Perkembangan Perkara PROFIL PENGADILAN AGAMA TIGARAKSA

40

BAB IV PERKARA ISBAT NIKAH DI PENGADILAN AGAMA TIGARAKSA

A. Prosedur Pengajuan Isbat Nikah

Dalam praktek berperkara di Pengadilan Agama, terdapat dua macam bentuk yakni, gugatan dan permohonan. Surat gugatan adalah suatu surat yang diajukan oleh penggugat kepada ketua pengadilan yang berwenang, yang memuat tuntutan hak yang didalamnya mengandung suatu sengketa dan sekaligus merupakan dasar landasan pemeriksaan perkara dan pembuktian kebenaran suatu hak. 1 Sedangkan surat permohonan adalah suatu permohonan yang didalamnya berisi tuntutan hak perdata oleh satu pihak yang berkepentingan terhadap suatu hal yang tidak mengandung sengketa, sehingga badan peradilan yang mengadili dapat dianggap sebagai suatu proses peradilan yang bukan sebenarnya. 2 Proses pemeriksaaan dalam kasus isbat nikah ini dapat diajukan oleh kedua suami istri bersifat voluntair, dapat pula diajukan oleh salah seorang suami atau istri bersifat kontentius. 3 Perkara voluntair ialah perkara yang sifatnya permohonan dan didalamnya tidak terdapat sengketa, sehingga tidak ada lawan. Produknya berupa penetapan. Sedangkan perkara kontentius ialah perkara 1 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996, Cet. Ke-I, hal. 39 2 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, hal.39 3 Mahkamah Agung RI Dirjend Badan Peradilan Agama, Buku II Pedoman Pelaksanaan tugas Dan Administrasi Peradilan Agama, Edisi Revisi 2010, Hal. 148 yang sifatnya mengandung persengketaan, sehingga terdapat dua pihak atau lebih yang bersengketa. Produk hukumnya berupa putusan. 4 Peningkatan perkara isbat nikah yang terjadi dalam 3 Tahun terakhir, khususnya di tahun 2014 yang tercatat 788 perkara permohonan isbat nikah, merupakan gejala sosial yang perlu diteliti lebih dalam. karena hal ini ada kaitannya dengan prosedur pengajuan perkara isbat nikah yang sangat mudah dan cepat. Selain hal itu, dengan berbagai macam program yang diselenggarakan oleh kerjasama Pemerintah daerah seperti lembaga Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak P2TP2A maupun program sidang keliling prodeo yang dilaksanakan oleh Pengadilan Agama sendiri, hal tersebut menambah tingginya angka permohonan isbat nikah yang terjadi di Pengadilan Agama Tigaraksa. 5 Oleh karena itu, penulis akan menjelaskan lebih rinci mengenai Prosedur Pengajuan Perkara isbat nikah. Dalam proses pengajuan, pemeriksaan dan penyelesaian permohonan pengesahanisbat nikah yang sudah diatur oleh Dirjend Mahkamah Agung RI sebagaimana yang tercantum dalam Buku II sebagai berikut: 6 1. Permohonan isbat nikah dapat dilakukan oleh kedua suami istri atau salah satu dari suami istri, anak, wali nikah dan pihak lain yang 4 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996, hal. 41-42 5 Hasil Analisis Pengamatan Penulis dari wawancara hakim dan koordinator Penyelenggaraan Program P2TP2A, pada Jum’at 27 Februari 2015 6 Mahkamah Agung RI Dirjend Badan Peradilan Agama, Buku II Pedoman Pelaksanaan tugas Dan Administrasi Peradilan Agama, Edisi Revisi 2010, Hal. 148-150 berkepentingan dengan perkawinan tersebut kepada Pengadilan Agama atau Mahkamah s yar’iyah dalam wilayah hukum pemohon bertempat tinggal, dan permohonan isbat nikah harus dilengkapi dengan alasan dan kepentingan yang jelas dan konkrit. 2. Proses pemeriksaan permohonan isbat nikah yang diajukan kedua suami istri bersifat voluntair, produknya berupa penetapan. Jika isi penetapan tersebut menolak permohonan isbat nikah, maka suami istri bersama-sama atau suami, istri masing-masing dapat mengajukan upaya hukum kasasi. 3. Proses pemeriksaan permohonan isbat nikah yang diajukan oleh salah seorang suami atau istri bersifat kontentius dengan mendudukkan istri atau suami yang tidak mengajukan permohonan sebagai pihak termohon, produknya berupa putusan dan terhadap putusan tersebut dapat diajukan upaya hukum banding dan kasasi. 4. Apabila dalam proses pemeriksaan permohonan isbat nikah dalam angka 2 dan 3 tersebut di atas diketahui bahwa suaminya masih terikat dalam perkawinan yang sah dengan perempuan lain, maka istri terdahulu tersebut harus dijadikan pihak dalam perkara. Jika pemohon tidak mau merubah permohonannya dengan memasukkan istri terdahulu sebagai pihak, permohonan tersebut harus dinyatakan tidak dapat diterima. 5. Permohonan yang dilakukan oleh anak, wali nikah dan pihak lain yang berkepentingan harus bersifat kontentius, dengan mendudukkan suami dan istri danatau ahli waris lain sebagai termohon. 6. Suami atau istri yang telah ditinggal mati oleh istri atau suaminya, dapat mengajukan permohonan isbat nikah secara kontentius dengan mendudukkan ahli waris lainnya sebagai pihak termohon, produknya berupa putusan dan atas putusan tersebut dapat diupayakan banding dan kasasi. 7. Dalam hal suami atau istri yang ditinggal mati tidak mengetahui ada ahli waris lain selain dirinya, maka permohonan isbat nikah diajukan secara voluntair, produknya berupa penetapan. Apabila permohonan tersebut ditolak, maka pemohon dapat mengajukan upaya hukum kasasi. 8. Orang lain yang mempunyai kepentingan dan tidak menjadi pihak dalam perkara permohonan isbat nikah tersebut dalam angka 2 dan 6, dapat melakukan perlawanan kepada Pengadilan Agama atau Mahkamah Syar’iyah yang memutus, setelah mengetahui ada penetapan isbat nikah. 9. Orang lain yang mempunyai kepentingan dan tidak menjadi pihak dalm perkara permohonan isbat nikah tersebut dalam angka 3, 4 dan 5, dapat mengajukan intervensi kepada Pengadilan Agama atau Mahkamah syar’iyah yang memeriksa perkara isbat nikah tersebut selama perkara belum diputus.