Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

Kolom pada matriks T menunjukkan pengeluaran salah satu blok untuk blok yang lain. Pada kolom satu, T 21 menunjukkan pengeluaran Faktor Produksi untuk Institusi. Pada kolom dua, T 22 menunjukkan pengeluaran Institusi untuk Institusi itu sendiri dan T 32 menunjukkan pengeluaran Institusi untuk Kegiatan produksi. Pada kolom tiga, T 13 menunjukkan pengeluaran Kegiatan Produksi untuk Faktor Produksi dan T 33 menunjukkan pengeluaran Kegiatan Produksi untuk Kegiatan Produksi itu sendiri.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian Hafizrianda 2005 tentang sektor pertanian di provinsi Papua, dengan menggunakan model SNSE menyimpulkan bahwa subsektor perikanan di Provinsi Papua merupakan subsektor yang mampu memberi kontribusi net multiplier yang positif terhadap distribusi pendapatan relatif tenaga kerja, yaitu sebesar 0.15. Artinya apabila pendapatan subsektor perikanan naik sebesar satu unit, maka pendapatan tenaga kerja akan naik sebesar 1.15 unit. Selain itu, subsektor perikanan di Papua juga memiliki kemampuan untuk menciptakan pendapatan relatif dari nilai tambah sebesar 0.06. Artinya, bila terjadi kenaikan permintaan perikanan dalam neraca eksogen sebesar satu unit, akan meningkatkan pendapatan relatif nilai tambah dalam perekonomian Papua sebesar 1.06 unit. Susanti 2003 dengan model keseimbangan umum melakukan simulasi kenaikan investasi di sektor perikanan laut. Dari simulasi kenaikan investasi di sektor perikanan Indonesia yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa peningkatan investasi di sektor perikanan sebesar 1.05 persen akan berimplikasi output sektor perikanan akan tumbuh, yaitu output subsektor perikanan laut tumbuh sebesar 0.0027 persen, output subsektor perikanan darat tumbuh sebesar 0.0029 persen dan output subsektor pengolahan perikanan tumbuh 0.0021 persen. Peningkatan output sektor perikanan akibat peningkatan investasi akan mendorong peningkatan ekspor sektor perikanan sebesar 0.0039 persen. Sebaliknya dari sisi impor, terjadi penurunan untuk impor produk perikanan laut sebesar 0.1519 persen. Turunnya impor tersebut karena laju peningkatan output yang terjadi di sektor perikanan mampu memenuhi permintaan domestik sektor tersebut. Pengaruh peningkatan investasi sektor perikanan sebesar 1.05 persen secara keseluruhan terhadap kinerja sektor-sektor lain juga cenderung mengakibatkan terjadinya peningkatan output, kecuali yang terjadi pada sektor industri lain turun 0.0007 persen dan sektor transportasi turun 0.0005 persen. Penurunan output ini disebabkan karena pangsa sektor industri lain relatif kecil terhadap perikanan sehingga dampak dari peningkatan investasi tidak memberikan pengaruh langsung pada sektor tersebut. Penelitian Darmawan 2003 terhadap sektor-sektor perekonomian di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, menyatakan bahwa sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 52.42 persen terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Takalar, di mana 39.04 persen berasal dari subsektor perikanan. Meski demikian, penerimaan sektor pertanian belum optimal. Di mana penerimaan aktual sektor pertanian sebesar Rp. 252 milyar, terdapat selisih Rp. 32 milyar dengan nilai analisis optimal yang diperoleh melalui metode pemrograman linear, yaitu sebesar Rp. 284 milyar. Artinya, produksi sektor pertanian, yang di dalamnya terdapat subsektor perikanan, masih dapat terus ditingkatkan sampai nilai optimal tersebut. Pada penelitian Ollivia 2002 dengan model persamaan struktural dan data time series 1989-2000 diteliti tentang keragaan ekspor cakalang skipjack beku dan madidihang yellowfin segar indonesia ke pasar jepang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa simulasi penurunan tingkat suku bunga 40 persen akan meningkatkan volume tangkapan skipjack dan yellowfin sebesar dua persen. Dampak turunnya suku bunga yang cukup besar terjadi pada produksi skipjack beku yang meningkat sebesar 1.1 persen dan ekspor skipjack beku Indonesia ke pasar Jepang yang meningkat sebesar satu persen. Simulasi peningkatan kapasitas kapal sebesar 50 persen berakibat pada