Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL UMUM

Volume limbah juga sangat menentukan ukuran dari kolam. Semakin besar volume limbah maka akan semakin besar kolam limbah yang diperlukan sehingga mengakibatkan waktu penahanan hidrolis WPH menjadi lebih lama, akan tetapi sebaliknya jika volume kolam kecil maka WPH akan menjadi lebih singkat tapi mungkin prosesnya tidak sempurna. Karena itu perlu diketahui ukuran bak kolam baik dari segi kedalaman maupun luas permukaan Harahap,2012 .

2.3.3 Pemeliharaan Kolam Limbah

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam hal pemeliharaan kolam limbah Menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan.  Menguras lumpur yang berada pada tiap – tiap kolam, jika kolam telah memenuhi 1 3 kedalaman kolam pada dimensi awal.  Memeriksa jaringan pipa dan instalasi lainnya yang ada pada sistem secara rutin untuk mencegah terjadinya penyumbatan ataupun kerusakan lainnya.  Pemeliharaan konstruksi kolam secara rutin dan memperbaiki setiap kerusakan yang terjadi pada dinding kolam.

2.4 Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL

Metode pengolahan air limbah Pabrik Kelapa Sawit yang lazim dan biasa digunakan oleh pihak industri perkebunan kelapa sawit ada 2 metode yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Sistem Aplikasi Lahan Land Application . 2. Sistem Kolam Ponding System. Agar dapat mengurangi tingkat pencemaran limbah sebelum dibuang ke badan sungai, maka perlu dilakukan pengolahan pada air limbah minyak kelapa sawit tersebut,pada umumnya dalam pengolahan limbah, PKS menggunakan sistem yang disebut dengan sistem kolam biologis aerob – anaerob. Pada sistem pengolahan air limbah secara biologis masih dianggap cara yang paling murah bila dibandingkan dengan cara kimia, karena mengingat harga bahan kimia relatif mahal serta volume air limbah kelapa sawit yang cukup besar. Sistem pengolahan air limbah secara biologis berlangsung secara berkelanjutan, yaitu pada kolam anaerobik, fakultatif, aerobik, dan sedimentasi tanpa menambahkan zat kimia lainnya, melainkan hanya membutuhkan waktu retention time dalam proses perombakan zat organik oleh mikroorganisme. Sehingga terjadi suatu perubahan kualitas air limbah yang diinginkan pada tiap-tiap kolam tersebut, baik itu kolam anaerobik, fakultatif, aerobik dan lain – lain. Proses dengan Sistem kolam Ponding System dapat dikatakan sebagai proses biologi yang bertujuan untuk merombak zat pencemar organik menjadi karbondioksida dan jaringan sellulosa sehingga mudah untuk memisahkan antara limbah air dengan bahan pencemar. Pada proses ini yang berperan adalah mikro organik yang dapat menguraikan zat – zat organik limbah menjadi zat – zat yang sederhana.

2.5 Proses Pengolahan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit LCPKS

Pengoperasian pabrik kelapa sawit secara efisien dan efektif akan menghasilkan limbah cair sekitar 0,6 – 0,8 m 3 Ton Tandan Buah Segar TBS .Untuk Universitas Sumatera Utara menanggulangi masalah limbah cair pada IPAL PKS pada umumnya menggunakan unit – unit kolam pengolahan. PKS yang menggunakan sistem ini pada umumnya mempergunakan lahan yang cukup luas dan mempunyai beberapa tahapan untuk mendapatkan hasil akhir yang sesuai dengan bahan baku mutu limbah yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Gambar 2.1 Alur Pengolahan Limbah dengan Sistem Kolam.

1. Fat Pit

Universitas Sumatera Utara Tahap ini merupakan awal proses pengolahan air limbah PKS yaitu sebagai tempat pengutipan sisa minyak yang terikat dalam limbah cair dan dikembalikan dalam proses pengolahan, sehingga kadar minyak dalam air dapat berkurang. Minyak yang masih terikat dalam air limbah dalam jumlah yang cukup tinggi dapat mengganggu aktivitas mikroorganisme merombak bahan organik, disamping itu dengan adanya minyak akan membentuk lapisan film pada permukaan air, dapat menghambat penetrasi cahaya kedalam air sehingga dapat mengganggu aktivitas mikroorganisme.

