selanjutnya kebijakan pendidikan yang telah diterapkan dievaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilannya maupun kekurangannya.
Penelitian kebijakan pendidikan yang berdasarkan riset yang benar inilah yang sangat dibutuhkan oleh lembaga pendidikan maupun
instansi pemerintahan yang bertanggung jawab dalam pendidikan, agar dapat menghasilkan suatu kebijakan pendidikan yang efektif dan
mampu menjawab kebutuhan masyarakat.
3. Kebijakan Pendidikan Keaksaraan Dasar
Seperti yang kita ketahui bahwa kebijakan pendidikan adalah berupa pedoman yang disusun untuk menjadi landasan dalam praktek
pendidikan. Menurut H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho: Kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan dari proses dan
hasil perumusan langkah-langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi-misi pendidikan dalam rangka untuk
mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk kurun waktu tertentu H.A.R Tilaar dan
Riant Nugroho 2008: 140. Setelah mengetahui apa itu kebijakan pendidikan maka diperlukan
kajian mengenai keaksaraan dasar, dalam Petunjuk Teknis Keaksaraan Dasar tahun 2015, menyebutkan:
Pendidikan keaksaraan dasar merupakan upaya peningkatan kemampuan keberaksaraan penduduk buta aksara usia 15-59
tahun agar memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung,
mendengarkan, dan
berbicara untuk
mengkomunikasikan teks lisan dan tulis menggunakan aksara dan angka dalam bahasa Indonesia Ditjen PAUD dan
DIKMAS dan Direktur Pembinaan Pembinaan Pendidikan Masyarakat 2015: 4
Dalam Panduan Penyelenggaraan dan Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Dasar Tahun 2015, Menyebutkan:
Pendidikan keaksaraan dasar adalah layanan pendidikan bagi penduduk buta aksara agar memiliki kemampuan
membaca, menulis, berhitung dalam bahasa Indonesia, dan menganalisa sehingga memberikan peluang untuk
aktualisasi potensi diri Kemendikbud 2015:3. Dari hasil kajian diatas dapat disimpulkan bahwa
kebijakan pendidikan keaksaran dasar perumusan langkah- langkah strategis pendidikan yang dirumuskan berdasarkan visi
dan misi pendidikan, dengan tujuan sebagai pedoman untuk menyelenggarakan layanan pendidikan untuk warga masyarakat
yang buta aksara agar dapat memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung dalam bahasa Indonesia.
4. Landasan Hukum Kebijakan Pendidikan Keaksaraan Dasar
Pendidikan keaksaraan dasar adalah salah satu upaya pemerintah dalam pemberantasan buta aksara. Dalam Instruksi
Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar
Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara, menginstruksikan kepada Menteri Pendidikan Nasional, untuk:
a. Menetapkan Pedoman Pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan
Pemberantasan Buta Aksara; b. Melaksanakan, mengendalikan, memantau dan mengevaluasi
Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta
Aksara. Selanjutnya instruksi presiden menjadi acuan dalam menyusun
Permendiknas Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2006 tentang Pedoman Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara. Peraturan tersebut menyebutkan mengenai strategi pelaksanaan GNP-
PBA untuk pemberantasan buta aksara dengan sasaran yaitu: 1. Penduduk buta aksara usia 15 tahun keatas, dengan prioritas
penduduk buta aksara usia 15-44 tahun. 2. Penduduk buta aksara parsial atau penduduk yang hanya bisa
membaca dan menulis selain huruf latin. Dalam strategi pelaksanaan GNP-PBA peningkatan mutu pendidikan
keaksaraan dilakukan dengan pengembangan dan penetapan Standar Kompetensi Keaksaraan SKK dan Standar Isi SI pendidikan
keaksaraan mulai dari keaksaraan dasar, keaksaraan lanjutan dan keaksaraan mandiri.
Untuk menjaga kualitas proses dan pencapaian tujuan pendidikan keaksaraan dasar maka Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 86 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Dasar, yang bertujuan untuk:
1. Menjamin penyelenggaraan pendidikan keaksaraan dasar. 2. Mendorong pengembagan budaya mutu pendidikan keaksaraan
dasar. 3. Mendorong percepatan peningkatan dan pemerataan mutu
pendidikan keaksaraan dasar. 4. Melinungi warga negara dari praktik pendidikan keaksaraan dasar
yang tidak terstandar. 5. Menuntaskan target pemberantasan buta aksara.
Peraturan menteri pendidikan dan instruksi presiden diatas menjadi landasan hukum bagi Kemendikbud untuk menyusun Panduan
Penyelenggaraan dan Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Dasar Tahun 2015 yang merupakan bentuk dukungan terhadap penerapan
Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 84 Tahun 2014 tersebut agar lebih aplikatif dan implementatif, untuk mendorong terciptanya
pendidikan keaksaraan dasar yang mampu berkontribusi terhadap penurunan jumlah penduduk buta aksara, peningkatan minat baca,
penjaminan mutu program pendidikan keaksaraan dasar.
B. Proses Perumusan Kebijakan 1. Teori Perumusan Kebijakan Pendidikan