hysteria, phichasthenia dan lain-lainnya. Sedangkan para pakar Muslim lebih menekankan mengenai sebab-sebab terjadinya gangguan jiwa.
D. Karakteristik Kesehatan Mental Islami dalam Pendidikan Islam
Rumusan kesehatan mental pada gilirannya tentu akan melahirkan rumusan karakteristik kesehatan mental yang dirangkum dalam tanda-tanda
atau ciri khas yang dicerminkan orang yang bermental sehat. Dalam hal ini, Jahoda sebagaimana yang dikutib oleh Saiful Akhyar
Lubis mengemukakan ciri khas orang yang bermental sehat sebagai berikut: 1.
Memiliki sikap kepribadian atau sikap batin yang positif terhadap dirinya.
2. Memiliki kemampuan mengaktualisasikan diri.
3. Mampu menghadapi integrasi fungsi-fungsi psikis.
4. Memiliki otonomi diri mencakup unsur-unsur pengaturan kelakuan
dari dalam ataupun kelakuan-kelakuan bebas. 5.
Memiliki persepsi yang obyektif terhadap realitas, dan memiliki kepekaan sosial.
6. Memiliki kemampuan untuk menguasai lingkungan dan berintegrasi
dengannya.
145
Bastaman menjelaskan ada beberapa karakteristik mental yang sehat dan ia singkat menjadi SHALIH Sabar, Hikmat, Amal-Soleh, Lidah, Ilmu, dan
Hati-Nurani
146
di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Sabar
Sabar sering diartikan sebagai keteguhan hati menghadapi cobaan dan kesulitan, serta keuletan meraih tujuan dan cita-cita. Sebenarnya kesabaran
istirahat di tempat tidur jauh dari keributan dan cahaya, di samping memberikan obat-obat penguat dan penenang. Penyakit ini dapa diindikasikan seluruh badan letih, tidak semangat,
lekas merasa payah, walaupun sedikit tenaga yang dikeluarkan. Perasaan tidak enak, sebentar- bentar ingin marah, mengerutu dan sebagainya. Tidak sanggup berfikir tentang sesuatu
persoalan, sukar mengingat dan memutuskan perhatian. Apatis, acuh tak acuh, sangat sensitive terhadap cahaya dan suara, sehingga detik jam menyebabkan tidak bisa tidur. Lihat Zakiah
Daradjat, Kesehatan Mental., Cet.23, h.33.
145
Lubis, Konseling,… h. 136-137.
146
Bastaman, Integrasi,… h. 142-147.
tidak hanya diperlukan dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup, tetapi juga dalam mengalami berbagai kesenangan dengan kemudahan-kemudahannya.
Bahkan dalam kondisi serupa ini kesabaran justru jauh lebih sulit dilakukan. Dikisahkan sahabat nabi yang bernama Sahal, pernah berkata: “Sabar
terhadap kelapangan jauh lebih berat dari pada sabar terhadap cobaan”. Para sahabat lainnya,
–setelah segala kesenangan dan kecukupan mereka peroleh, – j
uga berujar: “Kami telah di uji dengan ujian kesulitan dan kami sabar. Tetapi ketika kami di uji dengan ujian kelapangan, ternyata kami tidak sabar”. Sabar
dalam hal ini dapat digolongkan menjadi beberapa bagian: a.
Sabar dalam memberi pertolongan dan shalat: Q.S. Al- Baqarah
2:45 b.
Allah beserta orang-orang yang sabar: Q.S. Al-Baqarah 2:153
c. Meniru kesabaran para Rasul: Q.S.al-Ahqa
f46:35 d.
Berdoa supaya sabar dalam perjalanan: Q.S. Al-Baqarah 2:250
e. Ujian kesabaran dan ganjaranya: Q.S. Al-Baqarah
2:155-157 f.
Berwasiat satu sama lain supaya sabar dalam menegakkan kebenaran: Q.S. al-Ashr103:1-3
2. Hikmat