Hasan Langgulung Konsep Kesehatan Mental Islami

diketahui atau diduga baik. Sedangkan penggerak stimulatif yang menolak bahaya adalah daya yang diungkapkan melalui emosi dalam hal ini, kemarahan. Emosi adalah daya yang menolak apa yang diketahui atau diduga berbahaya atau menyakitkan dengan tujuan balas dendam atau dominasi. 201 Daya penggerak yang bersifat aktif adalah daya yang bergerak di dalam otot dan syaraf untuk dapat melakukan gerakan yang sesuai atau untuk menarik manfaat dan menolak bahaya. Daya ini diungkapkan melalui kemampuan; sedangkan daya stimulatif diungkapkan melalui keinginan. Kemampuan tidak akan muncul jika keinginan tidak muncul; dan keinginan tidak muncul jika ilmu tidak ada. Oleh karena itu, jika ilmu muncul dan keputusan keluar, niscaya keinginan akan keluar; sehingga tidak ada jalan lain, kecuali tunduk dan patuh. Selanjutnya jika ingin memantapkan keputusan, maka akan muncul kemampuan potensi untuk menggerakan anggota tubuh. Lalu, ia tidak akan dapat menghindar dari penampakan dan perwujudan gambar. 202 Kemudian, jika kemampuan menetapkan sesuatu, maka anggota tubuh akan bergerak, sehingga tidak ada jalan lain kecuali untuk bergerak. Oleh karena itu, selama pesan ilmu bersifat ragu-ragu, maka keinginan pun menjadi ragu-ragu; dan selama keinginan ragu-ragu, maka semua aksi tidak dapat masuk ke dalam wujud dan tidak muncul di dalam anggota tubuh. Dengan demikian, jika keputusan sudah mantab, maka aksi tidakan akan mewujud. 203

2. Hasan Langgulung

Sebelum masuk lebih jauh, penulis ingin mengatakan bahwa dalam tulisan ini, ada sedikit mengulang dari tulisan sebelumnya. Karena penulis sedikit ingin memperkaya kazana penulisan ilmiah ini dengan bermaksud mengkaitkan pemikiran al-Ghazli dengan Hasan Langgulung. Penulis memandang ada persamaan pemikiran al-Ghazali dengan Langgulung, bukan 201 Ibid., h. 210. 202 Ibid. 203 Ibid., h. 211. bermaksud menyamakan pemikiran al-Ghazali dengan Langgulung. Dalam hal ini, agaknya Langgulung terpengaruh dengan pemikiran al-Ghazali dalam mendefinisikan kesehatan mental. Tidak bemaksud memperpanjang mukadimah, selanjutnya dapat dilihat di bawah ini. Menurut Langgulung, kesehatan mental adalah keadaan terpadu dari tenaga berbagai seseorang yang menyebabkan ia menggunakan dan mengeksploitasikannya sebaik-baiknya yang selanjutnya menyebabkan ia mewujudkan dirinya atau mewujudkan kemanusiaannya” 204 Keadaan kesepaduan tenaga-tenaga seseorang adalah merupakan kesanggupan seseorang menggunakan tenaga-tenaga ini dengan baik yang menyebabkan perwujudan dirinya. Tentang kesepaduan tenaga-tenaga seseorang dapat dianalogikan bahwa seseorang itu sudah dipersiapkan dengan tenaga psikologis utama yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi psikologisnya. Tenaga ini memiliki tiga bentuk yakni: Pertama, tenaga intelektual dan kognitif, Kedua, tenaga emosional, Ketiga, tenaga motivasi. Hal ini dapat diumpamakan bahwa pertumbuhan seseorang adalah berlakunya differensiasi pada tenaga-tenaga ini. 205 Jadi kesehatan mental merupakan keadaan psikologi secara umum, yaitu hasil pencapaian seseorang dalam pertumbuhannya dari berbagai aspek psikologis. Kesehatan mental tidak terbatas pada aspek emosional seperti kata sebagian orang, sebab kesehatan mental bergantung pada differensiasi dan kesatuan yang berlaku pada bentuk intelektual seseorang, begitu juga differensiasi dan kesatuan yang berlaku pada bentuk motivasi seseorang, pada akhirnya tergantung pada ketiganya yakni, intelektual, motivasi dan emosional. 206 Kesehatan yang wajar meliputi kesatuan berbagai tenaga seseorang yang menyebabkan ia menggunakan tenaga tenaga intelektual dan kognitif, emosional dan motivasi ini sebaik-baiknya dan membawa kepada perwujudan kemanusiaannya daya produktivitasnya. 204 Langgulung, Teori, … h. 214. 205 Ibid., h. 215. 206 Ibid. Di sini nampaknya Langgulung sama pemikirannya dengan al-Ghazali, tetapi hanya saja berbeda redaksi bahasanya, namun sama maknanya. Hal ini dapat dilihat dengan pembagian daya yang diungkapkan oleh al-Ghazali, yakni: jiwa tumbuh-tumbuhan, jiwa hewan dan jiwa manusia. Tenaga intelektual dan kognitif termasuk kedalam jiwa manusia, yang merupakan pusat pengendalian syahwat, keinginan dan yang membedakan antara manusia dan hewan. Selanjutnya emosional termasuk kepada jiwa tumbuh-tumbuhan, sedangkan motivasi keinginan masuk kedalam jiwa hewan.

2. Bentuk-bentuk