10
c Lahan Kritis di Kawasan PegununganPerbukitan Lahan kritis di kawasan pegunungan terjadi akibat adanya
longsor, erosi atau soil creep tanah merayap. Lapisan tanah yang paling atas top soil terkelupas, sisanya tanah yang tandus bahkan
sering merupakan batuan padas Romenah, 2007:9.
B. Satuan Lahan
Satuan lahan land unit merupakan bagian lahan yang mempunyai
kualitas dan karasteristik tertentu sehingga dapat ditentukan batasnya pada peta FAO, 1979 dalam Sriyono 2007:63. Penggunaan satuan lahan
didasarkan pada beberapa faktor yang berpengaruh pada suatu lahan, faktor- faktor tersebut meliputi jenis batuan, jenis tanah, kemiringan lereng dan
penggunaan lahan.
C. Erosi
1. Proses Terjadinya Erosi
Erosi adalah hilangnya atau terkikisnya tanah atau bagian-bagian tanah dari suatu tempat yang diangkut oleh air atau angin ke tempat lain
Arsyad, 1989:30. Proses erosi bermula dari panghancuran tanah sebagai akibat pukulan air hujan yang mempunyai daya lebih besar dari pada daya
tahan tanah, hancuran partikel-partikel tanah yang menyumbat pori-pori tanah mengakibatkan kapasitas infiltrasi tanah menurun sehingga air
mengalir di permukaan tanah sebagai limpasan permukaan run off. Limpasan permukaan mempunyai energi untuk mengikis dan mengakut
partikel-partikel tanah, jika tenaga limpasan permukaan sudah tidak bisa
11
mengangkut lagi bahan bahan hancuran maka bahan-bahan hancuran tersebut akan diendapkan, dengan demikian ada tiga proses yang bekerja
secara berurutan dalam proses erosi diawali dengan penghancuran agregat tanah, pengangkutan dan diakhiri dengan pengendapan.
2. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Erosi
a. Curah Hujan
Curah hujan merupakan penyedia air secara alamiah intensitas hujan yang besar menyebabkan bertambah pula partikel tanah yang
terlepaskan sebanding dengan energi kinetik yang dilepas, sehingga partikel tanah yang terlepas semakin besar pula. Sistem klasifikasi
yang digunakan pada penelitian ini adalah sistem klasifikasi menurut Schmidt dan Ferguson.
Klasifikasi iklim dari Schmidt dan Ferguson didasarkan pada nisbah rata-rata jumlah bulan kering, yaitu apabila curah hujan kurang
dari 60 mm, dan rata-rata jumlah bulan basah apabila curah hujan lebih dari 100 mm dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Jumlah bulan kering rata - rata Q =
X 100 Jumlah bulan basah rata rata
12
Tabel 1. Penggolongan iklim menurut Schmidt dan Ferguson. Tipe Iklim
Nilai Q dalam Keterangan
A 0 ≤ Q 0,143
Sangat Basah B 0,143
≤ Q 0,333 Basah
C 0,333 ≤ Q 0,600
Agak Basah D 0,600
≤ Q 1,000 Sedang
E 1,000 ≤ Q 1,670
Agak Kering F 1,670
≤ Q 3,000 Kering
G 3,000 ≤ Q 7,000
Sangat kering H 7,000
≤ Q Luar biasa Kering
Sumber : Schmidt dan Ferguson, 1951 dalam Handayani 2006:42.
b. Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan dari berbagai golongan besar partikel tanah dalam suatu masa tanah terutama perbandingan antara
fraksi liat lempung dan pasir Suripin, 2001:42. Tekstur tanah mempengaruhi proses perembesan air dan menghambat perakaran.
Tekstur tanah liat memiliki tingkat kekerasan yang paling tinggi apabila ditembus oleh akar tanaman dibandingkan dengan tanah yang
bertekstur pasir, demikian juga dalam meloloskan air tekstur liat lebih sulit dari pada tekstur pasir.
c. Struktur Tanah
Struktur tanah berpengaruh pada peresapan air ke dalam tanah bentuk struktur tanah yang membulat granular, remah, gumpal
membulat menghasilkan tanah dengan daya serap tinggi sehingga air mudah meresap kedalam tanah, dan aliran permukaan menjadi kecil
sehingga erosi juga kecil. Struktur tanah yang mantap tidak akan mudah hancur oleh pukulan-pukulan air hujan sehingga akan tahan
terhadap erosi. Sebaliknya struktur tanah yang tidak mantap sangat
13
peka terhadap pukulan butiran-butiran air hujan, menjadi butir-butir halus sehingga menutup pori-pori tanah. Akibatnya infiltrasi
terhambat dan aliran permukaan meningkat yang berarti erosi juga akan meningkat.