naiknya volume tangkapan skipjack dan yellowfin masing- masing sebesar 13.4 dan 11 persen. Simulasi depresiasi rupiah sebesar 30 persen mengakibatkan naiknya volume produksi skipjack beku sebesar 5620 ton atau 27 persen. Hal ini sesuai dengan logika ekonomi bahwa tingginya nilai dollar terhadap rupiah merupakan insentif bagi eksportir untuk meningkatkan produksinya. Hermawan 2001 dalam penelitiannya tentang peranan subsektor perikanan laut dalam perekonomian Jawa Barat, dengan menggunakan analisis input-output menemukan bahwa subsektor perikanan memiliki angka pengganda output sebesar 1.2125. Angka sebesar tersebut menunjukkan bahwa jika terdapat permintaan akhir atas sektor tersebut sebesar satu juta, maka produksi daerah total akan meningkat senilai 1.2125 juta. Selain itu, subsektor perikanan memiliki angka pengganda pendapatan sebesar 0.2536 menunjukkan jika terdapat permintaan akhir atas sektor perikanan laut sebesar satu unit maka pendapatan masyarakat nelayan akan meningkat sebesar 0.2536 unit. Angka ini menempati urutan ke-40 dari klasifikasi 76 sektor. Hal ini menunjukkan bahwa dari sisi pengganda pendapatan,sektor perikanan laut belum cukup andal dalam menciptakan pendapatan masyarakat nelayan. Subsektor perikanan laut di Jawa Barat juga memiliki angka pengganda tenaga kerja sebesar 0.0510, yang berarti bahwa pengaruh kenaikan permintaan akhir sebesar 100 satuan akan meningkatkan tenaga kerja di sektor tersebut sebanyak lima orang. Berdasarkan penelitian ini, terlihat bahwa sektor perikanan belum menjadi sektor unggulan di Provinsi Jawa Barat. Soepanto 1999 meneliti tentang model ekonometrika perikanan Indonesia yang dibagi ke dalam tiga blok besar, yaitu udang segar, beku, kaleng, tuna segar, beku, kaleng, dan ikan lainnya. Soepanto telah memperhitungkan perbedaan ukuran kapal, alat tangkap, serta potensi lestari sumber daya ikan. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa secara umum sumberdaya perikanan tuna dan udang Indonesia belum melampaui kapasitas potensi lestarinya. Selain itu, berhubungan dengan persaingan ekspor perikanan dunia, perlu diwaspadai pertumbuhan volume ekspor negara pesaing lebih besar daripada pertumbuhan ekspor Indonesia terutama pada kondisi liberalisasi multilateral. Negara tujuan ekspor tuna beku sesuai dengan urutan prioritas adalah Singapura, Jepang, Eropa, dan AS. Sedangkan urutan negara pesaingnya adalah Korea, Taiwan, dan Spanyol. Soepanto juga menunjukkan bahwa iInstrumen kebijakan menambah atau mengurangi alat tangkap tuna lebih efektif daripada menambah atau mengurangi jumlah kapal. Pada penelitiannya di Kotamadya Bitung, Runtukawe 1992 dengan model ekonomi basis menyimpulkan bahwa subsektor perikanan merupakan sektor basis dalam perekonomian Kotamadya Bitung. Nilai Location Quotient LQ subsektor perikanan di Kotamadya Bitung secara konsisten bernilai lebih dari satu, yaitu pada tahun 1985 adalah sebesar 1.99, tahun 1986 sebesar 1.92, tahun 1987 sebesar 1.95, tahun 1988 sebesar 1.95, tahun 1989 sebesar 1.71 dan tahun 1990 sebesar 1.71. Selain itu, subsektor perikanan di Kotamadya Bitung memiliki pertumbuhan yang cukup tinggi selama kurun waktu 1985-1990, yaitu rata-rata sebesar 6.16 persen per tahun. Dengan demikian, subsektor perikanan di Bitung merupakan sektor yang layak untuk dikembangkan karena pertumbuhannya akan mendorong pertumbuhan sektor-sektor lain dalam perekonomian Kotamadya Bitung. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, dapat diketahui bahwa sektor perikanan memiliki potensi untuk menjadi sektor unggulan ekspor di Indonesia. Potensi tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Selama ini, penelitian yang menganalisis secara kuantitatif dampak kenaikan ekspor di sektor perikanan terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor produksi masih sangat terbatas. Oleh sebab itu, penelitian ini akan menganalisis dampak dari kenaikan ekspor di sektor perikanan terhadap pendapatan sektor perikanan itu sendiri maupun terhadap pendapatan faktor produksi, institusi, dan sektor sektor perekonomian lainnya di Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model SNSE.

2.7 Kerangka Pemikiran