Proses Penyelesaian Perkara Isbat Nikah
satunya dalam pasal 7 ayat 3 KHI angka e menyebutkan,” Perkawinan
yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan perkawinan menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan
.” Inilah yang dijadikan landasan oleh hakim dalam menyelesaikan perkawinan yang
terjadi setelah tahun 1974 dalam perkara Isbat Nikah.
19
Dari hasil penelitian penulis, ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya perkara isbat nikah yang terdapat di Pengadilan
Agama Tigaraksa, antara lain: 1.
Tingginya kesadaran hukum masyarakat mengenai pentingnya Pencatatan Perkawinan. Dalam hal ini alasan pengajuan isbat
nikah bertujuan, untuk mengurus akta kelahiran anak sebagai salah satu syarat masuk sekolah. Kemudian masyarakat sadar jika
perkawinan mereka tidak tercatat, maka perkawinan tersebut tidak sah dimata hukum Negara. Selain itu, alasan mereka mengajukan
isbat nikah karena mereka takut jika suatu saat suami meninggalkan mereka dan tidak bertanggung jawab lagi, maka
mereka tidak dapat mengajukan perlawanan hukum. 2.
Untuk kepentingan salah satu syarat dari pendaftaran ibadah haji. 3.
Untuk kepentingan mengurus harta peninggalan.
19
Hasil wawancara pribadi, bersama Hakim Wakil Ketua Pengadilan Agama Tigaraksa, Ibu Dra. Hj
. Muhayah, SH., MH, pada Jum’at, 27 Februari 2015
4. Tingkat ekonomi masyarakat yang kurang mampu, dan minim
pengetahuan sehingga masyarakat lebih memilih isbat nikah gratis daripada nikah tercatat di KUA.
5. Maraknya pergaulan bebas yang menyebabkan hamil diluar nikah,
sehingga mereka malu untuk nikah tercatat di KUA. 6.
Minimnya pengetahuan masyarakat tentang Nikah Tercatat, sehingga masih banyak dari mereka yang memilih menikah di
hadapan AmilUlama setempat. 7.
Banyaknya program Penyuluhan isbat nikah massal yang diadakan oleh Kecamatan hingga Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang
sebagai bentuk rasa kepedulian khususnya untuk kaum Wanita dan Anak-anak.
8. Proses pengajuan yang mudah, penyelesaian yang cepat dan biaya
murah bahkan gratis bagi mereka yang tidak mampu, sehingga Isbat Nikah dijadikan sarana alternatif oleh masyarakat
dibandingkan Nikah Tercatat di KUA. Dengan meningkatnya perkara isbat nikah tiap tahun, dilihat pada grafik
perkara Pengadilan Agama Tigaraksa dalam 3 tahun terakhir dari tahun 2012 hingga tahun 2014 permohonan isbat nikah mengalami peningkatan yang
signifikan, tercatat 393 perkara isbat nikah yang diputus pada tahun 2012 oleh Pengadilan Agama Tigaraksa, tahun 2013 sebanyak 74 perkara isbat nikah
mengalami peningkatan yakni 685 perkara yang diputus oleh Pengadilan Agama Tigaraksa dan terakhir yang menjadi fokus penelitian penulis, di tahun 2014
tercatat 788 perkara permohonan isbat nikah yang diajukan ke Pengadilan Agama Tigaraksa. Dengan peningkatan isbat nikah tersebut selain menandakan
masyarakat yang perlahan mulai sadar akan Hukum yang berlaku di Negara ini, namun secara tidak langsung ini juga menandakan bahwasanya masih lemahnya
sosialisasi tentang Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, terlebih pada pasal 2 ayat 2 yang menegaskan tentang pentingnya pencatatan
nikah , khususnya untuk masyarakat awam yang ekonominya kurang mampu agar Peraturan Pemerintah PP No. 48 Tahun 2014 tentang Biaya Nikah, Talak, Rujuk
lebih disosialisasikan dan disebarluaskan agar masyarakat tidak terfokus kepada Isbat Nikah, melainkan Perkawinan yang tercatat dan Sah di mata Hukum.