commit to user
26
6. Pendidikan sebagai Komunikasi
Manusia bukan hanya makhluk biologis seperti halnya hewan. Manusia adalah makhluk sosial dan budaya. Di samping kepandaian-kepandaian yang
bersifat jasmaniah skill, motor ability, seperti merangkak, duduk, berjalan tegak, lari, naik sepeda, makan dengan sendok, dan sebagainya, anak manusia juga
membutuhkan kepandaian-kepandaian yang bersifat rohaniah. Maka jelaslah kemudian, apabila belajar menjadi sangat penting bagi kehidupan seorang
manusia.
43
Anak manusia membutuhkan waktu yang lama untuk belajar sehingga menjadi manusia dewasa, kapanpun dan dimanapun berada. Manusia
dilahirkan dengan tugas, panggilan dan tanggung jawab untuk menjadi pembelajar, pemimpin, dan guru bangsa, sebagai wujud dari tri-tugas
kemanusiaan universal.
44
Sebagai landasan penguraian mengenai kebutuhan belajar, berikut ini akan dikemukakan secara ringkas beberapa definisi belajar:
45
6. Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning 1975 mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah
laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu.
7. Gagne, dalam buku The Conditions of Learning 1977 menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi
43
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004, hal 84.
44
Andrias Harefa, Mutiara Pembelajar, Yogyakarta: Gloria Cyber Ministries, 2001, hal 19.
45
M. Ngalim Purwanto, Op.Cit, hal 84.
commit to user
27 ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya
berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.
8. Morgan, dalam buku Introduction to Psychology 1978 mengatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam
tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
9. Witherington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.
Di samping berbagai pengertian dan faktor dalam belajar di atas, Paulo Freire menegaskan bahwa belajar studying itu sendiri merupakan pekerjaan yang
cukup berat dan menuntut sikap kritis-sistematik systematic critical attitude dan kemampuan intelektual yang hanya dapat diperoleh dengan praktik langsung,
sehingga sikap kritis manusia sama sekali tidak dapat dihasilkan oleh pendidikan yang bergaya bank banking education.
46
Dalam pendidikan gaya bank ini, yang dibutuhkan pembaca bukanlah pemahaman akan isi, tetapi sekedar hafalan
memorization. Lain halnya dengan visi pendidikan kritis, di mana seorang pembaca merasa tertantang oleh teks yang disodorkan sehingga tujuan membaca
adalah untuk memahami appropriate makna yang lebih dalam.
47
46
Paulo Freire , Politik Penddikan, Yogyakarta: REaD Pustaka Pelajar, 2000,hal 28.
47
Ibid,. hal 29.
commit to user
28 Bagi Paulo Freire kegiatan mengajar sendiri dipahami bukan sebagai
proses memindahkan pengetahuan dengan hapalan, melainkan melalui proses mengajar suatu bidang itulah seorang guru diharapkan mampu mengajarkan
siswa-siswinya untuk sungguh-sungguh belajar dan bukan untuk menghapal.
48
Sebab pada dasarnya, proses mengajar adalah tindakan kreatif dan kritis dan bukan hanya mekanis belaka. Sedangkan belajar adalah belajar untuk belajar dan
bukan belajar untuk menghapal, di mana dituntut keaktifan siswa untuk mengolah sendiri secara kritis bahan yang dipelajari serta memahami alasan why dari objek
dan isi yang dipelajari.
49
Dengan demikian setelah proses pembelajaran itu selesai, siswa sendiri akan tetap terus belajar dan mengembangkan diri hingga akhirnya
mengubah diri. Dalam praktik pembelajaran problem posing, pembelajaran sekaligus menjadi proses konsientisasi, penyadaran akan hidup, situasi siswa, dan
dengan demikian menemukan cara memajukan atau mengubah hidup mereka. Proses belajar bisa dengan cara dan lembaga yang bermacam-macam. Di
tambah lagi begitu banyaknya lembaga pendidikan yang dibuat untuk mendidik lulusan yang berkompeten. Keberhasilan komunikasi tergantung dari bagaimana
proses penyampaian tujuan dari pesan pendidikan tersebut dapat diterima sebagai proses keberhasilan dari pertukaran makna dalam proses terjadinya komunikasi.
7. Ideologi dan Wacana