2. Pendinginan Cooling Pond

Cooling Pond ini merupakan lanjutan proses dari fat pit, Colling pond berfungsi menurunkan temperatur limbah cair yang dikeluarkan dari ruang produksi. karena air limbah segar yang keluar dari pabrik atau dari fat pit umumnya masih panas 50 – 70 C maka terlebih dahulu temperatur harus diturunkan hingga 38-40 C yang merupakan temperatur optimum untuk pertumbuhan mikroorganisme pengurai. Bagian dasar dan dinding cooling pond kolam pendingin dilapisi dengan semen sehingga kedap air. biasanya proses pendinginan dilakukan selama 48 jam. Naibaho, M. Ponten 1998 .

3. Netralisasi

Kolam ini berfungsi untuk menetralkan pH limbah yang masih asam yang terdapat pada kolam – kolam sebelumnya menjadi ± 6,5 -7,0.

4. Pengasaman

Dalam kolam ini pH limbah umumnya berkisar 3 – 4, dan kemudian pH nya naik setelah asam organik terurai kembali oleh proses hidrolisa yang berlanjut. Pengasaman tidak selalu dilakukan orang, karena dengan penambahan unit ini maka Universitas Sumatera Utara akan terjadi penambahan unit pengolahan sehingga untuk pengolahan limbah akan membutuhkan lahan yang lebih luas serta biaya yang jauh lebih mahal.

5. Kolam Anaerobik

Limbah yang telah dinetralkan kemudian dialirkan ke kolam anaerobik. Pada kolam ini limbah cair masih mengandung senyawa organik yang kompleks seperti lemak, karbohidrat, dan protein yang akan dirombak oleh bakteri anaerobik menjadi asam organik dan selanjutnya menjadi gas metana CH 4 , karbondioksida CO 2 , dan air H 2 O. Proses perombakan limbah dapat berjalan lancar jika kontak antara limbah dengan bakteri yang berasal dari kolam pembiakan juga berjalan dengan baik.

6. Kolam Fakultatif

Kolam ini adalah kolam peralihan dari kolam anaerobik ke kolam aerobik. Pada kolam ini proses perombakan masih tetap berlanjut, yaitu menyelesaikan proses yang belum terselesaikan pada kolam anaerobik.

7. Kolam Aerobik

Pada kolam ini cairan limbah diperkaya kandungan oksigennya dengan aerator, oksigen ini diperlukan untuk proses oksidasi yang dilakukan oleh bakteri aerobik. Kemudian limbah dialirkan ke sungai yang ada pada daerah industri minyak tersebut. Universitas Sumatera Utara 2.6 Sistem Penyaluran Air Limbah 2.6.1 Sistem Penyaluran Limbah Terpisah Sistem penyaluran terpisah adalah sistem dimana air buangan disalurkan tersendiri dalam jaringan riol tertutup, sedangkan limpasan air hujan disalurkan tersendiri dalam saluran drainase khusus untuk air yang tidak tercemar. Sistem ini digunakan dengan pertimbangan antara lain: 1 Periode musim hujan dan kemarau lama. 2 Kuantitas aliran yang jauh berbeda antara air hujan dan air buangan domestik. 3 Air buangan umumnya memerlukan pengolahan terlebih dahulu, sedangkan air hujan harus secepatnya dibuang ke badan penerima. 4 Fluktuasi debit air buangan domestik dan limpasan air hujan pada musim kemarau dan musim hujan relatif besar. 5 Saluran air buangan dalam jaringan riol tertutup, sedangkan air hujan dapat berupa polongan conduit atau berupa parit terbuka ditch. Kelebihan sistem ini adalah masing - masing sistem saluran mempunyai dimensi yang relatif kecil sehingga memudahkan dalam konstruksi serta operasi dan pemeliharaannya. Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan tempat luas untuk jaringan masing-masing sistem saluran.

2.6.2 Sistem Penyaluran Limbah Tercampur

Universitas Sumatera Utara Sistem penyaluran tercampur merupakan sistem pengumpulan air buangan yang tercampur dengan air limpasan hujan sugiharto 1987. Sistem ini digunakan apabila daerah pelayanan merupakan daerah padat dan sangat terbatas untuk membangun saluran air buangan yang terpisah dengan saluran air hujan, debit masing–masing air buangan relatif kecil sehingga dapat disatukan, memiliki kuantitas air buangan dan air hujan yang tidak jauh berbeda serta memiliki fluktuasi curah hujan yang relatif kecil dari tahun ke tahun. Kelebihan sistem ini adalah hanya diperlukannya satu jaringan sistem penyaluran air buangan sehingga dalam operasi dan pemeliharaannya akan lebih ekonomis. Selain itu terjadi pengurangan konsentrasi pencemar air buangan karena adanya pengenceran dari air hujan. Sedangkan kelemahannya adalah diperlukannya perhitungan debit air hujan dan air buangan yang cermat. Selain itu karena salurannya tertutup maka diperlukan ukuran riol yang berdiameter besar serta luas lahan yang cukup luas untuk menempatkan instalasi pengolahan buangan.

