tujuan, namun belum tentu upaya yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukan intensitas dan kualitas dari upaya tersebut
serta difokuskan pada tujuan organisasi.
4. Tidak Terdapat Hubungan Kompensasi, Kompetensi Dan Motivasi
Dengan Kinerja Dosen
Dari hasil analisis regresi berganda mengenai hubungan kompensasi X1, kompetensi X2, motivasi X3 dan kinerja dosen Y seperti pada tabel 4.13
diperoleh nilai Y = 4,584
– 0,037X
1
Kompensasi + 0,596 X
2
Kompetensi + 0,49 X
3
Motivasi. Persamaan regresi tersebut dapat untuk menjelaskan prediksi yang menyatakan bahwa : 1 peningkatan satu satuan kompensasi akan diikuti
dengan penurunan kinerja dosen sebesar 0,037 satuan. 2 peningkatan satu satuan kompetensi akan diikuti dengan peningkatan kinerja dosen sebesar 0,596 satuan.
3 peningkatan satu satuan motivasi akan diikuti dengan peningkatan kinerja dosen sebesar 0,49 satuan. Guna mengetahui tingkat keberartiansignifikansi dari
hasil regresi antara kompensasi, kompetensi dan motivasi dengan kinerja dosen berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa H0 secara simultan diterima
karena nilai taraf signifikansi 0,05 artinya tidak terdapat hubungan kompensasi, kompetensi dan motivasi dengan kinerja dosen
Hasil analisis regresi pengaruh bersama koefisien determinasi hubungan kompensasi, kompetensi dan motivasi dengan kinerja dosen adalah 0,325 berarti
variabel yang dipilih pada variabel independen kompensasi, kompetensi dan motivasi dapat menerangkan variasi variabel dependen kinerja dengan
kontribusi 32,5, sedangkan sisanya 67,5 diterangkan oleh variabel lain. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Tidak terdapat hubungan kompensasi, kompetensi dan motivasi dengan kinerja dosen hal ini dapat terjadi kemungkinan disebabkan kultur atau budaya
organisasi di sebuah pondok pesantren dimana para kyai, koordinator pesantren dan guru senior selalu menanamkan doktrin-doktrin tentang kerja amalan yang
istiqomah dan ikhlas yang akan menghantarkan seorang muslim mencapai derajat yang tertinggi di mata manusia dan Allah, mendapat barokah dan selalu
dalam perlindungan Allah. Doktrin ini dikuatkan dengan pengalaman- pengalaman spiritual yang dialami oleh guru senior pesantren yang kemudian
diungkapkannya sebagai “buah” dari setiap tindakan istiqomah dan ikhlas yang dilakukannya dalam setiap proses pendidikan yang dikerjakannya selama
mengabdi menjadi tenaga edukatif di lingkungan pesantren dan masyarakat pada umumnya. Sehingga dalam kondisi seperti ini dalam melakukan kegiatan secara
sukarela sebagai manifestasi ibadah kepada Allah SWT.
E. Keterbatasan Penelitian