d. Lereng Kemiringan Lereng dan Panjang Lereng
Kemiringan dan panjang lereng adalah dua faktor yang menentukan karasteristik topografi suatu daerah aliran sungai. Kedua
faktor tersebut berperan besar pada proses erosi karena faktor tersebut menentukan besarnya kecepatan dan volume air permukaan Suripin,
2001:104. Kecuraman, panjang dan bentuk lereng semuanya mempengaruhi laju aliran permukaan dan erosi. Semakin tinggi
tingkat kecuraman atau kemiringan lereng semakin tinggi pula erosinya. Panjang lereng akan bepengaruh pada proses pengangkutan
tanah semakin panjang lereng semakin besar tanah yang tererosi. Tabel 2. Kriteria Kecuraman Lereng.
Kode Kemiringan Keterangan
A B
C D
E 0 - 3
3 – 8 8 – 15
15- 40 40
Datar Landai
Miring Terjal
Sangat Terjal Sumber: Ananta Kusuma, 1987:98.
e. Kandungan Bahan Organik
Kandungan bahan organik dapat berupa mineral atau organik. Kebanyakan bahan organik tanah berasal dari jaringan tanaman,
jaringan hewan atau produk tanaman lainya yang merupakan sumber
14
nitrogen bagi tanah. Bahan organik tanah berperan penting dan merupakan faktor kunci dalam berbagai proses biokimia dalam tanah
untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Selain itu bahan organik juga mampu meningkatkan daya tanah menahan air water holding
capacity sehingga dapat menekan erosi.
f. Vegetasi
Pengaruh vegetasi terhadap erosi adalah, 1 Menghalangi air hujan agar tidak jatuh langsung di permukaan tanah, sehingga
kekuatan untuk menghancurkan tanah dapat dikurangi, 2 Menghambat aliran permukaan dan memperbanyak air infiltrasi, 3
Penyerapan air kedalam tanah diperkuat oleh transpirasi penguapan melalui vegetasi, 4 Mempertahankan kemantapan kapasitas tanah
dalam penyerapan air Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Daerah Aliran Sungai , 2002:76.
Hutan pada bagian tanah yang ditumbuhi rumput paling efektif dalam mencegah erosi karena daun-daunnya dan rumputnya rapat.
Untuk pencegahan erosi paling sedikit 70 tanah harus tertutup vegetasi Rauf Abdul, 2002:63.
g. Permeabilitas Tanah
Permebilitas tanah adalah cepat lambatnya air yang melalui pori-pori mikro dan makro. Fungsi permebilitas adalah
menghilangkan daya air dalam mengerosi tanah permebilitas tanah diukur berdasarkan laju kecepatan air yang merembes di dalam tanah
15
dengan satuan yang umum digunakan adalah cmjam. Apabila daya
infiltrasi tanah besar, berarti air mudah meresap ke dalam tanah, sehingga aliran permukaan kecil dan erosi juga kecil.
h. Pengelolaan Lahan atau Campur Tangan Manusia
Penggunaan lahan land use yaitu setiap bentuk intervensi campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya baik meteril maupun sepirituil. Penggunaan lahan dapat dikelompokan kedalam dua golongan besar yaitu penggunaan
lahan pertanian dan penggunaan lahan non pertanian. Penggunaan lahan pertanian dibedakan menjadi penggunaan lahan berdasarkan
atas penyediaan air dan penggunaan lahan untuk usaha komoditi seperti padi, jagung, karet dan lainya Sriyono, 2007:3.
Penggunaan lahan sangat berpengaruh pada lahan dalam berbagai hal baik yang berdampak positif maupun yang berdampak
negatif pada kelestarian sumber daya lahan. Kepekaan tanah terhadap
erosi dapat diubah oleh manusia menjadi lebih baik atau buruk. Pembuatan teras-teras pada tanah berlereng curam merupakan
pengaruh baik manusia, karena dapat mengurangi erosi. Sebaliknya penggundulan hutan di daerah pegunungan merupakan pengaruh yang
jelek karena dapat menyebabkan erosi dan banjir.
