periode pemegangan saham. Aliran kas masuk tersebut dapat berasal dari dividen dan atau capital gain. ; 2. Estimasi terhadap required rate of
return. Tingkat keuntungan tersebut mencerminkan penghargaan terhadap waktu dan risiko.
b. Pendekatan Price Earning Ratio PER. PER merupakan salah satu indikator yang banyak digunakan dalam
penentuan harga saham. Perhitungan harga teoritis saham dengan pendekatan PER dilakukan dengan menentukan harga dari setiap rupiah
pendapatan yang akan diterima. Berikut persamaan matematis untuk mencari rasio tersebut adalah :
PER = P
o
E
o
atau PER = P
o
E
Dimana :
1
P
o
E : harga saham saat ini
o
E : laba per lembar saham earning per share saat ini.
1
PER sering dipakai untuk mengelompokkan saham berdasarkan tingkat pertumbuhannya. Saham dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi
umumnya memiliki PER yang lebih tinggi pula. : estimasi earning per share EPS pada periode yang akan datang.
2.1.4.2. Analisis Teknikal
Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harganya diwaktu yang lalu, volume perdagangan dan
Universitas Sumatera Utara
indeks harga saham gabungan. Perubahan harga saham cenderung bergerak pada satu arah tertentu trend. Pola tertentu pada masa lampau akan terulang kembali pada
masa yang akan datang. Analisis teknikal lebih memperhatikan pada apa yang telah terjadi di pasar, daripada apa yang seharusnya terjadi. Analisis teknikal
menggunakan data pasar dari saham misalnya perilaku pergerakan harga saham dan volume transaksi saham untuk menentukan nilai saham Kodrat dan Indonanjaya,
2010. Menurut Yuliati et.al 1997 Analisis teknikal didasarkan pada anggapan
bahwa harga suatu sekuritas akan ditentukan oleh penawaran dan permintaan terhadap sekuritas tersebut. Oleh karena itu teknik-teknik analisis dalam pendekatan
ini dirancang untuk mengukur kedua aspek diatas penawaran dan permintaan. Analisis teknikal didasarkan pada beberapa asumsi dasar, yaitu :
a. Harga sekuritas akan ditentukan oleh interaksi antara penawaran dan permintaan sekuritas.
b. Penawaran dan permintaan sekuritas itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, baik yang rasional maupun yang irrasional.
c. Perubahan harga sekuritas cenderung bergerak pada satu arah tertentu trend.
d. Pergeseran penawaran dan permintaan sekuritas akan mempengaruhi arah perubahan harga saham.
e. Pola-pola tertentu yang terjadi pada masa lampau akan terulang kembali pada masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
Berikut beberapa teknik dari analisis teknikal, yaitu : a. Teori Dow Dow Theory
Teori ini berusaha menggambarkan trend yang terjadi di pasar sekuritas atau pada sekuritas individual. Berdasarkan tingkat kepentingan dan
jangka waktunya, pergerakan harga sekuritas dapat dibedakan menjadi pergerakan primer primary movement, pergerakan sekunder secondary
movement dan pergerakan tersier tertiary movement. Pergerakan primer menunjukkan trend jangka panjang pasar modal. Pergerakan sekunder
pada umumnya hanya berlangsung selama beberapa bulan. Pergerakan ini mengoreksi harga-harga sekuritas, tetapi tidak mengubah arah dari
pergerakan primer. Sementara itu pergerakan tersier menunjukkan fluktuasi harian dari harga-harga sekuritas. Pencatatan fluktuasi harian ini
berguna untuk menentukan trend primer dan sekunder. b. Analisis Grafik.
Dalam analisis teknikal, sangat dibutuhkan adanya penggambaran grafik yang menunjukkan pola perubahan harga sekuritas dan indeks pasar
modal. Dengan memvisualisasikan perubahan harga historis, diharapkan akan dapat ditemukan pola-pola tertentu yang berguna bagi peramalan
harga sekuritas dan kondisi pasar modal. c.
