Ibnu Thufail Awal Abad VI-580H1185M

Jika hartanya habis dan terbakar, maka ia kembali menjadi orang yang hina. e. Kesombongan karena ilmu adalah penyakit yang paling berbahaya, dan pengobatanya dengan dua cara. Pertama, hendaknya anda mengetahui bahwa Allah memaklumi orang yang bodoh tetapi tidak memaklumi orang yang tahu. Jika orang yang tahu melanggar perintah Allah, maka dosa dan bahayanya lebih besar. Kedua, hendaknya anda tau kesombongan hanya layak dilakukan oleh Allah. Jika ada orang yang bersikap sombong, maka ia akan dimurkai Allah. Itulah yang menyebabkan kesombongan dan menimbulkan sikap rendah hati. Ia harus mengingat dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan di masa lalu, sehingga ia kerdil dihadapan Allah. f. Sombong karena wara’ dan ibadah. Kesombongan macam ini merupakan ujian besar bagi manusia. Solusinya adalah mengharuskan hatinya bersikap rendah hati kepada semua orang. Sesungguhnya praktek utama dalam metode al-Ghazali untuk terapi kesombongan dan semua akhlak buruk dan penyakit hati adalah pembebasan diri dari akhlak yang buruk dengan mempelajari akhlak yang baik, terpuji dan bertentangan denganya. Jika seseorang takut kepada sesuatu tertentu, maka ia dapat mengatasi ketakutanya jika ia belajar mencintainya; tetapi jika ia telah mencintainya, maka ia akan terbebas dari ketakutan. 109 Al-Ghazali telah melampui para psikolog modern sekitar sembilan abad dalam menggunakan metode tersebut untuk memperbaiki perilaku. Barangkali eksperimen psikologi pertama di zaman modern yang menggunakan metode pembebasan diri dari perilaku tertentu dengan mempelajari perilaku yang berlawanan adalah eksperimen Maria Koper Jones pada tahun 1924 yang mencoba terapi kekuatan pada anak.

8. Ibnu Thufail Awal Abad VI-580H1185M

109 Ibid., h. 251. Nama lengkap Ibnu Thufail adalah Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Muhammad bin Muhammad bin Thufail al-Qaisi al-Andalusi. Dia lahir di Asyin, di distrik Granada, pada awal abad ke-6 Hijriah. 110 Pemikiran Ibnu Thufail tentang Kesehatan Mental Islami Menurut Ibnu Thufail, sesungguhnya jiwa yang ada pada manusia dan hewan adalah ruh hewani yang berpusat di jantung. Itulah faktor penyebab kehidupan hewan dan manusia beserta seluruh perilakunya. Ruh hewani muncul melalui syaraf dari jantung ke otak, dan dari otak keseluruh anggota badan. Dialah yang merupakan dasar terwujudnya semua aksi anggota badan. 111 Ruh hewani itu berjumlah satu. Jika ia bekerja dengan alat mata, maka perilakunya melihat; jika ia bekerja dengan alat telinga, maka perilakunya mendengar; jika ia bekerja dengan alat hidung, maka perilakunya adalah mencium dan begitu seterusnya. Meskipun berbagai anggota badan manusia melakukan perilaku khusus yang berbeda dengan yang lain, tetapi semua perilaku bersumber dari satu ruh, itulah hakekat zat, dan semua anggota tubuh seperti seperangkat alat. Ibnu Thufail membagi daya atau jiwa menjadi tiga bagian, hampir sama dengan al-Farabi dan Ibnu Sina,yaitu: Pertama, jiwa tumbuh-tumbuhan, Kedua, jiwa hewan, Ketiga, jiwa rasional Perihal Kebahagian Bukan kebahagian duniawi, melainkan penyatuan sepenuhnya dengan Tuhanlah yang merupakan summum bo’mum kebaikan tertinggi etika. Menurut pemikiran Ibnu Thufail perwujudannya, setelah pengembangan akal induktif dan duduktif, maka lahirlah tiga aturan disiplin jiwa yakni: manusia merupakan perpaduan antara tubuh, jiwa hewani dan esensi non bendawi dan dengan demikian menggambarkan binatang, angkasa dan Tuhan. Oleh karena 110 Ibid., h. 277. 111 Ibid., h. 282. itu jiwa terletak pada pemuasan tiga aspek yakni: dengan meniru tindakan- tindakan hewan, benda-benda angkasa dan Tuhan. 112 Sesungguhnya kebahagian terbesar, menurut Ibnu Thufail, adalah melihat wa jib al-wuju d, pencipta segala yang ada, yakni Allah swt, yang kesempurnaannya tiada akhir. Dialah di atas segala kesempurnaan dan keindahan. Semua kesempurnaan dan keindahan di dalam wujud bersumber dari-Nya dan terpancar dari sisi-Nya. Sesungguhnya kebahagiaan dan kemenangan manusia atas penderitaan adalah karena ia selalu melihat wa jib al-wuju d, dan tidak berpaling sedikitpun. Agar dapat mencapai kebahagiaan, manusia harus terus berpikir tentang keberadaan wa jib al-wuju d kemudian memutuskan semua hubungan dengan hal-hal yang bersifat inderawi, menutup mata dan telinga, tidak mengikuti khayalan, berusaha semampunya untuk tidak memikirkan hal lain, serta tidak menyekutukanya. Jika jiwa manusia merasa bahagia dikarenakan melakukan kontak dengan Allah di dunia ini, kemudian ia berpisah dengan badan –sedangkan ia terus melakukan kontak dengan-Nya –maka ia akan mengalami kebahagiaan abadi. Dan begitu sebaliknya, jika orang yang mati tidak melihat Allah, maka ia akan mengalami penderitaan dan siksaan tanpa akhir. 113 Nampaknya Ibnu Thufail mengajarkan bahwa, jika ingin jiwanya sehat bahagia dunia dan akhirat, ia menganjurkan agar tidak menjauh dengan Allah. Agaknya Ibnu Thufail lebih condong kepada tasauf dalam bidang menjaga kesehatan jiwa.

9. Ibnu Rusyd 520-595H1126-1198M