Jika hartanya habis dan terbakar, maka ia kembali menjadi orang yang hina.
e. Kesombongan  karena  ilmu  adalah  penyakit  yang  paling  berbahaya,
dan  pengobatanya  dengan  dua  cara.  Pertama,  hendaknya  anda mengetahui  bahwa Allah memaklumi  orang  yang bodoh tetapi  tidak
memaklumi orang yang tahu. Jika orang yang tahu melanggar perintah Allah, maka dosa dan bahayanya lebih besar. Kedua, hendaknya anda
tau  kesombongan  hanya  layak  dilakukan  oleh  Allah.  Jika  ada  orang yang  bersikap  sombong,  maka  ia  akan  dimurkai  Allah.  Itulah  yang
menyebabkan  kesombongan  dan  menimbulkan  sikap  rendah  hati.  Ia harus  mengingat  dosa-dosa  dan  kesalahan-kesalahan  di  masa  lalu,
sehingga ia kerdil dihadapan Allah. f.
Sombong  karena  wara’  dan  ibadah.  Kesombongan  macam  ini merupakan ujian besar bagi manusia. Solusinya adalah mengharuskan
hatinya bersikap rendah hati kepada semua orang. Sesungguhnya  praktek  utama  dalam  metode  al-Ghazali  untuk  terapi
kesombongan  dan  semua  akhlak  buruk  dan  penyakit  hati  adalah  pembebasan diri dari akhlak  yang buruk dengan mempelajari akhlak  yang baik,  terpuji dan
bertentangan  denganya.  Jika  seseorang  takut  kepada  sesuatu  tertentu,  maka  ia dapat  mengatasi  ketakutanya  jika  ia  belajar  mencintainya;  tetapi  jika  ia  telah
mencintainya, maka ia akan terbebas dari ketakutan.
109
Al-Ghazali telah melampui para psikolog modern sekitar sembilan abad dalam  menggunakan  metode  tersebut  untuk  memperbaiki  perilaku.  Barangkali
eksperimen  psikologi  pertama  di  zaman  modern  yang  menggunakan  metode pembebasan  diri  dari  perilaku  tertentu  dengan  mempelajari  perilaku  yang
berlawanan  adalah  eksperimen  Maria  Koper  Jones  pada  tahun  1924  yang mencoba terapi kekuatan pada anak.
8. Ibnu Thufail  Awal Abad VI-580H1185M
109
Ibid., h. 251.
Nama  lengkap  Ibnu  Thufail  adalah  Abu  Bakar  Muhammad  bin  Abdul Malik  bin  Muhammad  bin  Muhammad  bin  Thufail  al-Qaisi  al-Andalusi.  Dia
lahir di Asyin, di distrik Granada, pada awal abad ke-6 Hijriah.
110
Pemikiran Ibnu Thufail tentang Kesehatan Mental Islami
Menurut  Ibnu  Thufail,  sesungguhnya  jiwa  yang  ada  pada  manusia  dan hewan  adalah  ruh  hewani  yang  berpusat  di  jantung.  Itulah  faktor  penyebab
kehidupan  hewan  dan  manusia  beserta  seluruh  perilakunya.  Ruh  hewani muncul  melalui  syaraf  dari  jantung  ke  otak,  dan  dari  otak  keseluruh  anggota
badan.  Dialah  yang  merupakan  dasar  terwujudnya  semua  aksi  anggota  badan.
111
Ruh hewani itu berjumlah satu. Jika ia bekerja dengan alat mata, maka perilakunya  melihat;  jika  ia  bekerja  dengan  alat  telinga,  maka  perilakunya
mendengar;  jika  ia  bekerja  dengan  alat  hidung,  maka  perilakunya  adalah mencium dan begitu seterusnya.
Meskipun berbagai anggota badan manusia melakukan perilaku khusus yang berbeda dengan yang lain, tetapi semua perilaku bersumber dari satu ruh,
itulah hakekat zat, dan semua anggota tubuh seperti seperangkat alat. Ibnu Thufail membagi daya atau jiwa menjadi tiga bagian, hampir sama
dengan al-Farabi dan Ibnu Sina,yaitu: Pertama, jiwa tumbuh-tumbuhan, Kedua, jiwa hewan, Ketiga, jiwa rasional
Perihal Kebahagian
Bukan  kebahagian  duniawi,  melainkan  penyatuan  sepenuhnya  dengan Tuhanlah  yang  merupakan
summum  bo’mum  kebaikan  tertinggi  etika. Menurut  pemikiran  Ibnu  Thufail  perwujudannya,  setelah  pengembangan  akal
induktif  dan  duduktif,  maka  lahirlah  tiga  aturan  disiplin  jiwa  yakni:  manusia merupakan  perpaduan  antara  tubuh,  jiwa  hewani  dan  esensi  non  bendawi  dan
dengan  demikian  menggambarkan  binatang,  angkasa  dan  Tuhan.  Oleh  karena
110
Ibid., h. 277.
111
Ibid., h. 282.
itu  jiwa  terletak  pada  pemuasan  tiga  aspek  yakni:  dengan  meniru  tindakan- tindakan hewan, benda-benda angkasa dan Tuhan.
112
Sesungguhnya  kebahagian  terbesar,  menurut  Ibnu  Thufail,  adalah melihat  wa
jib  al-wuju d,  pencipta  segala  yang  ada,  yakni  Allah  swt,  yang kesempurnaannya  tiada  akhir.  Dialah  di  atas  segala  kesempurnaan  dan
keindahan.  Semua  kesempurnaan  dan  keindahan  di  dalam  wujud  bersumber dari-Nya dan terpancar dari sisi-Nya.
Sesungguhnya  kebahagiaan  dan  kemenangan  manusia  atas  penderitaan adalah karena ia selalu melihat wa
jib al-wuju d, dan tidak berpaling sedikitpun. Agar  dapat  mencapai  kebahagiaan,  manusia  harus  terus  berpikir  tentang
keberadaan  wa jib  al-wuju d  kemudian  memutuskan  semua  hubungan  dengan
hal-hal  yang  bersifat  inderawi,  menutup  mata  dan  telinga,  tidak  mengikuti khayalan,  berusaha  semampunya  untuk  tidak  memikirkan  hal  lain,  serta  tidak
menyekutukanya. Jika  jiwa  manusia  merasa  bahagia  dikarenakan  melakukan  kontak
dengan  Allah  di  dunia  ini,  kemudian  ia  berpisah  dengan  badan –sedangkan ia
terus  melakukan  kontak  dengan-Nya –maka  ia  akan  mengalami  kebahagiaan
abadi. Dan begitu sebaliknya, jika orang yang mati tidak melihat Allah, maka ia akan mengalami penderitaan dan siksaan tanpa akhir.
113
Nampaknya  Ibnu  Thufail  mengajarkan  bahwa,  jika  ingin  jiwanya  sehat bahagia  dunia  dan  akhirat,  ia  menganjurkan  agar  tidak  menjauh  dengan  Allah.
Agaknya  Ibnu  Thufail  lebih  condong  kepada  tasauf  dalam  bidang  menjaga kesehatan jiwa.
9. Ibnu Rusyd 520-595H1126-1198M