Potensi Sumberdaya Perikanan Indonesia

BAB IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

4.1 Potensi Sumberdaya Perikanan Indonesia

Menurut Departemen Pertanian 2006, sub sektor perikanan mencakup semua kegiatan penangkapan, pembenihan dan budidaya segala jenis ikan dan biota air lainnya, baik yang berada di air tawar maupun di air asin. Komoditi hasil perikanan antara lain seperti ikan tuna dan jenis ikan laut lainnya; ikan mas dan jenis ikan darat lainnya; ikan bandeng dan jenis ikan payau lainnya; udang dan binatang berkulit keras lainnya; cumi-cumi dan binatang lunak lainnya; rumput laut serta tumbuhan laut lainnya. Dengan demikian, potensi sumberdaya perikanan dapat dibedakan menjadi perikanan tangkap laut dan perikanan budidaya. Pada perikanan tangkap, perairan laut Indonesia dibagi menjadi sembilan wilayah pengelolaan perikanan Ditjen Perikanan Tangkap dalam Effendi, 2004. Wilayah-wilayah tersebut adalah : 1. Selat Malaka 2. Laut Cina Selatan 3. Laut Jawa 4. Selat Makasar dan Laut Flores 5. Laut Banda 6. Laut Seram dan Teluk Tomini 7. Laut Sulawesi dan Samudra Pasifik 8. Laut Arafura 9. Samudra Hindia Potensi produksi perikanan tangkap di Indonesia diperkirakan mencapai 6.41 juta ton per tahun Ditjen Perikanan Tangkap dalam Effendi, 2004. Potensi tersebut terdiri dari jenis produksi ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan demersal, ikan karang konsumsi, udang panneid, lobster, dan cumi-cumi. Dari total 6.41 juta ton potensi yang tersedia, baru 63.49 persen yang dimanfaatkan, atau sebesar 4.07 juta ton per tahun Tabel 4.1. Hal ini menunjukkan bahwa pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di Indonesia masih belum optimal. Tabel 4.1 Potensi Produksi Perikanan Tangkap Perairan Laut Indonesia ribu ton Sumberdaya Potensi Produksi Pemanfaatan Ikan Pelagis Besar 1165.36 736.13 63.17 Ikan Pelagis Kecil 3605.66 1784.33 49.49 Ikan Demersal 1365.09 1058.50 79.52 Ikan Karang Konsumsi 145.25 156.89 100 Udang Panneid 94.80 259.94 100 Lobster 4.80 4.08 85.00 Cumi-cumi 28.25 42.51 100 Total 6409.21 4069.42 63.49 Sumber : Ditjen Perikanan Tangkap dalam Effendi 2004 Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa pemanfaatan produksi sumberdaya perikanan tangkap masih dapat ditingkatkan. Total nilai ekonomi dari produksi tersebut diperkirakan mencapai Rp 18.46 triliun berdasarkan harga di tingkat nelayan Effendi, 2004. Namun, di samping potensi yang besar tersebut, sektor perikanan Indonesia juga menghadapi masalah overfishing untuk beberapa komoditas seperti ikan karang konsumsi, udang panneid, dan cumi-cumi. Komoditas tersebut telah ditangkap melebihi kapasitas lestarinya atau maximum sustainable yield MSY sehingga kini sumberdaya tersebut sulit ditemukan. Potensi perikanan budidaya Indonesia terletak pada potensi sumberdaya marikultur dan budidaya air payau atau tambak. Marikultur merupakan kegiatan perikanan budidaya yang dilakukan di perairan laut yang relatif terlindung dari ombak badai dan angin ribut Effendi, 2004. Luas potensial untuk budidaya tambak di seluruh wilayah Indonesia mencapai 913 ribu hektar, sedangkan untuk budidaya marikultur mencapai 24,5 juta hektar lahan Tabel 4.2. Tabel 4.2 Lahan Potensial untuk Budidaya Tambak dan Marikultur di 26 Provinsi di Indonesia ha, Tahun 2002 No. Provinsi Potensi Tambak Potensi Marikultur 1 NAD 34 800 203.35 2 Sumatera Utara 71 500 734.00 3 Riau 54 000 1 595.00 4 Jambi 3 300 30.00 5 Sumatera Selatan 13 000 2 785 300.00 6 Sumatera Barat 7 700 128.00 7 Lampung 13 100 596.8 8 Bengkulu 6 800 203.00 9 DKI Jakarta - 26.40 10 Jawa Barat 47 200 743.70 11 Jawa Tengah 26 000 677.70 12 DI Yogyakarta 1 900 18.80 13 Jawa Timur 35 000 640.50 14 Bali 4 600 39.20 15 Nusa Tenggara Barat 19 200 152.80 16 Nusa Tenggara Timur 2 500 37.50 17 Kalimantan Barat 91 600 15.52 18 Kalimantan Tengah 115 000 3 708 500.00 19 Kalimantan Selatan 28 600 2701.00 20 Kalimantan Timur 82 900 6.35 21 Sulawesi Selatan 15 900 600.50 22 Sulawesi Tenggara 7 000 230.00 23 Sulawesi Tengah 5 500 18.40 24 Sulawesi Utara 16 500 143.40 25 Maluku 188 400 1 044 100.00 26 Papua 21 000 9 938 100.00 Total 913 000 24 528 178.00 Sumber : Ditjen Perikanan Budidaya dalam Effendi 2004 Gabungan produksi perikanan budidaya air payau dan marikultur pada tahun 2000 mencapai 627 131 juta ton atau sekitar dua persen dari produksi perikanan budidaya dunia Ditjen Perikanan Budidaya dalam Effendi, 2004. Jumlah produksi tersebut menempatkan Indonesia pada urutan kelima negara produsen perikanan budidaya utama dunia setelah Cina, India, Jepang, dan Filipina. Dengan potensi sumberdaya alam yang tinggi, produksi perikanan budidaya Indonesia masih dapat terus ditingkatkan.

4.2 Produksi Sektor Perikanan Indonesia