Analisis keluasan pasar breadth of market analysis. Analisis ini berguna untuk mengetahui keadaan pasar modal. Analisis
keluasan pasar dilakukan dengan membandingkan jumlah sekuritas yang
Universitas Sumatera Utara
mengalami kenaikan harga dengan jumlah sekuritas yang mengalami penurunan harga, serta mengakumulasikannya.
d. Analisis Kekuatan relatif relative strength analysis Analisis ini pada dasarnya berusaha mengidentifikasi sekuritas yang
memiliki kekuatan relatif terhadap sekuritas lain. Harga sekuritas tersebut yang memiliki kekuatan relatif akan meningkat lebih cepat dari harga
sekuritas lain pada keadaan bullish. Sebaliknya jika pasar modal berada dalam keadaan bearish, maka penurunan harga sekuritas yang memiliki
kekuatan relatif akan berjalan lebih lambat dari sekuritas lain. e.
Analisis rata-rata bergerak moving average analysis. Analisis ini dapat dilakukan pada sekuritas individual, industri atau pasar
secara keseluruhan. Melalui perhitungan rata-rata bergerak harga sekuritas, akan dapat diketahui pola perubahan harga tersebut.
Selanjutnya hasil perhitungan akan dibandingkan dengan harga pasar sekuritas.
Analisis rata-rata bergerak dapat digunakan untuk meramal kondisi pasar modal dan untuk menentukan keputusan investasi misalnya kapan harus
menjual atau membeli sekuritas. Analis akan menyarankan pembelian suatu sekuritas apabila harga pasar sekuritas tersebut berada di bawah
garis rata-rata bergerak dengan trend naik. Di lain pihak, analis akan menyarankan penjualan suatu sekuritas apabila harga pasar sekuritas
tersebut berada diatas garis rata-rata bergerak dengan trend menurun
Universitas Sumatera Utara
Yuliati et.al, 1997. Menurut Husnan 1994, model penilaian saham merupakan suatu mekanisme
untuk merubah serangkaian variabel ekonomi atau variabel perusahaan yang diramalkan atau diamati menjadi perkiraan tentang harga saham. Variabel – variabel
ekonomi tersebut misalnya laba perusahaan, dividen yang dibagikan, variabilitas laba dan sebagainya.
Untuk menentukan harga saham yang tepat, perlu mendasarkan atas estimasi arus kas yang akan diterima oleh pemilik saham tersebut. Arus kas tersebut terdiri
dari dua komponen, yaitu dividen dan penjualan kembali saham tersebut. Kesulitan penggunaan arus kas yang di-present value-kan untuk menaksir harga saham,
kemudian memunculkan berbagai model penyederhanaan. Penyederhanaan dilakukan terutama dalam menaksir pola pembayaran dividen, tetapi konsep arus kas tetap
dipergunakan. Menurut Kieso Weygandt 2008, Jika perusahaan tidak membagikan laba
selama beberapa tahun dan sejumlah laba ditahan yang cukup besar telah diakumulasikan, maka nilai pasar saham yang beredar cenderung naik. Makin tinggi
harga pasar sebuah saham, makin kecil saham itu dapat dibeli oleh beberapa investor. Manajemen perusahaan yakin bahwa untuk menjalin hubungan masyarakat yang
lebih baik, kepemilikan yang lebih luas sangat diperlukan. Karena itu mereka berharap memiliki harga pasar yang cukup rendah sehingga berada dalam batas
kemampuan mayoritas investor potensial. Untuk mengurangi nilai pasar saham, cara yang biasa dipakai adalah pemecahan saham Stock Split.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Situmorang 2008, Pemecahan saham stock splits adalah pemecahan nilai nominal saham menjadi pecahan yang lebih kecil. Tujuan dari
pemecahan saham ini biasanya untuk menambah jumlah saham yang beredar, dan agar harga saham menjadi lebih murah, sehingga perdagangan saham menjadi lebih
likuid. Jadi hal ini sangat efektif bagi saham – saham yang harganya cukup tinggi. Keputusan pemecahan saham ini harus didasarkan atas persetujuan pemegang saham
pada saat Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. Adapun dampak dengan dilaksanakannya pemecahan saham, maka jumlah saham yang dimiliki oleh
pemegang saham menjadi bertambah banyak dengan nilai nominal per saham yang lebih kecil. Bersamaan dengan itu secara teoritis harga saham akan turun secara
proporsional dengan pertambahan jumlah saham. Akan tetapi secara keseluruhan nilai kapitalisasi saham tersebut tidak mengalami perubahan.
