Ibnu Taimiyah 661-728H1263-1328M

kebajikan, maka ia akan mendapat pujian dari orang lain dan pahala dari Allah. f. Sesungguhnya orang yang bakhil bagaikan tawanan yang dikuasai oleh cinta harta, tetapi jika ia mampu berinfak, maka dialah penguasa harta. g. Jika orang bakhil meninggal dunia, dia mewarisi hartanya untuk orang lain. h. Orang dermawan disukai oleh orang lain, sedangkan orang bakhil dibenci. i. Orang kaya membutuhkan usaha yang sungguh-sungguh untuk menjaga hartanya dari segala bencana dan kerusakan. Bahkan, jika hartanya hilang, ia merasa sedih; dan jika tidak rusak, maka ia akan selalu mengalami ketakutan dan kelelahan untuk menjaganya. Namun, orang darmawan terbebas dari harta, karena kesempurnaan jiwa, dan ia terbebas dari keletihan dan ketakutan. 125 Sesungguhnya pengetahuan tentang semua hakekat di atas dapat mengubah pandangan orang yang bakhil terhadap harta dan mengurangi ambisinya untuk menyimpanya dan tidak menginfakkanya, sehingga ia terbebas dari sifat bakhil. Demikian, jika dilihat para filosof muslim seperti Fakhruddin ar-Razi, al-Kindi, Maskawaih dan al-Ghazali telah melampaui para psikolog modern penganut aliran terapi behavioral-kognitif. 126

