Wewenang Pengadilan PROFIL PENGADILAN AGAMA TIGARAKSA

Kewenangan absolut Mahkamah Syar’iyah dan Mahkamah Syar’iyah provinsi adalah kewenangan Peradilan Agama dan Peradilan Tinggi Agama, ditambah dengan kewenangan lain yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dalam ibadah dan syiar Islam yang ditetapkan dalam Qanun. Kewenangan lain tersebut dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kemampuan kompetensi dan ketersediaan sumber daya manusia dalam kerangka sistem Peradilan Nasional. 13 Kewenangan relatif adalah kekuasaan mengadili berdasarkan wilayah atau daerah. Kewenangan relatif Peradilan Agama sesuai tempat dan kedudukannya. Peradilan Agama berkedudukan di Kota Kabupaten dan daerah hukumnya meliputi wilayah kota atau kabupaten. Pengadilan Tinggi Agama berkedudukan di ibu kota Provinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah Provinsi. 14 Kewenangan relatif Mahkamah Syar’iyah adalah hukum eks Pengadilan Agama yang bersangkutan, sedangkan kewenangan relatif Mahkamah Syar’iyah Provinsi adalah daerah hukum eks Pengadilan Tinggi Agama Banda Aceh. 15

C. Perkembangan Perkara

Jika melihat dari grafik jenis perkara pada Pengadilan Agama Tigaraksa dalam tiga tahun terakhir, perkara Perceraian terus mengalami peningkatan per-tahunnya, di tahun 2012 perkara cerai gugat tercatat 1.825 perkara, 13 Pasal 3 keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2003 14 Pasal 4 Undang-undang No. 7 Tahun 1989 dan Penjelasannya 15 Musthofa, Kepaniteraan Peradilan Agama, Jakarta: Kencana, 2005 Hal. 9 sedangkan cerai talak tercatat 760 perkara. di tahun 2013 perkara cerai gugat tercatat 2.223 perkara dan cerai talak tercatat 873 perkara. 16 Berdasarkan laporan tahunan Pengadilan Agama Tigaraksa, tahun 2014 perkara Cerai Gugat tercatat 2.427 perkara dari jumlah yang diterima hanya 2.079 perkara yang diputus, selebihnya ditolak dan dilanjutkan ke tahun berikutnya. Kemudian perkara Cerai Talak, tercatat 942 perkara dan dari jumlah perkara yang diterima hanya 813 perkara yang diputus. 17 Faktor dominan yang menyebabkan tingginya angka perceraian di Pengadilan Agama Tigaraksa antara lain; faktor ekonomi, tidak ada tanggung jawab, kekerasan dalam rumah tangga KDRT, gangguan pihak ketiga dan tidak ada keharmonisan antara suami-istri. 18 Perkara isbat nikah juga mengalami peningkatan pada tiga tahun terakhir, yakni di tahun 2012 tercatat 393 perkara, kemudian pada tahun 2013, perkara isbat nikah naik 74 menjadi 685 perkara, dan data terakhir pada tahun 2014, dari perkara isbat nikah tahun lalu data isbat nikah terbaru mengalami kenaikan 11 tercatat hingga bulan Nopember 2014 terdapat 765 perkara. 19 16 httpperkara.netv1actionGrafikGraphJenisPerkaraResult.php?c_pa=pa.tgrs, diakses pada Rabu, 26 Maret 2015 pukul. 13.12 WIB 17 Laporan Tahunan Pengadilan Agama Tigaraksa Tentang Jenis Perkara Diterima dan Diputus Tahun 2014 18 httpperkara.netv1actionGrafikGraphJenisPerkaraResult.php?c_pa=pa.tgrs, diakses pada Rabu, 26 Maret 2015 pukul. 13.12 WIB 19 httpperkara.netv1actionGrafikGraphJenisPerkaraResult.php?c_pa=pa.tgrs, diakses pada Rabu, 26 Maret 2015 pukul. 13.12 WIB Untuk perkara lainnya seperti pembatalan perkawinan, izin poligami, kewarisan, wali adhol, dispensasi kawin, perwalian, penguasaan anak dan harta bersama khusus di Pengadilan Agama Tigaraksa masih terbilang sedikit. Sedangkan perkara-perkara yang belum pernah ditangani di Pengadilan Agama Tigaraksa antara lain; perkara Wasiat, Hibah, Wakaf, Shodakoh dan Ekonomi Syari’ah. 20 20 Laporan Tahunan Pengadilan Agama Tigaraksa Tentang Jenis Perkara Diterima dan Diputus Tahun 2014 40

BAB IV PERKARA ISBAT NIKAH DI PENGADILAN AGAMA TIGARAKSA

A. Prosedur Pengajuan Isbat Nikah

Dalam praktek berperkara di Pengadilan Agama, terdapat dua macam bentuk yakni, gugatan dan permohonan. Surat gugatan adalah suatu surat yang diajukan oleh penggugat kepada ketua pengadilan yang berwenang, yang memuat tuntutan hak yang didalamnya mengandung suatu sengketa dan sekaligus merupakan dasar landasan pemeriksaan perkara dan pembuktian kebenaran suatu hak. 1 Sedangkan surat permohonan adalah suatu permohonan yang didalamnya berisi tuntutan hak perdata oleh satu pihak yang berkepentingan terhadap suatu hal yang tidak mengandung sengketa, sehingga badan peradilan yang mengadili dapat dianggap sebagai suatu proses peradilan yang bukan sebenarnya. 2 Proses pemeriksaaan dalam kasus isbat nikah ini dapat diajukan oleh kedua suami istri bersifat voluntair, dapat pula diajukan oleh salah seorang suami atau istri bersifat kontentius. 3 Perkara voluntair ialah perkara yang sifatnya permohonan dan didalamnya tidak terdapat sengketa, sehingga tidak ada lawan. Produknya berupa penetapan. Sedangkan perkara kontentius ialah perkara 1 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996, Cet. Ke-I, hal. 39 2 Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, hal.39 3 Mahkamah Agung RI Dirjend Badan Peradilan Agama, Buku II Pedoman Pelaksanaan tugas Dan Administrasi Peradilan Agama, Edisi Revisi 2010, Hal. 148