2.7 Garis Tenaga dan Garis Tekanan pada Pipa

Sesuai dengan prinsip bernoulli, tenaga total atau tinggi tekanan efektif di setiap titik pada saluran pipa merupakan jumlah dari tinggi elevasi, tinggi tekanan dan tinggi kecepatan. �= z + � � + � 2 2 � 2.1 Dimana : H = tenaga total atau tinggi tekanan efektif pada suatu titik m Z = ketinggian dasar saluran terhadap suatu datum m P = tekanan air pada suatu titik Nm 2 Universitas Sumatera Utara γ = berat jenis zat cair kgm 3 v = kecepatan aliran pada pipa ms g = gravitasi ms 2 Garis yang menghubungkan titik-titik tersebut dinamakan garis tenaga, yang digambarkan di atas tampang memanjang pipa seperti yang ditunjukan pada gambar 2.2. Perubahan diameter pipa dan tempat-tempat tertentu di mana kehilangan tenaga sekunder terjadi ditandai dengan penurunan garis tenaga. Apabila kehilangan tenaga sekunder diabaikan, maka kehilangan tenaga hanya disebabkan oleh gesekan pipa. Triadmodjo, Bambang 2003. Gambar 2.2 Garis tenaga dan tekanan

2.7.1 Pipa hubungan seri

Apabila suatu aliran pipa terdiri dari pipa-pipa dengan ukuran yang berbeda, dan pipa tersebut adalah dalam hubungan seri. Gambar 2.3 menunjukkan suatu sistem tiga pipa dengan karakteristik berbeda yang dihubungkan dengan secara seri. Universitas Sumatera Utara Panjang, diameter dan koefisien gesekan masing-masing pipa adalah L 1 , L 2 , L 3 ; D 1 , D 2 , D 3 dan f 1 , f 2 , f 3 . Gambar 2.3 Pipa hubungan seri Jika beda tinggi muka air kedua kolam diketahui, akan dicari besar debit aliran Q dengan menggunakan persamaan kontinuitas dan energi Bernoulli. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menggambarkan garis tenaga. Seperti terlihat pada gambar, garis tenaga akan menurun kearah aliran. Kehilangan tenaga pada masing-masing pipa adalah h f1 , h f2 dan h f3. Dianggap bahwa kehilangan tenaga sekunder kecil sehingga diabaikan. Q = Q 1 = Q 2 = Q 3 2.2 Dengan menggunakan persamaan Bernoulli untuk titik 1 dan 2 pada garis aliran: � 1 + � 1 � + � 1 2 2 � = � 2 � 2 � + � 2 2 2 � + ℎ �1 + � �2 + � �3 2.3 Pada kedua titik, tinggi tekanan adalah H 1 dan H 2 , dan kecepatan V 1 = V 2 = 0 tampang aliran sangat besar, sehingga persamaan diatas menjadi: Universitas Sumatera Utara z 1 + H 1 = z 2 + H 2 + h f1 + h f2 + h f3 z 1 + H 1 – z 2 + H 2 = h f1 + h f2 + h f3 Atau H = h f1 + h f2 + h f3 2.4 Dengan mengunakan persamaan Darcy-Weisbach, persamaan 2.4 menjadi: �=� 1 � 1 � 1 � 1 2 � + � 2 � 2 � 2 � 2 2 � + � 3 � 3 � 3 � 3 2 � 2.5 Untuk masing-masing pipa kecepatan aliran: � 1 = � �� 1 2 4 � 2 = � �� 1 2 4 � 3 = � �� 1 2 4 2.6 Substitusikan nilai V 1 , V 2 , dan V 3 ke dalam persamaan 2.5, didapat: �= 8 � 2 �� 2 � � 1 � 1 � 1 5 + � 2 � 2 � 2 5 + � 3 � 3 � 3 5 � 2.7 Debit aliran adalah: �= ��2�ℎ 4 � �1�1 �1 5 + �2�2 �2 5 + �3�3 �3 5 � 12 2.8 Kadang-kadang penyelesaian pipa seri dilakukan dengan suatu pipa ekivalen yang mempunyai penampang seragam. Pipa disebut ekivalen apabila kehilangan tekanan pada pengaliran di dalam pipa ekivalen sama dengan pipa-pipa yang diganti. Sejumlah pipa dengan bermacam-macam nilai f , L, dan D akan dijadikan suatu pipa ekivalen. Untuk itu diambil diameter D e dan koefisien gesekan f e dari pipa Universitas Sumatera Utara yang terpanjang atau yang telah ditentukan, dan kemudian ditentukan panjang pipa ekivalen. Kehilangan tenaga dalam pipa ekivalen: � = 8 � 2 �� 2 � � � � � � � 5 � 2.9 Substitusikan dari persamaan 2.7 ke persamaan 2.9 didapat: � � = � � 5 � � � � 1 � 1 � 1 5 + � 2 � 2 � 2 5 + � 3 � 3 � 3 5 � 2.10