16
3. Jenis-jenis Erosi
a Pelarutan
Erosi pelarutan adalah proses pengikisan lahan oleh tenaga kinetik air hujan yang terjadi pada daerah kapur atau karst. Erosi ini
banyak terdapat pada daerah-daerah dengan kondisi fisik berupa lahan kapur atau Karst, seperti pada daerah Purwodadi dan Gunung Kidul
Romenah, 2008:26.
b Erosi Percikan Splash erosion
Erosi ini terjadi karena gaya kinetik oleh air hujan yang yang jatuh ke tanah yang mengakibatkan percikan pada tanah. Di daerah
yang berlereng, tanah yang terlempar tersebut umumnya jatuh ke lereng dibawahnya Kusuma Ananto, 1987:23.
c Erosi Lembar Sheet erosion
Erosi lembar adalah jenis erosi atau pemindahan tanah yang terjadi lembar demi lembar lapis demi lapis mulai dari lapisan yang
paling atas kelapisan dibawahnya dan seterusnya. Erosi ini sepintas tidak terlihat karena proses kehilangan tanah terjadi secara seragam,
tetapi dapat berbahaya karena pada suatu saat lapisan atas top soil akan hilang Suhendar Sholeh, 2007:26.
d Erosi Alur rill erosion
Proses erosi ini terjadi dimulai dari genangan-genangan kecil setempat setempat pada suatu lereng, maka bila air dalam genangan
itu mengalir maka akan terbentuk alur-alur bekas aliran tersebut
17
Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Daerah Aliran Sungai
, 2002:10.
e Erosi Jurang gully erosion
Erosi ini merupakan lanjutan dari erosi alur. Karena alur yang terus menerus digerus oleh aliran air terutama pada daerah-daerah
yang banyak hujan, maka alur-alur tersebut menjadi dalam dan lebar dengan aliran limpasan yang kuat. Alur- alur tersebut tidak bisa hilang
dengan pengolahan tanah yang biasa.
f Erosi Parit chanel erosion
Parit-parit yang besar sering mengalir lama setelah hujan berhenti. Aliran dalam parit ini dapat mengikis dasar parit atau
dinding-dinding tebing parit dibawah permukaan air, sehingga tebing diatasnya dapat runtuh ke dasar parit. Adanya gejala meander dari
aliran dapat meningkatkan pengikisan tebing ditempat tempat tertentu. Suhendar Sholeh, 2007:28.
g Longsor
Longsor terjadi karena gaya gravitasi, biasanya karena biasanya dibagian bawah tanah terdapat lapisan licin dan kedap air seperti
batuan liat. Dalam musim hujan tanah di atasnya menjadi jenuh air sehingga berat dan bergeser ke bawah melalui lapisan yang licin
tersebut sebagai tanah longsor Suhendar Sholeh, 2007:30.
18
D. Metode Universal Soil Loss Equation USLE
Usle adalah suatu model erosi yang dirancang untuk memprediksi erosi dalam jangka waktu yang panjang dari erosi lembar atau alur dibawah
keadaan tertentu, Usle dapat di aplikasikan pada lahan pertanian maupun lahan non pertanian. Usle dikembangkan di National Runoff and soil loss data
centre di Amerika. Perkiraan erosi metode USLE menggunakan enam
variabel sebagai berikut :
A = R.K.LS.C.P
Wischmeir dan Smith dalam Ananto Kusuma, 1987:86. A
= banyak tanah yang tererosi tonhath R
= erosivitas hujan kjhacm K
= indeks erodibilitas tanah kjton LS
= indeks panjang dan curam lereng C
= indeks vegetasi P
= indeks konservasi lahan
Metode USLE dapat digambarkan secara sekematis sebagai berikut:
A = R
K LS P C
Gambar 1. Skema Persamaan USLE Arsyad, 1989:250.
Besarnya erosi yang akan terjadi
sebagai fungsi Hujan
Energi Kekuatan perusak
hujan
Potensi erosi lahan
Sifat tanah Pengelolaan
Pengelolaan lahan
Pengelolaan tanaman
19
1. Erosivitas Hujan R
Erosivitas hujan adalah kemampuan hujan dalam menimbulkan erosi tanah. Erosivitas ini merupakan fungsi dari sifat fisisk hujan seperti
jumlah atau curah hujan, lama hujan, intensitas hujan, ukuran butir-butir hujan dan kecepatan jatuh air hujan. Erosivitivitas hujan R yaitu jumlah
suatu indeks erosi hujan dalam setahun dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut
R =
∑
n i
x EI
100
Sumber : Chay Asdak, 2004:346 Keterangan :
R = Erosivitas hujan adalah kempuan energi hujan dalam mengerosi tanah, merupakan gabungan dari beberapa variabel yaitu jumlah hujan,
lama hujan, intensitas hujan dan ukuran butir hujan. Erosivitas hujan dalam satuan KjHaCm.
n = Jumlah kejadian hujan dalam satu tahun, yaitu banyaknya hari hujan atau kejadian hujan dalam satu tahun.
x = Jumlah tahun atau musim hujan yang digunakan dalam perhitungan, paling sedikit digunakan data curah hujan selama sepuluh tahun.
