Wacana Perbudakan Modern dalam Teks Editorial Media Indonesia Perbudakan Modern

negara lain sudah berbicara kompetisi sumber daya manusia, kita malah mundur kepraktik masa silam praperadaban dengan peristiwa konyol perbudakan. 39

BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Analisis Wacana Pada Teks dan Video Editorial Perbudakan Modern

Pada bagian ini peneliti akan memaparkan hasil temuan dan analisis data mengenai perbudakan modern dalam teks dan video editorial “Media Indonesia” yang ditayangkan dalam program Bedah Editorial Media Indonesia di Metro TV. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan dengan metode analisis wacana kritis Van Dijk yang menganalisis dengan tiga elemen yaitu teks, kognisi sosial dan konteks sosial. maka hasil penelitiannya dalam elemen teks diuraikan sebagai berikut:

a. Tematik

Editorial ini mengangkat tema yang berjudul “perbudakan modern”. Tema ini sarat mengandung unsur sosial, Media Indonesia mengangkat kata perbudakan karena menurut mereka, kasus yang terjadi di pabrik kuali ini sudah layak dikatakan sebagai perbudakan. Ini adalah salah satu bentuk hegemoni media dalam mengangkat sebuah agenda menjadi agenda yang langsung disepakati oleh masyarakat, padahal belum tentu kasus ini pantas dikatakan “Perbudakan” bagi sebagian khalayak. Ide editorial ini dapat dimaknai bahwa ada sistem segolongan manusia yang dirampas kebebasan hidupnya untuk bekerja guna kepentingan manusia lain yang terjadi di zaman ini. Terlepas dari hegemoni media, perbudakan dalam kasus ini juga adalah bentuk dari dominasi dan hegemoni dalam sistem kapitalisme, di mana pemilik modal berhak mengatur pekerjanya dengan sesuka hati. Menurut narasumber, yaitu Direktur Pemberitaan Media Indonesia, mereka menggunakan frasa “perbudakan modern” ini karena menurut mereka peristiwa yang terjadi di wilayah Tangerang ini luar biasa. Menurutnya, dalam kasus tersebut terdapat perampasan hak asasi manusia, buruh-buruhnya itu disekat, bekerja di tempat tertutup, tidak bisa berinteraksi dengan dunia luar, kemudian bekerja dengan jam kerja yang panjang, tidak jelas, hampir tidak ada waktu istirahat, dengan makan yang terbatas. Jadi menurut mereka dasarnya adalah karena ada sebuah peristiwa yang luar biasa. Untuk penggunaan huruf pada editorial di Media Indonesia, Huruf yang biasa mereka gunakan pada judul editorial adalah huruf Arial dengan ukuran 24 pt. Ukuran huruf judul dibuat besar, ini tentu dimaksudkan agar pembaca mudah untuk mengingatnya. Untuk editorial “perbudakan modern” ini, sayangnya Media Indonesia tidak menerbitkan versi cetaknya karena bertepatan dengan hari libur, dan Media Grup secara langsung mempublikasikan editorial ini lewat laman website www.metrotvnews.com dan tayang live pada program Bedah Editorial Media Indonesia di Metro TV pada hari kamis, 9 Mei 2013. Karena tema merupakan “kesan pertama” dari pembaca, maka mereka tentu akan melihat judul atau headline sebelum membaca sebuah berita atau editorial, pemilihan redaksi pada judul editorial perlu dipertimbangkan dengan matang sebelum dipublikasikan kepada khalayak.

b. Skematik

“Sering, pembaca surat kabar hanya membaca bagian yang merupakan poin utama atau ringkasan dari laporan berita ketika mereka menyaring sebuah surat kabar. Mereka menginterpretasikan topik utama dari sebuah laporan, setelah memilih mereka barangkali memutuskan untuk terus membaca atau untuk berhenti membaca sisa dari laporan berita. Eksperimen telah menunjukkan bahwa para pembaca setelah beberapa hari akan jauh lebih susah mengingat kembali dari topik-topik utama ini, sama ketika mereka telah membaca keseluruhan laporan berita Kintsch van Dijk, 1978. Semenjak Headline dan Lead memberikan giliran seperti sebuah peran yang krusial atau gawat dalam interpretasi dan pengingatan kembali, Headline dan Lead adalah wajib dan merupakan kategori yang krusial dari skema berita.” 1 Pada lead editorial ini, terdapat berbagai elemen yang dapat dibahas dan dikupas secara lebih mendalam. Mari kita perhatikan alinea berikut ini: “APA yang ada dibenak kita ketika mendengar kata perbudakan? Hampir semua orang akan membayangkan sebuah peristiwa kerja paksa yang banyak dilakukan ratusan tahun yang lalu. Tapi, yang terjadi di Tangerang, Banten, ialah peristiwa hari-hari ini , bukan kejadian masa lampau. Bukan hanya itu, peristiwa tersebut terjadi di beranda rumah kita sendiri, bukan di tempat nun jauh di sana.” Pada lead editorial ini, terlihat bahwa Media Indonesia langsung menggunakan kalimat tanya pada awal paragraf. Penggunaan kalimat tanya ini tentu punya makna tersendiri dalam teknik penulisan. Pembaca dan penonton diajak untuk berimajinasi dengan kata perbudakan dan tentu pembaca dan penonton mudah untuk mengingatnya dikarenakan terletak di awal kalimat. Setelah kalimat tanya, Media Indonesia memberikan sebuah opini yang menjawab pertanyaan tersebut. 1 Teun A. Van Dijk, News Schemata Amsterdam: Amsterdam University Press, 2005, h. 159-160