Stock split memiliki karakteristik sebagai berikut : 1 Nilai pasar saham menjadi berkurang; 2 Tidak terdapat perubahan nilai kapitalisasi; 3 Proporsi
kepemilikan saham tidak mengalami perubahan; 4 Terdapat penurunan pada nilai buku perusahaan, earning per share dan harga pasar per saham dan 5 Terjadi
pencapaian optimal trading range untuk harga pasar per saham Cahyaning, 2005 dalam Muniya, 2008.
Stock split dilakukan perusahaan karena diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat yaitu : 1 Menurunkan harga saham, membuat saham lebih likuid
untuk diperdagangkan, menimbulkan marketability dan efisiensi pasar; 2 Mengubah investor odd lot membeli saham di bawah 500 lembar menjadi investor round lot
Universitas Sumatera Utara
membeli saham minimal 500 lembar; 3 Memanfaatkan psikologi investor tentang tingkat keuntungan yang lebih tinggi karena basis harga yang lebih rendah; 4
Meningkatkan daya tarik masyarakat untuk berinvestasi dan 5 Mensinyalkan kondisi perusahaan yang bagus Annafi’, 2007 dalam Muniya 2008.
Dua teori utama yang mendominasi literatur stock split adalah signaling theory dan trading range theory Sukardi, 2003 dalam Anuragabudhi dan Anna, 2008.
Signaling Theory
Modigliani – Miller dalam Signaling theory menyatakan bahwa pemecahan saham memberikan informasi kepada investor tentang prospek peningkatan return
masa depan. Return yang meningkat tersebut dapat diprediksi dan merupakan sinyal tentang laba jangka pendek dan jangka panjang. Pengumuman pemecahan saham
dianggap sebagai sinyal yang diberikan oleh manajemen kepada publik bahwa perusahaan memiliki prospek yang bagus di masa depan. Reaksi pasar terhadap
pemecahan saham sebenarnya bukan terhadap tindakan pemecahan saham yang tidak memiliki nilai ekonomis, melainkan terhadap prospek perusahaan di masa depan
yang disinyalkan oleh pemecahan saham tersebut. Oleh karena itu, secara teoritis perusahaan yang melakukan pemecahan saham telah mengalami perkembangan laba
yang bagus dan bahkan akan terus mengalami perkembangan laba pada masa yang akan datang Biantoro, 2005.
Copeland 1979 dalam Jogiyanto 2003 menyatakan bahwa stock split memerlukan biaya transaksi yang besar, misal biaya mencetak sertifikat baru,
Universitas Sumatera Utara
sehingga hanya perusahaan yang mempunyai prospek baik saja yang mampu menanggung biaya ini. Jika pasar bereaksi pada waktu stock split, bukan berarti pasar
bereaksi karena informasi stock split yang tidak memiliki nilai ekonomis, melainkan karena mengetahui prospek perusahaan di masa depan yang disinyalkan melalui stock
split. Jadi menurut signaling theory, kinerja perusahaan merupakan faktor yang memotivasi perusahaan untuk melakukan aktivitas stock split.
Trading Range Theory
Manajemen melakukan stock split dalam upaya untuk mengarahkan harga saham pada interval tertentu yang tidak terlalu mahal atau tidak terlalu tinggi untuk
saham perusahaan. Menurut teori ini, harga saham yang dinilai terlalu tinggi menyebabkan saham tersebut kurang aktif untuk diperdagangkan. Keputusan stock
split menyebabkan harga saham menjadi tidak terlalu tinggi, sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi yang kemudian akan meningkatkan
likuiditas perdagangan saham. Jadi menurut trading range theory, manajemen melakukan stock split karena memandang bahwa harga saham perusahaan sudah
terlalu tinggi. Atau dengan kata lain, harga saham yang tinggi menjadi pendorong bagi manajemen untuk melakukan stock split.