2.7.2 Pipa dengan pompa

Pompa digunakan untuk menaikkan zat cair dari kolam ke suatu kolam lain dengan selisih elevasi muka air Hs, seperti yang ditunjukan pada gambar 2.4, maka daya yang digunakan oleh pompa untuk menaikkan zat cair setinggi Hs adalah sama dengan tinggi Hs ditambah dengan kehilangan tenaga selama pengaliran dalam pipa tersebut. Kehilangan tenaga adalah ekivalen denganpenambahan tinggi elevasi, sehingga efeknya sama dengan jika pompa menaikkan zat cair setinggi H = Hs + Σh f Dalam gambar tersebut tinggi kecepatan diabaikan sehingga garis tenaga berhimpit dengan garis tekanan. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.4 Pipa dengan Pompa Kehilangan tenaga terjadi pada pengaliran pipa 1 dan pipa 2 yaitu sebesar h f1 dan h f2 . Pada pipa 1 yang merupakan pipa isap, garis tenaga dan tenaga menurun sampai di bawah pipa. Bagian pipa dimana garis tekanan di bawah sumbu pipa mempunyai tekanan negatif. Sedang pipa 2 merupakan pipa tekan. daya yang diperlukan pompa untuk menaikkan zat cair : �= ��� � 2.11 atau dalam satuan hp horse power, daya kuda: �= ��� 75 � 2.12 dengan η adalah efisiensi pompa. Pada pemakian pompa, efisiensi pompa digunakan sebagai pembagi dalam rumus daya pompa. Universitas Sumatera Utara 2.8 Tinjauan Hidrolika Aliran dalam IPAL 2.8.1 Aliran Melalui Pipa Pipa merupakan saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran, dan digunakan untuk mengalirkan fluida dengan tampang aliran penuh, Fluida yang di alirkan melalui pipa biasanya berupa zat cair atau gas dan tekanannya bisa lebih besar atau lebih kecil dari tekanan atmosfer. Apabila zat cair di dalam pipa tidak penuh maka aliran termasuk dalam aliran saluran terbuka. Karena mempunyai permukaan bebas, maka fluida yang di alirkan adalah zat cair. Tekanan di permukaan zat cair di sepanjang saluran terbuka adalah tekanan atmosfer. Triatmodjo,Bambang, 2003.

