motivasi dapat menerangkan variasi variabel dependen kinerja dengan kontribusi 32,5, sedangkan sisanya 67,5 diterangkan oleh variabel lain.
Tabel 4.13 Hasil Koefisien Determinasi Model Summary
Change Statistics R Square Change
F Change df1
df2 Sig. F Change
.325 6.756
3 42
.001 a. Predictors: Constant, MOTIVASI, KOMPETENSI, KOMPENSASI
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Tidak Terdapat Hubungan Antara Kompensasi Dengan Kinerja Dosen
Dari hasil pengujian hipotesis nilai
Asymp. Sig 2-tailed
sebesar 0,862 lebih besar dari α 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada
hubungan antara kompensasi dengan kinerja dosen. Hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara kompensasi dengan kinerja dosen tidak terbukti.
Dikemukakan oleh Al Fajar 2013, bahwa tindakan kompensasi merupakan faktor penting untuk dapat menarik, memelihara, maupun mempertahankan
tenaga kerja bagi kepentingan organisasi. Dengan demikian baiknya kinerja dosen dapat dikaitkan dengan besarnya tindakan kompensasi yang diberikan,
karena itu tindakan kompensasi memegang peranan penting dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Namun pernyataan di atas tidak terbukti pada
penelitian ini, hal tersebut dikarenakan setiap dosen mempunyai persepsi yang berbeda tentang kompensasi yang diterimanya. Kemungkinan lain yang terjadi
adanya bias dalam pengukuran yang mana peneliti tidak dapat mengendalikan faktor budaya organisasi yang mempengaruhi hasil kompensasi. Dalam budaya
commit to user
organisasi pondok pesantren menanmkan kejiwaan keiklasan, ketulusan atau segala perbuatan yang dilakukan adalah sebuah pengabdian, sehingga
membincangkan kompensasi finansial merupakan hal yang tabu, disisi lain apapun yang diterimanya sudah merasa cukup.
Latar belakang pendidikan maupun kultur organisasi mempengaruhi persepsi seseorang. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muafi 2010,
yang menyatakan bahwa sebuah tradisi qana’ah di pondok pesantren siap
menerima sejumlah imbalangaji dengan lapang dada. Para alumni pondok pesantren cenderung menunjukkan perilaku balas budi terhadap yayasan dan
kyai. Subhan 2004 dalam penelitiannya juga mengemukakan Semangat kerja
tinggi yang selalu ditunjukkan oleh gurudosenasatidz di pondok pesantren dikarenakan kyai, koordinator pesantren dan guru senior selalu menanamkan
doktrin-doktrin tentang kerja amalan yang istiqomah dan ikhlas yang akan menghantarkan seorang muslim mencapai derajat yang tertinggi di mata manusia
dan Allah, mendapat barokah dan selalu dalam perlindungan Allah. Doktrin ini dikuatkan dengan pengalaman-pengalaman spiritual yang dialami oleh guru
senior pesantren yang kemudian diungkapkannya sebagai “buah” dari setiap tindakan istiqomah dan ikhlas yang dilakukannya dalam setiap proses pendidikan
yang dikerjakannya selama mengabdi menjadi tenaga edukatif di lingkungan pesantren dan masyarakat pada umumnya.
Sejalan pula dengan Syifa 2012 mengemukakan pesantren melalui filsafat teosentrisnya mengabdikan segala kegiatan dalam belajar mengajar demi
kepentingan ukhrawi segala perbuatan terkait erat dengan hukum agama. Para perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
kiai dalam melakukan kegiatan secara sukarela sebagai manifestasi ibadah kepada Allah SWT.
2. Tidak Terdapat Hubungan Kompetensi Dengan Kinerja Dosen