11. Ibnu Taimiyah 661-728H1263-1328M

Nama lengkap Ibnu Taimiyah adalah Ahmad Taqiyuddin bin Taimiyah dan bergelar Syaikhul Isla m. Dia berasal dari kelurga terhormat yang terkenal dengan ilmu dan agamanya. Dia lahir di Harran pada tahun 661H1263M, dan hidup di sana sampai beberapa tahun. Kemudian dia pindah bersama keluarganya di Damaskus pada tahun 667 H ketika bangsa Tartar menyerang 125 Ibid., h. 334-335. 126 Ibid., h. 336. Harran. Ayahnya, Abdul Halim bin Taimiyah, bekerja sebagai guru di masjid Umawi Damaskus, Syam Suriah. 127 Pemikiran Ibnu Taimiyah tentang Kesehatan Mental Islami Ibnu Taimiyah sangat memperhatikan topik tentang penyakit hati dan penyembuhannya. Dia membandingkan antara sakit fisik dan sakit hati atau sakit jiwa untuk tujuan penjelasan dan keterangan, seperti yang dilakukan al- Ghazali. Ibnu Taimiyah menyebutkan bahwa sakit fisik terjadi karena adanya sesuatu kerusakan di dalam fisik yang kemudian menimbulkan kerusakan persepsi dan gerakannya yang normal. Contoh, kerusakan persepsi adalah buta dan tuli yang mempersepsikan segala sesuatu bertentangan dengan yang seharusnya, misalnya, permen sebagai sesuatu yang pahit atau membayangkan sesuatu yang tidak nyata di dunia luar. Sedangkan kerusakan gerakan yang alamiah adalah gangguan pada pencernaan atau membenci makanan yang sebenarnya di butuhkan, menyukai sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan lain-lain. Penyakit hati sama dengan penyakit badan. Ia semacam kerusakan yang terjadi di dalam hati seseorang, sehingga merusak konsepsi dan keinginannya. Ibnu Taimiyah dalam kesempatan lain mengatakan penyakit hati di bagi menjadi dua macam, yaitu pertama penyakit akibat gangguan kerusakan pada panca indera, dan kedua akibat dari gangguan pada gerak alamiah dan keinginan yang berkaitan dengannya. 128 Ada tiga karakteristik yang membedakan penyakit jiwa, menurut pandangan Ibnu Taimiyah. Pertama, kerusakan atau gangguan pada indera dan konsepsi atau persepsi. Kedua, kerusakan pada gerak hasrat yang bersifat alamiah atau dalam perilaku. Ketiga, penderitaan atau siksaan yang terjadi pada jiwa. Ketiga karakteristik penyakit jiwa yang disebutkan oleh Ibnu Taimiyah itu sama persis dengan kesimpulan psikiatri modern dalam mendiagnosa perilaku 127 Ibid., h. 339. 128 Ibid., h. 351. abnormal dengan ketiga karakteristik utama. Yaitu, persepsi yang rusak atau rancu terhadap realitas, perilaku yang maladapatif, dan perasaan menderita. 129 Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa di dalam al-Qu r’an terdapat obat bagi penyakit jiwa. Dia mengungkapkan, “al-Qur’an adalah obat bagi penyakit hati dan orang-orang yang hatinya dikuasai oleh syahwat dan syubha t. pasalnya di dalam al- Qur’an terkandung berbagai bukti yang dapat membedakan antara kebenaran atau kebatilan. Al- Qur’an menghilangkan penyakit syubha t yang merusak ilmu, konsep dan persepsi sehingga orang memandang terhadap segala sesuatu sesuai dengan sebenarnya. Al- Qur’an juga mengandung hikmah dan bimbingan yang baik dengan berbagai metode seperti targi b paralel dengan reward penghargaan- penerj., tarhi b paralel dengan hukuman-penerj, dan kisah-kisah yang mengundang berbagai pelajaran yang menimbulakan kesehatan hati. Sehingga hati senang dengan hal-hal yang bermanfaat dan membenci hal-hal yang membahayakan bagi dirinya. 130 Ada beberapa contoh penyakit jiwa dan cara mengobatinya, yakni: Pertama: hasud atau dengki adalah penyakit jiwa. Hasud adalah perasaan benci dan tidak suka kepada orang yang memiliki kondisi lebih baik. Penyakit hasud ada dua macam. Pertama, tidak suka melihat nikmat yang diperoleh orang lain secara mutlak. Kedua, si pendengki tidak suka melihat kelebihan orang lain, sehingga ia ingin seperti orang tersebut atau lebih baik. Terapi yang ditawarkan oleh Ibnu Taimiyah adalah barang siapa yang menemukan kedengkian pada dirinya terhadap orang lain, maka ia harus memanfaatkan ketakwaan dan kesabaran, sehingga ia membenci hal itu di dalam dirinya dan melarang dirinya untuk melakukan hal itu lagi. 131 Kedua: asmara adalah penyakit psikis. Asmara merupakan cinta yang berlebihan dari batas normal. Jika suatu pengaruh menguat di badan, maka ia akan menjadi suatu penyakit fisik, bahkan hingga gangguan otak semisal 129 Ibid., h. 352. 130 Ibid., h. 353. 131 Ibid., h. 354. melankolia. Dan ada pendapat yang menyatakan gangguan melankolia bahwa di dalamnya terkandung gangguan penyakit malas, lemah dan lain-lain. 132 Ibnu Taimiyah juga berpendapat bahwa cinta dan tundukkan yang tulus kepada Allah akan melindungi hati dari cinta kepada orang lain, selain ujian pada asmara. Hati yang cinta kepada Allah, yang kembali kepada-Nya akan dijauhkan dari penyakit asmara oleh dua hal yakni: pertama, cinta hati ina bah kepada Allah, serta perasaan nikmat yang kuat terhadap hal itu. Sehingga tidak ada pertentangan antara cinta kepada Allah dan cinta kepada makhluk. Kedua, ketakutan kepada Allah. Soalnya ketakutan yang kuat kepada Allah akan bertentangan dengan asmara yang mengalihkannya. 133 Dasar terapi berbagai penyakit psikis, menurut Ibnu Taimiyah adalah dengan terapi lawannya, sebagimana juga dengan Ibnu Hazm dan al-Ghazali melakukan sebelumnya.

C. Bentuk-bentuk Gangguan dan Penyakit Mental dalam Pendidikan