EI
30
adalah interaksi energi dengan interaksi maksimum selama 30 menit, E adalah energi kinetik selama periode hujan dalam satuan
tonmeterhektar. I
30
adalah intensitas hujan maksimum 30 menit dalam CmJam, biasanya dinyatakan sebagai indeks potensial erosi hujanatau
indeks erosi hujan.
20
EI
30
= 6,12RAIN
1,21
DAYS
-0,47
MAX P
0,53
Sumber : Chay Asdak, 2004:347 Keterangan :
EI
30
= Erosivitas hujan rata rata tahunan. RAIN = Curah hujan bulanan.
DAYS = Jumlah hari hujan per bulan. MAX P = Hujan maximum harian 24 jam dalam bulan yang
bersangkutan.
2. Erodibilitas Tanah K
Erodibilitas tanah merupakan rata rata karasteristik tanah dan respon tanah terhadap hujan dalam jangka panjang. Erodibilitas digunakan
untuk memprediksi rata-rata erosi tanah dalam jangka panjang.
K = {2,71x10
-4
12-OMM
1,14
+3,25S-2+2,5P-3100}
Sumber : Chay Asdak, 2004:352 Keterangan :
OM = Unsur Organik S
= Kode Struktur Tanah P
= Permeabilitas Tanah M
= debu+pasir halusx 100-liat Tabel 3. Nilai Struktur Tanah
No Kelas struktur tanah ukuran diametear Harkat
1 2
3 4
Granular sangat halus Granular halus
Granular sedang sampai kasar Gumpal, lempeng, pejal
1 2
3 4
Sumber: Arsyad,1989:252.
21
Tekstur tanah adalah perbandingan dari berbagai golongan besar partikel tanah dalam suatu masa tanah terutam perbandinagn antara fraksi
liat lempung dan pasir Aziz Sultani, 2008:24. Tekstur tanah mempengaruhi proses perembesan air dan menghambat perakaran.
Tekstur tanah liat memiliki tingkat kekerasan yang paling tinggi apabila ditembus oleh akar tanaman dibandingkan dengan tanah yang bertekstur
pasir, demikian juga dalam meloloskan air tekstur liat lebih sulit dari pada tekstur pasir.
Tabel 4. Nilai Tekstur atau Ukuran Butir M Untuk Digunakan Dalam Rumus Hammer.
No Kelas tekstur USDA
Nilai M 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
14 Liat berat
Liat sedang Liat berpasir
Liat ringan Lempung liat berpasir
Liat berdebu Lempung liat
Pasir Lempung berpasir
Lempung liat berdebu Lempung pasir berdebu
Lempung Lempung berdebu
Debu 210
750 1213
1685 2160
2830 2830
3035 3245
3770 4005
4390 6330
8245
Sumber: Hammer 1979 dalam Sari Kumala, 2003:3. Bahan organik tanah berperan penting dan merupakan faktor kunci
dalam berbagai proses biokimia dalam tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Selain itu bahan organik juga mampu
meningkatkan daya tanah menahan air water holding capacity sehingga dapat menekan erosi.
22
Tabel 5. Kelas Kandungan Bahan Organik USDA, 1951 No Kelas
Prosentase Harkat
1 2
3 4
5 Sangat rendah
Rendah Sedang
Tinggi Sangat tinggi
1 1 – 2
2,1 – 3 3,1 – 5
5 1
2 3
4
Sumber : Sahuleka Welhemus, 1993:71. Permeabilitas tanah adalah cepat lambatnya air yang melalui pori
pori mikro dan makro. Fungsi permebilitas adalah menghilangkan daya air dalam mengerosi tanah permeabilitas tanah diukur berdasarkan laju
kecepatan air yag merembes di dalam tanah dengan satuan yang umum di gunakan adalah cmjam.
Apabila daya infiltrasi tanah besar, berarti air mudah meresap ke dalam tanah, sehingga aliran permukaan kecil dan erosi
juga kecil.
