77
konservasi seperti ini harus terus dipertahankan dan di tingkatkan agar erosi tanah dapat ditekan sekecil mungkin dan lahan dapat tetap
produktif.
b. Kelas Tingkat Bahaya Erosi Sedang
Daerah yang memiliki kelas tingkat bahaya erosi sedang sebaranya merata hamper pada setiap desa dengan persentase luasanya
kecil. Besarnya tanah yang tererosi 77,36-147,72 TonHaTh dan kedalaman solum tanah lebih dari 90 Cm. Daerah yang masuk
kedalam kelas tingkat bahaya erosi sedang mempunyai kemiringan lereng datar sampai miring dengan kemiringan lereng 3-15 , kondisi
seperti diatas di dukung dengan tindakan konservasi lahan berupa teras bangku dengan kontruksi baik sehingga tanah yang tererosi tidak
terlalu besar. Tindakan yang perlu dilakukan adalah menjaga konservasi lahan yang sudah ada dan dalam pengolahan lahan harus di
imbangi dengan tidakan konservasi lahan yang baik, seperti pembuatan teras pada lahan miring, pembuatan saluran-saluran
limpasan air hujan dan sistem penanaman di lakukan dengan teknik tumpang sari yang bertujuan untuk menekan laju erosi tanah sekecil
mungkin.
c. Kelas Tingkat Bahaya Erosi Berat
Klasifikasi kelas tingkat bahaya erosi berat diberikan pada lahan yang 1 besar tanah yang tererosi 180-480 TonHaTh untuk
kedalaman solum tanah 90 Cm, 2 besar tanah yang tererosi 60–80
78
TonHaTh dengan kedalaman solum tanah 60-30 Cm, 3 besar tanah yang tererosi 15 TonHaTh untuk kedalaman 30 Cm.
Lahan tegalan yang masuk kedalam kelas tingkat bahaya erosi ini bertopografi landai dengan kemiringan lereng 8-15 sehingga
menghasilkan indeks LS 1,47 sampai 2,52. tindakan konservasi lahan yang telah dilakukan oleh masyarakat dalam pengolahan lahan berupa
teras tradisional dengan kontruksi sederhana dan kurang efektif menahan laju erosi tanah. kedalam Solum tanah tidak terlalu dalam
60-90 Cm, di akibatkan karena pada lahan-lahan yang miring di tanami tanaman semusim tanpa disertai tindakan penerasan, sehingga
lapisan atas tanah top soil banyak yang tererosi sehingga solum tanah menjadi berkurang dangkal. Kondisi tersebut jika terus
dibiarkan terus menerus akan mengakibatkan kerusakan lahan yang lebih parah lagi, yang pada akhirnya lahan menjadi tidak produktif.
Tindakan yang harus dilakukan oleh masyarakat sebaiknya dalam pegolahan lahan menerapkan teknik tumpang sari antara
tanaman pokok yang ditanam selang-seling dengan tanaman penguat teras seperti cetaria yang bertujuan untuk menahan tanah oleh aliran
air permukaan run off, melakukan penerasan pada lahan miring dan membuat saluran-saluran pembuangan limpasan air hujan bertujuan
agar aliran limpasan tidak mengalir pada bidang tanam yang mengakibatkan erosi tanah lebih besar, Pemerintah setempat melalui
Dinas terkait melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai
79
pengolahan lahan dengan melakukan tindakan konservasi lahan yang tepat agar dapat menekan laju erosi.
d. Kelas Tingkat Bahaya Erosi Sangat Berat
Kelas tingkat bahaya erosi sangat berat merupakan kelas bahaya erosi yang paling tinggi. Pada kondisi di lapangan tanah yang tereosi
sudah sangat besar 480 TonHaTh dan lapisan atas tanah top soil sangat tipis. Pada daerah yang masuk kedalam kelas tingkat bahaya
erosi sangat berat memiliki kemiringan lereng 15 . Konservasi lahan yang dilakukan oleh masyarakat berupa teras
tradisional, pada lokasi-lokasi tertentu pada lahan dengan kemiringan lereng yang besar belum dilakukan konservasi lahan, bahkan pada
lahan pertanian tanaman kentang teknik pembaauatan teras dan penanamanya dilakukan dengan cara memotong kontur, tindakan
seperti ini merupakan konservasi lahan yang salah serta akan mempercepat laju erosi tanah. Kondisi tersebut jika tidak dilakukan
perbaikan dalam kaitanya dengan cara pengolahan lahan dan konservasi lahan akan mengakibatkan kerusakan tanah yang lebih
besar dan meluas, pada akhirnya tanah menjadi tidak produktif. Tindakan yang harus dilakukan adalah memberikan skala
prioritas konservasi pertama pada lahan yang masuk kedalam klasifikasi kelas tingkat bahaya erosi sangat berat dengan melakukan
penerasan pada bidang miring lahan, pembuatan saluran limpasan dan
80
memperbaiki teknik pengolahan lahan sehingga tidak memotong kontur lagi.
2. Arahan Konservasi Lahan