commit to user langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi sikap dan tingkah
laku individu.
d. Validitas Sikap Kemandirian.
Berdasarkan uraian tentang sikap dan kemandirian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa sikap kemandirian adalah respons dalam bentuk perilaku
individu untuk dapat mengaktualisasikan dirinya dalam situasi dan kondisi yang dihadapinya, dimana dalam berperilaku itu tidak tergantung pada orang lain serta
mampu bertanggung jawab sendiri. Sikap kemandirian seseorang terbentuk melalui proses belajar. Faure dalam Sutarno Joyoatmojo 2006: 3 mengatakan
bahwa: “Sejak diterbitkannya buku “Lerning to Be: The World of Education,
Today and Tomorrow” pada tahun 1972 sebagai suatu rekomendasi yang dihasilkan oleh sebuah komisi internasional pembangunan
pedidikan
UNESCO, arah
pembangunan pendidikan
adalah terbentuknya masyarakat gemar belajar. untuk mewujudkan hal itu
perlu dikampanyekan pelaksanaan pendidikan sepanjang hayat life long education, dengan belajar mandiri sebagai basis utamanya”.
Pendapat Faure dalam Sutarno Joyoatmojo memberikan gambaran bahwa belajar mandiri sangat diperlukan dalam pembangunan pendidikan, agar pendidikan
mampu menghasilkan out put yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Wederneyer dalam jurnal “Teknodik” yang ditulis oleh Uwes A. Chaeruman
2003: 84 menjelaskan “bahwa belajar mandiri adalah cara belajar yang memberikan derajat kebebasan, tanggung jawab dan kewenangan yang lebih besar
kepada pembelajar dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan belajarnya”. Sehingga belajar mandiri itu menuntut pelajarnya agar ia bisa
bertanggung jawab atas sikap dan perilakunya tanpa tergantung pada orang lain. Dan Haris Mudjiman 2006: 7 berpendapat bahwa, “Belajar mandiri adalah
kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal
pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki”. Pendapat tersebut mengemukakan bahwa melalui belajar mandiri seseorang bisa menjadi manusia
commit to user dewasa yang mandiri dan mampu menghadapi segala tantangan dalam
kehidupannya. Candy dalam jurnal “Teknodik” yang ditulis oleh Uwes A. Chaeruman
2003: 86-87 menyatakan bahwa: “Belajar mandiri dapat dipandang sebagai proses atau produk. Artinya
belajar mandiri dapat dipandang sebagai metode atau tujuan. Belajar mandiri sebagai proses metode mengandung makna bahwa belajar
mandiri dijadikan sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan di mana pembelajar diberikan kemandirian yang relatif lebih besar dalam
menentukan ketiga aspek yaitu; a. Kemandirian dalam menentukan tujuan, b. Kemandirian dalam menentukan metode belajar, c.
Kemandirian dalam menetukan evaluasi. Belajar mandiri sebagai produk tujuan mengandung makna bahwa setelah mengikuti pembelajaran
tertentu pembelajar diharapkan menjadi seorang pembelajar mandiri independent learner.
Dalam konteks yang kedua ini, belajar mandiri dianggap sebagai keterampilan hidup yang harus dikuasai oleh setiap orang”.
Berdasarkan pendapat Candy dalam jurnal “Teknodik” yang ditulis oleh
Uwes A. Chaeruman di atas maka peneliti melihat belajar mandiri dalam penelitian ini adalah belajar mandiri sebagai produk, yaitu mengandung arti
bahwa setelah mengikuti suatu sistem pembelajaran maka pembelajar tersebut bisa menjadi pembelajar mandiri. Sebagai seorang pembelajar mandiri dapat
diartikan bahwa ia sebagai pembelajar sepanjang hayat. Sebagai pembelajar sepanjang hayat, seseorang akan selalu belajar mandiri untuk mendapatkan
mengembangkan diri dengan belajar tanpa henti, agar selalu bisa menghadapi permasalahan-permasalahan yang timbul dalam kehidupan.
e. Indikator Sikap Kemandirian