Di sini nampaknya Langgulung sama pemikirannya dengan al-Ghazali, tetapi hanya saja berbeda redaksi bahasanya, namun sama maknanya. Hal ini
dapat dilihat dengan pembagian daya yang diungkapkan oleh al-Ghazali, yakni: jiwa tumbuh-tumbuhan, jiwa hewan dan jiwa manusia. Tenaga intelektual dan
kognitif termasuk kedalam jiwa manusia, yang merupakan pusat pengendalian syahwat, keinginan dan yang membedakan antara manusia dan hewan.
Selanjutnya emosional termasuk kepada jiwa tumbuh-tumbuhan, sedangkan motivasi keinginan masuk kedalam jiwa hewan.
2. Bentuk-bentuk
Gangguan dan Penyakit Mental menurut Hasan Langgulung.
Langgulung mengatakan beberapa macam jenis-jenis penyakit mental yang dikemukakan oleh pakar-pakar Islam, di antaranya sebagai berikut:
Pertama, Riya’ merupakan tipuan. Barang siapa berbuat riya’ kepada manusia
berarti ia menipunya, sebab menyatakan sesuatu yang tidak sebenarnya. Lihat Q.S.An-Nisa
4:142. Kedua, Hasad dan Dengki atau iri hati ialah suatu sikap mental yang
melahirkan rasa sakit hati ketika orang lain mendapat kesenangan atau kemulian, sehingga kesenangan atau kemuliaan tersebut hilang dari orang
tersebut: lihat Q.S.An-Nisa 4:54.
Ketiga, Rakus adalah keinginan yang berlebihan untuk makan. Keinginan makan adalah wajar pada manusia dan bertujuan untuk menyehatkan
badan yang dapat digunakan untuk kebahagiaannya. Tetapi pemuasan yang sederhana terhadap keinginan ini yang dapat mencapai tujuan itu. Terlalu
banyak atau terlalu kenyang makan merusakkan manusia. Keempat, Was-was adalah sebuah penyakit sebagai akibat dari bisikan
hati al-samarqandi, cita-cita dan angan-angannya dalam nafsu dan kelezatan. Dan bila nafsu kelezatan itu semangkin meluap maka iapun lupa daratan dan
sesat tak tentu arah. Setan itu menunjukan bahwa jalan sesat itulah yang lebih baik, sifat durhaka itu lebih indah sehingga manusia dapat diperdayakanya
dengan was-was. Lihat Q.S. Qa f50:16.
Kelima, Bicara berlebih-lebihan, keinginan berbicara banyak Sharah al-Kalam adalah salah satu kualitas manusia yang paling merusak. Di dalam
buku Ihya ’ al-Ghazali menyebutkan 20 celaka yang diakibatkan oleh lidah. Di
dalam Kimi ya al-Sa’adah disebutkan sebanyak 15 kali, sedang dalam Bidaya
disebutnya 8 kali. Keenam, Melaknati orang, melaknati sesuatu yang diciptakan Allah,
termasuk manusia, hewan atau benda-benda adalah termasuk perbuatan jahat oleh lidah. Melaknati berarti menjauhkannya dari rahmat Allah, atau
memisahkanya dari Tuhan. Ketujuh, Janji bohong, merupakan amal buruk yang dibuat oleh lidah. Ia
bermula dari maksiat nifak dalam jiwa. Seseorang biasanya dapat membuat janji, tetapi ketika janji telah dibuat jiwa renda hewan menghasut supaya
jangan menepatinya sebab melibatkan banyak kesukaran. Kedelapan, Berbohong, di dalam berbohong, seseorang tetap jahil
tentang kebenaran, dan ini di samping dia sendiri memang merusak, menyebabkan ia menghadapi kesukaran-kesukaran. Kesembilan, Mengadukan
orang lain Namimah, merupakan kejahatan besar oleh lidah. Mengadukan adalah membuka rahasia apapun, yang prosesnya tidak disukai.
Kesepuluh, Mencaci dari belakang Ghibah adalah menceritakan kekurangan-kekurangan dan kesalahan-kesalahan orang lain yang orang itu
tidak suka membicarakannya. Kesebelas, Sangat marah Syiddat al-Ghadab merupakan penyakit jiwa yang menyebabkan banyak kejahatan dan amal yang
buruk. Keduabelas, Cinta dunia hub ad-dunya dianggap bukan maksiat besar,
tetapi suatau maksiat yang disitu berpangkal maksiat-maksiat yang lain. Ketigabelas, Cinta harta Hubb al-Mal adalah salah satu penghalang dalam
jalan Allah, oleh sebab itu menghilangkan sifat itu dengan mengekangnya adalah mesti untuk mencapai kebahagiaan.
Keempatbelas, Kebakhilan Bukhl adalah diantara maksiat-maksiat besar. Al-Ghazali mendefinisikan kebakhilan itu menurut ajaran atau konsep
pertengahan wast. Menurut pendapatnya penggunaan yang adil terhadap harta adalah menggunakannya bila ia harus digunakan, dan menyimpannya kapan
harus di simpan. Menyimpannya pada saat ia harus digunakan adalah kebakhilan; menggunakan kapan ia harus disimpan adalah pemubaziran.
Diantara sifat keterlaluan ini adalah pertengahan wast yaitu kebaikan yang disebut pemurah sakha: lihat Q.S. A
li Imra n3:180. Kelimabelas, Cinta kepada pengaruhpangkat Hubb al-Jah adalah
maksiat yang lebih besar daripada cinta harta karena bisa menyebabkan lebih banyak keburukan. Ketujuhbelas, Kesombongan Kibr adalah timbul dalam
fikiran bila seseorang percaya bahwa ia memiliki keutamaan, sedang orang lain memiliki keutamaan, tetapi keutamaannya lebih besar dibandingkan dengan
orang tersebut. Kedelapanbelas, Kebanggaan Ujub, adalah membesar-besarkan
perbuatan baik diri sendiri dan perasaan puas karenanya, dengan perasaan bahwa dirinya lebih unggul dari orang lain, bahkan menyatakan dirinya telah
bebas dari seluruh keburukan dan kesalahan.
207
Lihat Q.S.Al- Mu’minu n23:71
D. Pendidikan Islam.