BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN
Pabrik kelapa sawit PKS yang berada di Kecamatan Sosa memiliki kapasitas olah sebesar 50 ton TBSjam, maka secara otomatis bertambah pula jumlah
kebutuhan air yang digunakan pada kegiatan produksi dengan jumlah pengolahan limbah cair yang bertambah.
Jumlah limbah cair dari suatu pabrik Kelapa Sawit bergantung dari kapasitasnya. Pabrik Kelapa Sawit PTPN IV kecamatan Sosa mempunyai kapasitas
sebesar 50 ton TBSJam. Jumlah limbah cair yang dihasilkan rata-rata sekitar 60 dari kapasitas pabrik. Jadi bila kapasitas pabrik 50 ton TBSJam, maka jumlah
limbah cairnya sekitar 30 ton jam. Pabrik kelapa sawit PTPN IV Sosa beroperasi selama 22 jam setiap harinya. Jadi jumlah limbah cair adalah 660 m
3
hari. Pengolahan limbah cair PKS umumnya diawali dengan proses anaerobik,
karena kemampuan proses ini dalam menurunkan BOD atau mendegradasi bahan organik, jauh lebih tinggi dari proses aerobik. Karena itu, dengan proses anaerobik
BOD dapat diturunkan hingga mencapai sekitar 2000 ppm. Baru kemudian proses aerobik dapat menurunkan BOD lagi sampai dibawah 75 ppm.
4.1 Unit inti pengolahan limbah cair PKS
Unit-unit pengolahan limbah cair yang umum digunakan pada Pabrik kelapa sawit adalah:
a. Unit fat-pit, yaitu kolam penampung limbah cair dari unit proses sludge
separator dan unit pencucian. Kolam ini dimaksudakan untuk memperoleh
Universitas Sumatera Utara
kembali minyak sawit yang masih dapat diambil dan dimanfaatkan kembali untuk dialirkan ke unit peoses pengolahan minyak mentah sawit.
b. Unit anaerobik, yaitu kolam penampung limbah cair yang berasal dari fat-pit,
dan unit-unit proses yang lain, seperti unit sterilisator kondensat, unit Hydrocyclone dan unit demineralisasi. Unit anaerobik ini hanya berupa
kolam-kolam dapat berupa 4 buah kolam atau lebih yang kedalamannya sekitar 3 - 4 meter lebih.
c. Unit aerobik, yaitu unit proses pengolahan limbah cair setelah unit anaerobik.
Unit ini juga berupa kolam-kolam yang dapat berjumlah 4 buah kolam atau lebih yang mempunyai kedalam sekitar 1,5 – 2 meter saja. Pada unit aerobik
ini tidak dilakukan pengadukan dipermukaan dan juga tidak dilakukan suplai udara dari dasar kolam, Jadi proses pengolahan dibiarkan berjalan secara
alamiah saja.
4.2 Tidak berjalannya SOP standar operation procedure
Pengoperasian dan pemeliharaan unit-unit pengolahan limbah cair, seperti yang telah diuraikan diatas, masih belum dilakukan secara benar. Hal tersebut dapat dilihat
pada: − Pengoperasian unit fatpit yang sangat tidak optimal, yaitu masih banyak
minyak yang terapung yang teremulsi dalam air dan tidak terambil kembali untuk diproses pada unit pengolahan minyak mentah sawit. Juga terlihat
masih banyak tedapat lumpur yang mengendap pada dasar kolam dan hal ini menyebabkan proses pengolahan tidak berjalan optimal. Selain itu juga
bagian-baguan peralatan fatpit juga menjadi terbebani, sehingga mudah
menjadi rusak.
Universitas Sumatera Utara
Limbah
Fat-Pit
Primery Anaerobic Pond Deoiling Pond
− Pengoperasian kolam Anaerobik juga tidak dilakukan dengan benar. Misalnya tidak adanya jadwal rutin minimal sebulan sekali dilakukan
pengerukan endapan lumpur pada dasar kolam. Dengan demikian kedalam kolam sudah tidak sesuai lagi dengan desain semula. Demikian pula dengan
kapasitas penampungan limbah cair yang sudah tidak sesuai lagi dengan
kemampuan optimal volume awal.
− Pengoperasian kolam aerobik sangat tidak sesuai dengan prosedur. Pengadukan di permukaan dan suplai udara dari dasar kolam tidak dilakukan.
Akibatnya proses pengolahan aerobik hanya berlanagsung pada permukaan saja. Jadi pada bagian bawah kolam tetap saja terjadi proses anaerobik.
Dengan demikian proses pengolahan pada unit ini tidak berjalan dengan
optimal. Pengerukan endapan lumpur juga tidak dijadwalkan dengan disiplin.
Universitas Sumatera Utara
Gambar.4.1 Bagan alir pengolahan limbah PKS Kecamatan Sosa
4.3 Evaluasi Kolam Fat-Pit