Tabel 6. Permeabilitas Tanah Dapat Di Klasifikasikan Sebagai Berikut: No Kriteria Kelas
kecepatan permebilitas tanah
Harkat 1
2 3
4 5
6 Sangat lambat
Lambat Lambat sampai sedang
Sedang Sedang sampai cepat
Cepat 0,5 cmjam
0,5-2,0 cmjam 2,0-6,3 cmjam
6,3-12,7 cmjam 12,7-25,4 cmjam
25,4 cmjam 6
5 4
3 2
1
Sumber : Arsyad, 1989:252.
3. Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng LS
Variabel panjang lereng dan kemiringan lereng dihitung dengan langsung memasukan data panjang lereng dan kemiringan lereng kedalam
persamaan sebagai berikut :
23
LS = √x x 0,0138 + 0,00965S + 0,00138S
2
Sumber : Wischemeir dan Smith dalam Arsyad, 1989:253. Keterangan.
LS = Indeks panjang dan kemiringan lereng X = Panjang lereng dalam meter m
S = Kemirinngan lereng dalam persen
4. Faktor Tanaman C
Faktor pengelolaan tanaman menggambarkan nisbah antara kehilangan tanah dari lahan yang diusahakan untuk pertanian dengan suatu
sistem pengolahan terhadap kehilangan tanah dari lahan yang terus menerus diolah tetapi tanpa pertanaman di atas jenis tanah, topografi, dan
kondisi lingkungan yang sama.
Tabel 7. Nilai Faktor C Untuk Beberapa Faktor Pengelolaan Jenis pengelolaan pertanaman
Nilai C tahunan Tanah terbuka tanpa tanaman
Hutan alami Hutan produksi
Semak belukar padang rumput Perkebunan kebun campur
Tegalan tidak di sepesifikasi Pasang rumput
Ubi kayu Jagung
Kedelai Kentang
Kacang tanah Tebu
Pisang Alang alang murni
Tembakau 1
0,001 0,5
0,3 0,2
0,7
0,02 0,8
0,7 0,399
0,4 0,2
0,2 0,6
0,001 0,7
Sumber : Arsyad, 1989:258 dan Deptan, 2006.
24
5. Tindakan Pengelolaan Tanah
Kepekaan tanah terhadap erosi dapat diubah oleh manusia menjadi lebih baik atau buruk. Pembuatan teras-teras pada tanah berlereng curam
merupakan pengaruh baik manusia, karena dapat mengurangi erosi. Sebaliknya penggundulan hutan di daerah pegunungan merupakan
pengaruh yang jelek karena dapat menyebabkan erosi dan banjir.
Tabel 8. Nilai Faktor P Pada Berbagai Aktivitas Konservasi Tanah Teknik konservasi
Nilai P Tanpa tindakan konservasi
1,00 Semak belukar
a. Tak terganggu b. Sebagian rumput
0,01 0,10
Kebunkerkebunan campuran a. Penutup tanah sempurna
b. Penutup tanah sebagian 0,01
0,07 Tegalan
a. Teras tradisional b. Teras bangku baik
c. Teras bangku jelek 0,40
0,20 0,35
Sumber : Abdurachman dkk, 1984 dalam Chay Asdak.
6. Kelas Tingkat Bahaya Erosi
Perkiraan erosi rata-rata tahunan dan kedalaman tanah dipertimbangkan dalam penentuan Tingkat Bahaya Erosi TBE pada
setiap satuan lahannya kelas TBE diberikan pada tiap satuan lahan dengan menggunakan informasi kedalaman tanah dan perkiraan erosi tahunan dari
USLE. Kelas TBE ditentukan dengan menggunakan matriks seperti tabel berikut.
