133
menempatkan guru sebagai subjek dari kontinuitas kemajuan; b Agar terwujud kontinuitas dan kemajuan, kebutuhan-kebutuhan pengembangan guru harus dinilai
secara teratur.; c Sekolah-sekolah membuat perencanaan untuk pengembangan guru yang mengikuti arus kebutuhan bagi pengembangan professional, jika
rencana pengembangan sekolah berhasil diimplementasikan; d Kebutuhan- kebutuhan professional yang muncul dari sumber-sumber professional dalam hal
ini peniliaian harus disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan sekolah dari sumber-sumber institusional dalam hal ini rencana pengembangan. Oleh karena
itu, sudah seharusnya isntitusi sebagai fasilitator guru harus mampu melihat apa saja yang menjadi kebutuhan guru untuk meningkatkan kompetensi
profesionalnya, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan perkembangan kurikulum, teknologi, dan sebagainya. Dan pada akhirnya
pengembangan kompetensi professional yang dilakukan secara intens oleh guru melalui pihak sekolah, diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru secara
optimal yang pada akhirnya berdampak pada kualitas pendidikan.
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah diusahakan sebaik-baiknya agar mendapatkan hasil yang maksimal, namun tidak dipungkiri bahwa penelitian ini masih terdapat
keterbatasan. Keterbatasan tersebut pertama, ketika pengambilan data dilapangan peneliti tidak bisa mendampingi semua guru dalam mengisi angket penelitian,
sehingga peneliti tidak mengetahui hasil tersebut sesuai dengan kondisi yang ada. Kedua, peneliti hanya melihat dari sisi subjektifitas dari jawaban guru saja.
Ketiga, peneliti hanya mengungkap tentang upaya pengembangan kompetensi
134
professional guru dan belum mengungkap alasan baik dari guru maupun sekolah dalam menetapkan program pengembangan tersebut. Dan terakhir, penelitian
hanya mengungkap tentang kompetensi professional. Belum mengungkap tentang kompetensi lainnya yaitu pedagogik, kepribadian, dan sosial.
135
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan pada bab IV, yaitu pengembangan kompetensi professional guru SMAMA di
Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Pengembangan kompetensi professional guru SMAMA di Kecamatan Pleret secara umum frekuensi rata-rata persentase keikutsertaan dari berbagai
pilihan jenis pengembangan sebesar 19, termasuk kategori sangat rendah. 2.
Pengembangan kompetensi professional guru SMAMA di Kecamatan Pleret berdasarkan status sekolah, sekolah dengan status Negeri lebih tinggi
dibandingkan dengan sekolah yang berstatus Swasta, dengan frekuensi rata- rata persentase keikutsertaan dari berbagai pilihan jenis pengembangan SMA
Muhammadiyah Pleret sebesar 15,5, MAN Wonokromo Bantul sebesar 21, dan SMA Negeri 1 Pleret sebesar 19,5.
3. Pengembangan kompetensi professional guru SMAMA di Kecamatan Pleret
secara mandiri dengan frekuensi rata-rata persentase keikutsertaan dari berbagai pilihan jenis pengembangan sebesar 21, termasuk ke dalam
kategori rendah. 4.
Pengembangan kompetensi professional guru SMAMA di Kecamatan Pleret melalui usaha institusi dengan frekuensi rata-rata persentase keikutsertaan
dari berbagai pilihan jenis pengembangan sebesar 17, termasuk kategori sangat rendah.