2.8.2 Kehilangan Tenaga Akibat Gesekan Pipa

Apabila pipa mempunyai penampang konstan, maka V 1 = V 2, dan persamaan di atas dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana untuk kehilangan tenaga akibat gesekan. ℎ � = �� 1 + � 1 � � − �� 2 + � 2 � � 2.13 atau ℎ � = ∆� − ∆ � � 2.14 Kehilangan tenaga sama dengan jumlah dari perubahan tekanan dan tinggi tempat. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.5 Rumus Darcy-Weisbach Seperti terlihat pada gambar 2.5 tampang lintang aliran melalui pipa adalah konstan yaitu A, sehingga percepatan a = 0. Tekanan pada tampang 1 dan 2 adalah p 1 dan p 2 . Jarak antar tampang 1 dan 2 adalah ΔL. Gaya-gaya yang bekerja pada zat cair adalah gaya tekanan pada kedua tampang, gaya berat dan gaya gesekan. Dengan menggunakan hukum Newton II untuk gaya-gaya tersebut akan didapat: F = M a 2.15 p 1 A - p 2 A+ γ AΔL sin α - τ o P ΔL =M x 0 2.16 Dengan P adalah keliling basah pipa. Oleh karena selisih tekanan adalah Δp 1 maka : ΔpA +γ AΔL sin α - τ o P ΔL = 0 2.17 Kedua ruas dibagi dengan Aγ, sehingga: ∆ � � + ∆����� − � �∆� �� 2.18 ∆ � � + ∆� = � ∆� �� = 0 2.19 atau Universitas Sumatera Utara � �= �0∆� �� 2.20 � = ��� = ���� 2.21 Di mana : Δz = ΔL sin a. R = AP = jari-jari hidrolis dan I = h f ΔL= kemiringan garis energi. Untuk pipa lingkaran: R= � � = �� 2 4 �� = � 4 2.22 sehingga persamaan diatas menjadi: ℎ � = 4 � ∆� �� 2.23 Persamaan yang telah dilakukan oleh para ahli menunjukan bahwa kehilangan tenaga sebanding dengan V n di mana n ≈ 2 Untuk aliran melalui pipa dengan dimensi dan zat cair tertentu. persamaan 2.23 menunjukan bahwa h f sebanding dengan τ o . Dengan demikian apabila h f = f V 2 berarti juga τ o = f V 2 Dengan anggapan bahwa : τ o = CV 2 2.24 Universitas Sumatera Utara dengan C adalah konstanta, maka persamaan 2.24 menjadi : ℎ � = 4 ��∆� �� 2.25 Dengan mendefinisikan f = 8C ρ maka persamaan di atas menjadi: ℎ � = � ∆� � � 2 2 � 2.26 Apabila panjang pipa adalah L, maka persamaan 2.26 menjadi : ℎ � = � � � � 2 2 � 2.27 Persamaan 2.27 disebut dengan persamaan Darcy-Weisbach untuk aliran melalui pipa lingkaran. Dalam persamaan tersebut f adalah koefisien gesekan Darcy- Weisbach yang tidak berdimensi. Koefisien f merupakan fungsi dari angka Reynolds dari kekasaran pipa. Pada tahun 1944 Moody memperkenalkan suatu grafik yang mempermudahkan dalam penentuan nilai f atau yang biasa disebut moody diagram. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.6 Diagram Moody untuk nilai f pipa Alternatif lain untuk menentukan nilai f dengan menggunakan koefisien manning, Chezy atau Hazen-williams. f= 124.58 � 2 �� 13 � 2.28 f= 156.06 �� � 2 . � 0.26 . � 0.08 � 2.29 Tabel 2.2. Koefisien manning untuk beberapa jenis pipa Type of pipe Manning’s n Galvanized Iron 0,015 – 0,017 Corrugated Metal 0,023 – 0,029 Steel formed Concrete 0,012 – 0,014 Plastic smooth 0,011 – 0,015 PVC 0,009 – 0,010 Sumber: Brater et al. 1996;ASCE 1976 Tabel 2.3. Koefisien Hazen-Williams,CH Type of Pipe Manning’s n PVC ,Glass,or enameled steel pipe 130 – 150 Riveted steel pipe 100 – 110 Cast iron pipe 95 – 100 Smooth Concrete pipe 120 – 140 Rought pipe e.g.roughconcrete pipe 60 – 80 Sumber: Brater et al. 1996;ASCE1976 Universitas Sumatera Utara

