itu jiwa terletak pada pemuasan tiga aspek yakni: dengan meniru tindakan- tindakan hewan, benda-benda angkasa dan Tuhan.
112
Sesungguhnya kebahagian terbesar, menurut Ibnu Thufail, adalah melihat wa
jib al-wuju d, pencipta segala yang ada, yakni Allah swt, yang kesempurnaannya tiada akhir. Dialah di atas segala kesempurnaan dan
keindahan. Semua kesempurnaan dan keindahan di dalam wujud bersumber dari-Nya dan terpancar dari sisi-Nya.
Sesungguhnya kebahagiaan dan kemenangan manusia atas penderitaan adalah karena ia selalu melihat wa
jib al-wuju d, dan tidak berpaling sedikitpun. Agar dapat mencapai kebahagiaan, manusia harus terus berpikir tentang
keberadaan wa jib al-wuju d kemudian memutuskan semua hubungan dengan
hal-hal yang bersifat inderawi, menutup mata dan telinga, tidak mengikuti khayalan, berusaha semampunya untuk tidak memikirkan hal lain, serta tidak
menyekutukanya. Jika jiwa manusia merasa bahagia dikarenakan melakukan kontak
dengan Allah di dunia ini, kemudian ia berpisah dengan badan –sedangkan ia
terus melakukan kontak dengan-Nya –maka ia akan mengalami kebahagiaan
abadi. Dan begitu sebaliknya, jika orang yang mati tidak melihat Allah, maka ia akan mengalami penderitaan dan siksaan tanpa akhir.
113
Nampaknya Ibnu Thufail mengajarkan bahwa, jika ingin jiwanya sehat bahagia dunia dan akhirat, ia menganjurkan agar tidak menjauh dengan Allah.
Agaknya Ibnu Thufail lebih condong kepada tasauf dalam bidang menjaga kesehatan jiwa.
9. Ibnu Rusyd 520-595H1126-1198M
Nama lengkap Ibnu Rusyd adalah Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Rusyd. Dilahirkan di Kordoba, di lingkungan keluarga kuno
yang terkenal dengan penguasaan di bidang ilmu fiqih dan hukum.
112
Syarif, Para ,… h. 187-188.
113
Ibid., h. 287.
Ibnu Rusyd mempelajari berbagai ilmu tradisional di zamannya, semisal fiqih, ushul fiqih, ilmu kalam, bahasa, sastra, ilmu pasti, kedokteran dan hikmah.
Idenya sangat cemerlang dan dia dikenal sangat cerdas, sehingga mampu menguasai semua ilmu yang dipelajarinya.
114
Pemikiran Ibnu Rusyd tentang Kesehatan Mental Islami
Ibnu Rusyd mendefinisikan jiwa sebagai suatu kesempurnaan awal bagi tubuh yang bersifat alamiah dan mekanistik. Defenisi ini sama dengan defenisi
Aristoteles dan filosof Muslim terdahulu.
Ibnu Rusyd mengatakan, jiwa merupakan kesempurnaan awal untuk membedakannya dengan kesempurnaan-kesempurnaan yang lain berasal dari
kumpulan perilaku dan emosi yang mengikuti kesempurnaan awal dan bersumber darinya. Makna kesempunaan yang berbeda-beda ini sesuai dengan
keragaman bagian-bagian jiwa, semisal jiwa nutrisi atau jiwa tumbuh- tumbuhan, jiwa sensorik, jiwa khayalan, jiwa hasrat, dan jiwa rasional.
115
Ibnu Rusyd memberikan contoh dimana ia menerangkan tentang kekacauan intelektual atau akal ini. Katanya: wahyu itu laksana suatu obat yang
dibuat oleh dokter yang mahir dalam itu ia memelihara kesehatan manusia semuanya. Kemudian berlaku obat yang baik itu tidak sesuai dengan sifat-sifat
seseorang sebagai keadaanya kurang serasi. Dikeluarkanya unsur-unsur obat itu digantinya dengan yang lain. Sehingga obat tersebut menjadi sumber
penyakit bagi manusia. Kemudian datang orang lain dan dirubahnya komposisi obat tersebut. Kemudian datang orang ketiga, keempat, sehingga obat itu
menyebabkan timbulnya penyakit-penyakit baru. Begitulah jenis-jenis penyakit bertambah banyak bila perobahan susunan obat pertama itu diteruskan.
116
10. Fakhruddin Ar-Razi 544-606H1150-1210M