersebut.
40
5. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Pembentukan Wacana Novel
Seperti halnya sebuah media massa, novel pun hadir dalam pertarungan idealis pengarangnya. Dirinya hendak berbicara atau mengungkapkan persoalan
tertentu dalam perspektif subjektif seorang pengarang. Bagaimana wacana yang dikemukakan merupakan pergulatan panjang seorang pengarang, untuk sampai
pada keputusan bahwa teks tersebut sudah menjadi final decision. Terdapat sebuah motif amat penting dalam menulis novel. Jean Paul Sartre pernah
39
Ibnu Hamad, Ibid. hal. 19
40
Ibid., hal 19-20
commit to user
25 mengatakan sebagai berikut: “Mengapa saya mengarang? Untuk siapa saya
mengarang? Apa yang saya inginkan dengan karangan itu?
41
Pernyataan tersebut cukup membuat kita sadar bahwa apa yang dimunculkan pengarang, sangat
dipengaruhi berbagai faktor. Faktor internal dan eksternal yang ada disekitar pengarang sangat
menentukan bagaimana bentuk sebuah wacana akan dipaparkan nantinya. Faktor internal, seperti ideologi yang dipegang pengarangnya, bahan-bahan bacaan,
pengalaman dan pengetahuan hidup, latar belakang pendidikan, agama, gologan, ras, dan sebagainya.
42
Faktor yang berasal dari dalam tubuh pengarangnya tak lain juga transformasi dari wacana yang berkembang di masyarakat umumnya, ini
yang kemudian disebut sebagai faktor eksternal. Kondisi sosial politik pemerintahan, sejarah perkembangan negara, ideologi masyarakatnya atau negara
yang berkuasa, ikut memberi kontribusi dalam membentuk perspektif seorang pengarang dalam menulis sebuah wacana dalam novel. Pengarang tidak akan
pernah bisa lepas dari kehidupan masyarakatnya, karena dirinya pun berasal dari sana. Bagaimanapun apa yang dikatakan dalam sebuah novel adalah sebuah
representasi realitas dan peristiwa yang terjadi dalam batin seorang pengarang yang sering menjadi bahan sastra adalah pantulan hubungan seseorang dengan
Tuhan, alam semesta, masyarakat, manusia lainnya, dan dirinya sendiri.
41
H. Bahrum Rangkuti, Imajinasi, Observasi, dan Intuisi pada Cerpen Langit Makin Mendung, lihat pada Dahlan, Muhidin M dan Mujib Hermani ed.. Pledoi Sastra: Kontroversi Cerpen
Langit Makin Mendung Ki Pandjikusmin. Yogyakarta: Melibas, 2004., hal.327
42
Sastra merupakan suatu eksperimen moral yang tuangkan oleh pengarang melalui bahasa, dan kehidupan itu sendiri merupakan kenyataan social. Dirinya juga sebuah refleksi transformasi
pengalaman hidup dan kehidupan manusia, baik secara nyata ada maupun hanya rekaan semata, yang dipenggal-penggal dan kemudian dirangkai kembali dengan imajinasi, persepsi, dan keahlian
pengarang serta disajikan sebuah media. Diambil dari Puji Santosa, Kekuasaan, Ideologi, dan Politik dalam Dunia Kesusastraan, dalam Dr. Soediro Satoto dan Drs. Zainuddin Fananie ed.,
Sastra: Ideologi, Politik, dan Kekuasaan, Surakarta: Muhammadiyah University Press: 2000:251
commit to user
26
6. Pendidikan sebagai Komunikasi