keliling agar dapat berjalan cepat dan segera mendapatkan keadilan bagi para pihak, mengingat anggaran dan efisiensi waktu yang terbatas. Sedangkan isbat nikah yang
dilaksanakan di dalam gedung pengadilan berjalan seperti sidang biasanya, yakni para pihaknya mendaftarkan perkara, membayar administrasi perkara, setelah dijadwalkan
sidang para pihak hadir dan mengikuti sidang, menghadirkan para saksi dan barang bukti, hingga perkara tersebut diputus dan dibacakan oleh hakim di dalam sidang
kemudian +_ 2 minggu setelah itu, para pihak tersebut mengambil surat penetapan di Pengadilan. Untuk sidang isbat nikah di dalam gedung terdiri dari 3 orang majelis
hakim yakni satu orang hakim ketua majelis dan dua orang hakim anggota.
5.
P: Berapa lama jangka waktu penyelesaian perkara isbat nikah jika dihitung dari
proses pendaftaran perkara hingga pengambilan surat penetapan? J:
Jika dihitung dari proses pendaftaran perkara sampai penyerahan surat penetapan
dari pengadilan maka jangka waktu penyelesaiannya relatif yakni tergantung radius jarak antara alamat pihak berperkara dengan Pengadilan tempat dimana perkara
tersebut diselesaikan. Sedangkan jangka waktu penyerahan surat penetapan dari pengadilan +_ 2 minggu setelah pembacaan pentapan seusai sidang tersebut, hal ini
sesuai dengan Undang-undang No. 50 tahun 2009.
6.
P: Dari hasil pengamatan ketika menyaksikan sidang isbat nikah, hampir rata-rata
perkawinan yang diisbatkan adalah perkawinan yang terjadi setelah lahirnya undang- undang No. 1 Tahun 1974 tentang pencatatan perkawinan, padahal dalam KHI pasal 7
ayat 4 huruf d menjelaskan bahwa perkawinan yang dapat diisbatkan hanya perkawinan yang terjadi sebelum lahirnya UU No. 11974, apa dasar hukum hakim
masih dapat mengisbatkan perkawinan tersebut? J:
Itulah kenyataan yang terjadi dalam masyarakat saat ini dan pada dasarnya hakim menerima perkara isbat nikah tersebut mengingat ini merupakan kebutuhan
masy arakat yang penting dan demi menegakkan asas “justice for all” keadilan berlaku
untuk semua. Selain itu, sebagian hakim mengacu pada Kompilasi Hukum islam pasal 7 ayat 4 huruf e, bahwasanya isbat nikah dapat dilaksanakan bagi perkawinan yang
dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan perkawinan, yaitu halangan perkawinan sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-undang perkawinan.
7.
P: Bagaimana tanggapan ibu dalam menyikapi masalah penyalah artian isbat nikah
yang dipandang sebagian masyarakat sebagai alternatif untuk tidak melakukan nikah tercatat, bahkan mereka lebih memilih isbat nikah gratis daripada nikah tercatat di
KUA? J:
Ini merupakan konsekuensi hukum, mungkin pihak KUA juga berfikir ini merupakan sebuah masalah namun, kembali lagi kepada asas keadilan berlaku untuk
semua pihak, sehingga kami tidak berhak menolak perkara tersebut karena memang sudah kebutuhan dan tuntutan hukum. Dan kami melihat bahwa pada akhirnya nanti
setelah kami mengeluarkan surat penetapan nikah, para pihak akan kembali kepada KUA untuk mendaftarkan perkawinan mereka dan menerbitkan suratakta nikah.