Kehilangan Tenaga Sekunder Dalam Pipa

2.8.3 Kehilangan Tenaga Sekunder Dalam Pipa

Di samping adanya kehilangan tenaga akibat gesekan kehilangan tenaga primer, terjadi pula kehilangan tenaga yang disebabkan oleh perubahan penampang pipa, sambungan, belokan dan katub kehilangan tenaga sekunder. Pada pipa panjang, kehilangan tenaga primer biasanya jauh lebih besar dari pada kehilangan tenaga sekunder, sehingga pada keadaan tersebut kehilangan tenaga sekunder dapat diabaikan. Pada pipa pendek kehilangan tenaga sekunder harus diperhitungkan. Apabila kehilangan tenaga sekunder kurang 5 dari kehilangan tenaga primer maka kehilangan tenaga tersebut bisa diabaikan. a. Kehilangan energi akibat penyempitan contraction � � = � � � 2 2 2 � 2.30 Di mana : H c = tinggi hilang akibat penyempitan K c = koefisien kehilangan energi akibat penyempitan V 2 = kecepatan rata-rata aliran dengan diameter D 2 yaitu di hilir dari penyempitan Tabel 2.4. Nilai Kc untuk berbagai nilai D 2 D 1 Universitas Sumatera Utara � 2 � 1 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 � � 0,5 0,45 0,38 0,28 0,14 0,00 Sumber: Hidraulika II, Bambang Triadmodjo, 2003. b. Kehilangan energi akibat pembesaran tampang expansion. � � = � � � 1 2 2 � 2.31 di mana � � = � � 1 � 2 − 1� 2 2.32 Apabila pipa masuk ke kolam yang besar seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.7, di mana A 2 = ∞ sehingga V 2 = 0 maka : � � = � 1 2 2 � 2.33 Kehilangan tenaga pada perbesaran penampang akan berkurang apabila perbesaran dibuat secara berangsur-angsur seperti ditunjukkan dalam gambar 2.8, kehilangan tenaga diberikan oleh persamaan berikut: � � = � ′ � 1 2 −� 2 2 2 � 2.34 Gambar 2.7 Pipa menuju kolam Gambar 2.8 Perbesar penampang Universitas Sumatera Utara Tabel 2.5. Nilai K e untuk berbagai nilai α A 10 20 30 40 50 60 75 � � 0,078 0,31 0,49 0,60 0,67 0,72 0,72 Sumber: Hidraulika II, Bambang Triadmodjo, 2003 c. Kehilangan energi akibat belokkan pipa Kehilangan tenaga yang terjadi pada belokkan tergantung pada sudut belokkan pipa. Rumus kehilangan tenaga pada belokkan adalah sama dengan rumus pada perubahan penampang, yaitu : � � = � � � 2 2 � 2.35 Gambar 2.9 Belokkan pipa Tabel 2.6. Nilai K b untuk berbagai nilai α A 20 40 60 80 90 � � 0,05 0,14 0,36 0,74 0,98 Sumber: Hidraulika II, Bambang Triadmodjo, 2003 Untuk sudut belokkan 90 o dan dengan belokkan halus berangsur-angsur, kehilangan tenaga tergantung pada perbandingan antara jari-jari belokkan dan diameter pipa. Nilai K b untuk berbagai nilai RD diberikan dalam tabel 2.7. Universitas Sumatera Utara . Gambar 2.10 Perbandingan nilai RD untuk nilai K Tabel 2.7. Nilai K b untuk berbagai nilai RD A 1 2 4 6 10 16 20 � � 0,35 0,19 0,17 0,22 0,32 0,38 0,42 Sumber :Hidraulika II, Bambang Triadmodjo, 2003 Universitas Sumatera Utara BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 UMUM