2.8.3 Kehilangan Tenaga Sekunder Dalam Pipa

Di samping adanya kehilangan tenaga akibat gesekan kehilangan tenaga primer, terjadi pula kehilangan tenaga yang disebabkan oleh perubahan penampang pipa, sambungan, belokan dan katub kehilangan tenaga sekunder. Pada pipa panjang, kehilangan tenaga primer biasanya jauh lebih besar dari pada kehilangan tenaga sekunder, sehingga pada keadaan tersebut kehilangan tenaga sekunder dapat diabaikan. Pada pipa pendek kehilangan tenaga sekunder harus diperhitungkan. Apabila kehilangan tenaga sekunder kurang 5 dari kehilangan tenaga primer maka kehilangan tenaga tersebut bisa diabaikan. a. Kehilangan energi akibat penyempitan contraction � � = � � � 2 2 2 � 2.30 Di mana : H c = tinggi hilang akibat penyempitan K c = koefisien kehilangan energi akibat penyempitan V 2 = kecepatan rata-rata aliran dengan diameter D 2 yaitu di hilir dari penyempitan Tabel 2.4. Nilai Kc untuk berbagai nilai D 2 D 1 Universitas Sumatera Utara � 2 � 1 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 � � 0,5 0,45 0,38 0,28 0,14 0,00 Sumber: Hidraulika II, Bambang Triadmodjo, 2003. b. Kehilangan energi akibat pembesaran tampang expansion. � � = � � � 1 2 2 � 2.31 di mana � � = � � 1 � 2 − 1� 2 2.32 Apabila pipa masuk ke kolam yang besar seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.7, di mana A 2 = ∞ sehingga V 2 = 0 maka : � � = � 1 2 2 � 2.33 Kehilangan tenaga pada perbesaran penampang akan berkurang apabila perbesaran dibuat secara berangsur-angsur seperti ditunjukkan dalam gambar 2.8, kehilangan tenaga diberikan oleh persamaan berikut: � � = � ′ � 1 2 −� 2 2 2 � 2.34 Gambar 2.7 Pipa menuju kolam Gambar 2.8 Perbesar penampang Universitas Sumatera Utara Tabel 2.5. Nilai K e untuk berbagai nilai α A 10 20 30 40 50 60 75 � � 0,078 0,31 0,49 0,60 0,67 0,72 0,72 Sumber: Hidraulika II, Bambang Triadmodjo, 2003 c. Kehilangan energi akibat belokkan pipa Kehilangan tenaga yang terjadi pada belokkan tergantung pada sudut belokkan pipa. Rumus kehilangan tenaga pada belokkan adalah sama dengan rumus pada perubahan penampang, yaitu : � � = � � � 2 2 � 2.35 Gambar 2.9 Belokkan pipa Tabel 2.6. Nilai K b untuk berbagai nilai α A 20 40 60 80 90 � � 0,05 0,14 0,36 0,74 0,98 Sumber: Hidraulika II, Bambang Triadmodjo, 2003 Untuk sudut belokkan 90 o dan dengan belokkan halus berangsur-angsur, kehilangan tenaga tergantung pada perbandingan antara jari-jari belokkan dan diameter pipa. Nilai K b untuk berbagai nilai RD diberikan dalam tabel 2.7. Universitas Sumatera Utara . Gambar 2.10 Perbandingan nilai RD untuk nilai K Tabel 2.7. Nilai K b untuk berbagai nilai RD A 1 2 4 6 10 16 20 � � 0,35 0,19 0,17 0,22 0,32 0,38 0,42 Sumber :Hidraulika II, Bambang Triadmodjo, 2003 Universitas Sumatera Utara BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 UMUM

PTP Nusantara IV Persero sebagai salah satu BUMN yang bergerak dibidang Agrobisnis, mengemban tugas Tri Dharma Perkebunan dengan Visi membangun PTPN-IV Persero menjadi Agribisnis Perkebunan yang tangguh dan Misi menjalankan usaha agar bisnis Perkebunan guna meningkatkan daya saing produk secara terus menerus menghasilkan laba berkesinambungan dengan mengelola usaha secara profesional serta memberikan perhatian dan peran kepada masyarakat lingkungan. PTP Nusantara IV Persero Medan sebagai pelopor utama pembukaan areal kelapa sawit di Kecamatan Sosa yang tadinya merupakan Padang Ilalang dan Hutan yang tidak produktif dengan keberadaan PTPN-IV di Kecamatan Sosa areal berubah menjadi tanaman Kelapa Sawit yang terdiri dari tanaman Kebun Inti dan Plasma. Sasaran utama adalah untuk meningkatkan taraf hidup para petani tradisional melalui Pola PIR Perkebunan Inti Rakyat yang berkaitan dengan program Pemerintah melalui Departemen transmigrasi. Dengan keberadaan PTP. Nusantara-IV di Kecamatan Hutaraja tinggi secara tidak langsung masyarakat Sosa yang tadinya belum mengetahui tata cara bercocok tanam dan kegunaan Kelapa Sawit, saat ini masyarakat Sosa yang bukan petani PIR Trans sudah menanam lahannya dengan tanaman kelapa sawit, bahkan tanaman semula karet telah di konversi dengan tanaman kelapa sawit. Universitas Sumatera Utara PTPN IV memiliki 30 Unit Kebun yang mengelola budidaya Kelapa Sawit dan Teh, dan 3 unit Proyek Pengembangan Kebun Inti Kelapa Sawit, 1 unit Proyek Pengembangan Kebun Plasma Kelapa Sawit, yang menyebar di 9 Kabupaten, yaitu Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, Padang Lawas, Batubara dan Mandailing Natal.

3.2 SEJARAH SINGKAT KEBUN SOSA