37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang akan dibahas meliputi gambaran umum, satuan lahan, persebaran sampel tanah, variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat
bahaya erosi, dan hasil perhitugan erosi dengan metode USLE dan memberi arahan konservasi pada lahan kering tegalan.
1. Gambaran Umum
d. Lokasi
Secara astronomis daerah penelitian terletak pada 07 13’30”-
07 07’30” LS dan 109
56’30”-110 01’30” BT Peta Administrasi
Tretep. Secara administrasi Kecamatan Tretep terletak di Kabupaten Temanggung, Propinsi Jawa Tengah. Batas administrasi dari
Kecamatan Tretep adalah sebagai berikut Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bejen dan Kabupaten Kendal, Sebelah timur
berbatasan dengan Kecamatan Candiroto, Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Wonoboyo, Sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Wonosobo. Luas Kecamatan Tretep 3.721,661 Ha
terdiri dari 11 Desa yaitu Simpar, Campurejo, Bendungan, Tretep, Tlogo, Donorejo,
Nglarangan, Sigedong, Bonjor, TempelSari, Bojong.
38
39
e. Iklim
Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu tempat dihitung dalam jangka waktu yang lama. Faktor yang mempengaruhi iklim
adalah hujan, radiasi matahari dan evapotranspirasi. Kondisi iklim akan berpengaruh pada proses erosi. Variabel iklim yang akan di
hitung dan di analisis pada penelitian ini adalah curah hujan dan tipe iklim.
Curah hujan merupakan salah satu variabel iklim yang berpengaruh pada proses terjadinya erosi, curah hujan yang
intensitasnya tinggi akan mempercepat proses penghancuran agregat tanah dan memperbesar aliran permukaan yang mengakibatkan erosi
tanah dalam jumlah yang besar Le orde 2008:43. Curah hujan pada daerah penelitian dihitung berdasarkan data
curah hujan di lapangan yang diperoleh dari stasiun hujan No 65 Kecamatan Tretep yang terletak pada 1.200 meter di atas permukaan
air laut. Data yang di gunakan adalah jumlah hari hujan dan data hujan bulanan. Data hujan bulanan digunakan untuk melihat banyaknya hari
hujan, Fluktuansi curah hujan bulanan dan besarnya curah hujan bulanan maksimum yang terjadi dan digunakan untuk menghitung
erosivitas hujan bulanan. Untuk menghitung besarnya erosivitas hujan digunakan data
hujan minimal sepuluh tahunan. Data curah hujan yang digunakan
40
pada penelitian ini adalah data hujan selama 16 tahun dari tahun 1993- 2008.
Klasifikasi iklim pada lokasi penelitian didasakan pada klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson dengan menentukan besarnya
nilai Q Qoutlet yang merupakan perbandingan rata-rata bulan kering dengan rata-rata bulan basah. Besarnya nilai Q ditentukan berdasarkan
persamaan:
100 x
basah bulan
rata -
rata kering
bulan rata
- rata
Q =
Bulan basah adalah bulan yang memiliki curah hujan bulananya 100 mm, bulan kering adalah bulan yang curah hujan bulananya
60 mm dan bulan yang curah hujan bulananya antara 60 – 100 mm disebut bulan lembab.
Hasil klasifikasi iklim lokasi penelitian menurut Schmidt dan Ferguson menggunakan data hujan bulanan Kecamatan Tretep dari
tahun 1993-2008, dapat dilihat pada Tabel 11.
41
Tabel 11. Jumlah Bulan Basah, Bulan Kering dan Bulan Lembab.
Tahun Bulan Basah
Bulan Kering Bulan Lembab
1993 8 2
2 1994 6
6 1995 9
3 1996 8
3 1
1997 6 5
1 1998 10
1 1
1999 8 4
2000 9 2
1 2001 10
2 2002 7
3 1
2003 8 2
2 2004 8
2 1
2005 10 1
1 2006 5
7 2007 8
3 1
2008 8 3
1 Rata-rata 8
3,06 0,81
Sumber : Hasil Analisis Data Hujan Kecamatan Tretep tahun 1993- 2008.
Berdasarkan Tabel 11, nilai Q dapat dihitung sebagai berikut:
100 x
basah bulan
rata -
rata kering
bulan rata
- rata
Q =
38,25 Q
100 X
8 3,06
Q =
=
Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson daerah penelitian masuk dalam golongan tipe iklim C agak basah dengan
nilai Q 38,25 , dengan ciri-ciri iklim bervegetasi hutan rimba diantaranya terdapat jenis-jenis vegetasi berdaun gugur pada bulan
kemarau.
42
12 700
rat a-
rat a
j u
ml a
h b
u la
n keri
n g
11 10
H
300 9
G
8 167
7
F
100 6
E
5
D
60 4
33,3 3
C Tipe C
2
B
14,3 1
A
1 2 3 4
5 6 7
8 9 10
11 12
rata-rata jumlah bulan basah
Gambar 4. Pembagian wilayah iklim berdasarkan rata-rata jumlah bulan kering dan rata-rata jumlah bulan basah.
Sumber : Schmidt dan Ferguson dalam Handayani, 2006:41.
a. Topografi