25
Tabel 9. Kelas Tingkat Bahaya Erosi TBE Solum Tanah Cm
Erosi tonhatahun 15
15 -60 60 -180
180 – 480 480
Dalam 90 SR
R I
S II
B III
SB IV
Sedang 60 – 90 R
I S
II B
III SB
IV SB
IV Dangkal 30 –60
S II
B III
SB IV
SB IV
SB IV
Sangat dangkal 30 B
III SB
IV SB
IV SB
IV SB
IV Sumber : Debhut, 1998
Keterangan :
SR : Sangat Rendah R :
Rendah
S : Sedang
B :
Berat
SB :
SangatBerat
E. Konservasi Lahan
Konservasi adalah pemeliharaan, penyelamatan , pengawetan, dan perlindungan Burhani, 2002:310. Konservasi Lahan adalah upaya untuk
mempertahankan, merehabilitasi dan meningkatkan daya guna lahan sesuai dengan peruntukanya Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial,
1998. Penerapan teknik konservasi lahan bertujuan untuk peningkatkan
produksi dan pemanfaatan lahan semaksimal mungkin dalam jangka panjang untuk mencegah kerusakan lahan dan menjaga kelestarian sumberdaya lahan
Hermawan et.al, 1995:35. Konservasi lahan dilakukan agar energi perusak butir butir hujan dan aliran permukaan dapat dikurangi sekecil mungkin
sehingga tidak merusak dan agregat tanah lebih tahan terhadap pukulan butir
26
hujan dan aliran permukaan agar sumber daya lahan tetap terjaga kelestarianya.
Menurut Morgan 1979 ada tiga metode dalam melakukan konservasi lahan.
1. memperbaiki dan menjaga tanah agar tahan terhadap penghancuran dan pengangkutan serta lebih besar daya resap airnya.
2. Menutup tanah dengan tanaman atau sisa tumbuhan agar tanah terlindung dari pukulan butiran hujan yang jatuh.
3. Mengatur aliran permukaan senhingga aliran prmukaan mengalir dengan kekuatan yang tidak merusak.
Tindakan konservasi lahan didasarkan pada prinsip prinsip 1 Memperbesar resistensi permukaan tanah sehingga lapisan permukaan tanah
tahan terhadap pengaruh tumbukan butir butir hujan, 2 Memperbesar kapasitas infiltrasi tanah sehingga daya rusak dan daya hanyut aliran
permukaan terhdap partikel partikel tanah dapat di perkecil atau diresudir Kartasapoetra1985:45.
Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut maka usaha konservasi lahan atau usaha pengawetan lahan dapat dilakukan dengan dengan teknologi atau
dengan cara sebagai brikut:
a. Vegetatif.
Teknik konservasi secara vegetatitf adalah pengelolaan tanaman dengan sedemikian rupa sehingga dapat menekan laju erosi dan aliran
permukaan Kusuma Ananta, 1987:118.
27
b. Fisik atau Mekanis.
Konservasi lahan fisik atau mekanis adalah Konservasi lahan yang dilakukan dengan membuat bangunan atau wahana yang dibuat dalam
bentuk bangunan sipil teknis seperti penerasan, pembuatan guludan- guludan, saluran pembuangan limpasan, dam pengendali dan lainya. secara
mekanis pada dasarnya bertujuan 1 Memperkecil aliran permukaan sehingga mengalir dengan kekuatan yang tidak merusak, 2 Menampung
dan menyalurkan aliran permukaan pada bangunan tertentu atau lahan pertanian yang telah disiapkan.
Usaha konservasi lahan atau pengawetan lahan dapat dilakukan dengan cara teknis mekanis namun cara teknik ini membutuhkan biaya
yang besar dibanding denagan cara vegetatif, karena menyangkut pembuatan prasarana seperti.
1 Pembuatan jalur-jalur bagi pengaliran air dari tempat tertentu ketempat-tempat pembuangan water ways.
2 Pembuatan teras-teras atau sengkedan-sengkedan agar aliran air terhambat sehingga daya angkut atau daya hanyutnya berkurang.
3 Pembuatan selokan dan parit atau korak-korak pada tempat-tempat tertentu saluran pembuangan air.
4 Melakukan pengolahan tanah sedemikian rupa yang sejajar dengan garis kontur.
5 Pembuatan saluran pembuangan pengendali chek dam yang berfungsi sebagai pengendali sedimentasi.
28
c. Kimiawi.
Konservasi cara kimia dalam usaha pengawetan lahan adalah dengan memanfaatkan Soil Conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah
bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan resisten terhadap erosi , tindakan pemupukan dapat memperkaya bahan organik
dan pengapuran dapat meningkatkan pH tanah Kartasapoetra, 1985:72. Melakukan konservasi lahan idealnya dilakukan sedini mungkin jika
terjadi kerusakan lahan, tetapi mempertimbangkan biaya, waktu, tenaga dan faktor lainya maka konservasi lahan dilakukan dengan analisis terlebih
dahulu pada lahan mengenai jenis dan tingkat kerusakan lahan yang terjadi kemudian melakuakan prioritas konservasi menurut tingkat kerusakan
lahan.
F. Prioritas Konservasi