Lampiran 4
Hasil Wawancara Dengan Hakim Wakil Ketua Pengadilan Agama Tigaraksa Ibu Hj. Muhayah, S.H., M.H
1.
P: Bagaimanakah perkembangan permohonan perkara isbat nikah yang terjadi di PA
Tigaraksa per-tahun? J:
Perkara isbat nikah di PA Tigaraksa tiap tahun cenderung meningkat, dilihat perkembangannya dalam tiga tahun terakhir ini saja sangat tinggi peningkatan perkara
tersebut. Hal ini berdasarkan grafik data perkara isbat nikah pada tahun 2012 tercatat 393 perkara, kemudian tahun 2013 perkara isbat nikah meningkat menjadi 685
perkara dan yang terakhir tahun 2014 tercatat 788 perkara.
2.
P: Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan perkara isbat nikah? J:
Banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan perkara tersebut, salah satunya adalah karena tingginya keasadaran masyarakat tentang hukum di Negara ini, untuk
memenuhi kelengkapan administrasi pendaftaran calon jamaah haji, kepentingan pendidikan anak, disamping itu masyarakat yg kurang mampu dalam hal finansial
yang lebih memilih nikah dibawah tangan baru nanti diisbat nikahkan melalui program isbat nikah gratis yag diadakan oleh Pemda setempat, kurangnya sosialisasi
tentang pencatatan perkawinan, dan lain-lain.
3.
P: Bagaimana pelaksanaan sidang perkara isbat nikah? J:
Ada dua macam pelaksanaan sidang perkara isbat nikah, yakni yang pertama dilakukan di dalam gedung pengadilan dan yang kedua, Sidang dilakukan di luar
gedung pengadilan ini biasanya disebut dengan sidang keliling. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan suatu kemudahan bagi masyarakat pelosok yang
jauh jangkauan serta berketerbatasan fisik maupun finansial untuk mendapatkan suatu keadilan dan tuntutan-tuntutan hukum yang dibutuhkan oleh mereka. Dasarnya adalah
Perma No. 1 Tahun 2014 tentang sidang keliling, posbakum dan prodeo. Sementara ini untuk sidang keliling yang dilaksanakan oleh PA Tigaraksa hanya baru sebatas
isbat nikah saja. Karena jika perkara-perkara lain juga di sidang kelilingkan akan sulit penyelesaiannya, mengingat keterbatasan waktu dan hakim-hakim yang harus berkali-
kali mendatangi lokasi tersebut sedangkan hakim juga banyak menangani perkara- perkara lain.
4.
P: Apakah terdapat perbedaan dalam pelaksanaan sidang isbat nikah yang
dilaksanakan di luar gedung dan di dalam gedung pengadilan? J:
Sidang isbat nikah di luar gedung pengadilan dapat langsung diselesaikan saat itu juga, karena sebelumnya kami telah bekerjasama dengan pihak-pihak penye;lenggara
sidang keliling tersebut seperti apasaja yang harus dipersiapkan, surat-surat bukti dan para saksi, jika hal tersebut telah dipenuhi maka pada hari itu juga sidang dapat
selesai dan perkara tersebut dapat diputuskan. Selain itu, atas dasar Sema No. 3 Tahun 2014 terdapat asas eksepsionalitas terpadu yakni sidang dapat dilaksanakan oleh
hakim tunggal. Hal ini juga berlaku pada pemeriksaan isbat nikah dalam siodang
keliling agar dapat berjalan cepat dan segera mendapatkan keadilan bagi para pihak, mengingat anggaran dan efisiensi waktu yang terbatas. Sedangkan isbat nikah yang
dilaksanakan di dalam gedung pengadilan berjalan seperti sidang biasanya, yakni para pihaknya mendaftarkan perkara, membayar administrasi perkara, setelah dijadwalkan
sidang para pihak hadir dan mengikuti sidang, menghadirkan para saksi dan barang bukti, hingga perkara tersebut diputus dan dibacakan oleh hakim di dalam sidang
kemudian +_ 2 minggu setelah itu, para pihak tersebut mengambil surat penetapan di Pengadilan. Untuk sidang isbat nikah di dalam gedung terdiri dari 3 orang majelis
hakim yakni satu orang hakim ketua majelis dan dua orang hakim anggota.
5.
P: Berapa lama jangka waktu penyelesaian perkara isbat nikah jika dihitung dari
proses pendaftaran perkara hingga pengambilan surat penetapan? J:
Jika dihitung dari proses pendaftaran perkara sampai penyerahan surat penetapan
dari pengadilan maka jangka waktu penyelesaiannya relatif yakni tergantung radius jarak antara alamat pihak berperkara dengan Pengadilan tempat dimana perkara
tersebut diselesaikan. Sedangkan jangka waktu penyerahan surat penetapan dari pengadilan +_ 2 minggu setelah pembacaan pentapan seusai sidang tersebut, hal ini
sesuai dengan Undang-undang No. 50 tahun 2009.
6.
P: Dari hasil pengamatan ketika menyaksikan sidang isbat nikah, hampir rata-rata
perkawinan yang diisbatkan adalah perkawinan yang terjadi setelah lahirnya undang- undang No. 1 Tahun 1974 tentang pencatatan perkawinan, padahal dalam KHI pasal 7
ayat 4 huruf d menjelaskan bahwa perkawinan yang dapat diisbatkan hanya perkawinan yang terjadi sebelum lahirnya UU No. 11974, apa dasar hukum hakim
masih dapat mengisbatkan perkawinan tersebut? J:
Itulah kenyataan yang terjadi dalam masyarakat saat ini dan pada dasarnya hakim menerima perkara isbat nikah tersebut mengingat ini merupakan kebutuhan
masy arakat yang penting dan demi menegakkan asas “justice for all” keadilan berlaku
untuk semua. Selain itu, sebagian hakim mengacu pada Kompilasi Hukum islam pasal 7 ayat 4 huruf e, bahwasanya isbat nikah dapat dilaksanakan bagi perkawinan yang
dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan perkawinan, yaitu halangan perkawinan sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-undang perkawinan.
7.
P: Bagaimana tanggapan ibu dalam menyikapi masalah penyalah artian isbat nikah
yang dipandang sebagian masyarakat sebagai alternatif untuk tidak melakukan nikah tercatat, bahkan mereka lebih memilih isbat nikah gratis daripada nikah tercatat di
KUA? J:
Ini merupakan konsekuensi hukum, mungkin pihak KUA juga berfikir ini merupakan sebuah masalah namun, kembali lagi kepada asas keadilan berlaku untuk
semua pihak, sehingga kami tidak berhak menolak perkara tersebut karena memang sudah kebutuhan dan tuntutan hukum. Dan kami melihat bahwa pada akhirnya nanti
setelah kami mengeluarkan surat penetapan nikah, para pihak akan kembali kepada KUA untuk mendaftarkan perkawinan mereka dan menerbitkan suratakta nikah.