Harga saham di pasar modal pasar sekunder setiap saat bisa mengalami perubahan, sehingga para investor atau calon investor harus jeli dalam pemilihan
saham. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan harga saham :
Universitas Sumatera Utara
1. Harapan investor terhadap tingkat pendapatan dividen di masa yang akan datang. Apabila tingkat pendapatan dan dividen stabil, maka harga saham
juga akan cenderung stabil. Sebaliknya jika tingkat pendapatan dan dividen berfluktuasi karena faktor internal, maka harga saham tersebut cenderung
berfluktuasi juga. 2. Tingkat pendapatan perusahaan. Apabila tingkat pendapatan perusahaan
besar maka akan semakin meningkat pula harga saham karena para investor bersikap optimis.
3. Kondisi perekonomian. Kondisi perekonomian di masa yang akan datang selalu dipengaruhi oleh kondisi perekonomian saat ini. Apabila kondisi
perekonomian saat ini stabil, maka para investor juga akan optimis terhadap kondisi perekonomian yang akan datang, sehingga harga saham akan
cenderung stabil, demikian sebaliknya Hendrawijaya, 2009. Menurut Kodrat, Indonanjaya 2010 Agar dapat menghitung nilai suatu saham,
investor harus memprediksi dividen saham biasa. Ada tiga pendekatan yaitu : 1. Dividen tidak bertumbuh Zero Growth
Jika diasumsikan bahwa dividen saham biasa tidak bertumbuh zero growth, g = 0; nilai saham dapat dihitung sebagai berikut :
P0 = D11 + Ks1 + D21 + Ks2 + ..... + D~1 + Ks~
2. Dividen bertumbuh secara Konstan Constant Growth
Asumsi bahwa dividen tidak bertumbuh atau konstan tidak realistis. Pada umumnya dividen bertumbuh sesuai dengan tingkat pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Asumsi dividen bertumbuh secara konstan ini biasanya diterapkan pada perusahaan yang telah mapan atau memasuki tahap
kedewasaan. Untuk perusahaan yang baru biasanya pada awal tahun, tingkat pertumbuhan dividen tinggi. Setelah beberapa tahun, tingkat
pertumbuhan ini menurun dan cenderung konstan. Jika dividen diasumsikan bertumbuh secara konstan dari waktu ke waktu, dan Ks g
maka nilai saham dapat dihitung sebagai berikut :
P0 = D0 1 + gKs – g
Dimana : P0 = Harga saham biasa pada t = 0
D0 = Dividen terakhir yang dibagikan dividen yang telah berlalu, tidak akan terima jika membeli saham sekarang pada t = 0
G = Growth atau tingkat pertumbuhan dividen Ks = Tingkat keuntungan yang disyaratkan pada saham terebut.
Model penilaian saham ini disebut Gordon Model 3. Dividen Bertumbuh secara tidak Konstan Nonconstan Growth
Pada umumnya dividen saham biasa suatu perusahaan tidak konstan tapi berubah sesuai dengan daur hidup life cycle perusahaan tersebut. Pada
periode awal, biasanya dividen perusahaan berubah – ubah. Namun, pada saat memasuki periode kedewasaan pertumbuhan dividen tersebut
cenderung konstan. Langkah – langkah menghitung nilai saham biasa jika pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
dividen tidak konstan yaitu : a. Membuat estimasi pertumbuhan dividen.
b. Menghitung present value dividen selama periode dimana dividen tidak bertumbuh secara konstan.
c. Menghitung nilai saham pada akhir periode pertumbuhan tidak konstan.
d. Jumlahkan b dan c untuk mendapatkan P0 harga saham biasa
2.1.5. Ukuran Perusahaan