Konsep Editorial dan Teori Hegemoni a. Konsep Editorial

pemerintahan. Setelah tercapai pokok-pokok pikiran, dituangkanlah dalam sikap yang kemudian dirangkum oleh awak redaksi yang telah ditunjuk dalam rapat. Dalam koran harian biasanya tajuk rencana ditulis secara bergantian, namun semangat isinya tetap mencerminkan suara bersama setiap jajaran redakturnya. Dalam proses ini reporter amat jarang dilibatkan, karena dinilai dari segi pengalaman serta tanggungg jawabnya yang tebatas.

b. Teori Hegemoni

“Sering dikaitkan dengan kontribusi Antonio Gramsci dengan teori ideologi, dan terutama dengan konsep hegemoni. Setelah kelompok dan anggota sosial menerima ideologi dominan sebagai refleksi dari tujuan, keinginan atau kepentingan mereka, ideologi mereka akan menjadi keyakinan yang diterima begitu saja atau“Common Sense”. Dominasi ideologi dan Hegemoni akan menjadi “sempurna” ketika kelompok- kelompok yang didominasi tidak dapat membedakan antara minat mereka dan kepentingan orang-orang atau sikap dari kelompok dominan. Dalam hal ini, mereka mungkin tidak dapat melihat ideologi yang saling bertentangan bahkan ketika dalam kepentingan terbaik mereka sendiri sebagai alternatif yang layak atau dapat diterima. Sehingga akan kembali ke dimensi sosial dan kepatuhan-kepatuhan ideologis.” 6 Bagi Gramsci berjalannya hegemoni tidak hanya bisa dilakukan oleh negara yang selama ini dikenal dengan “Ruling Class Kelas Penguasa” namun bisa dilakukan oleh seluruh kelas sosial. Hegemoni sendiri pengertiannya adalah dominasi oleh satu kelompok terhadap kelompok lainnya, dengan atau tanpa ancaman kekerasan, sehingga ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominan terhadap kelompok yang didominasi diterima sebagai suatu yang wajar yang bersifat moral, intelektual serta budaya. 7 Dalam hal ini penguasaan tidak dengan 6 Teun A. Van Dijk, Ideology A Multidisciplinary Introduction Sage Pulications, London, 1998 h. 102 7 Dominic Strinati , An Introduction to Theories of Popular Culture, Routledge, London, 1995 kekerasan melainkan dengan bentuk-bentuk persetujuan masyarakat yang dikuasai baik sadar maupun secara tidak sadar. Dominasi yang paling sering dilakukan adalah oleh alat-alat kekuasaan seperti sekolah, kaum pemodal, media dan lembaga-lembaga negara. Ideologi yang disusupkan lewat alat-alat tadi bagi Gramsci merupakan kesadaran yang bertujuan agar ide-ide yang diinginkan negara dalam hal ini sistem kapitalisme menjadi norma yang disepakati masyarakat. Dominasi merupakan awal hegemoni, jika sudah melalui tahapan dominasi maka tahap berikutnya adalah tinggal diarahkan dan tunduk pada kepemimpinan oleh kelas yang mendominasi. Siapa yang mencoba melawan hegemoni dianggap orang yang tidak taat terhadap moral serta dianggap tindak kebodohan di masyarakat bahkan adakalanya diredam dengan kekerasan. Hal inilah menurut Gramsci yang harus dipahami oleh kaum buruh untuk mengerti mengapa di Eropa tidak terjadi pemberontakan buruh seperti diramalkan Karl Marx dalam Manifesto Komunisnya. Gramsci dalam bahasan teorinya memberi solusi untuk melawan hegemoni Counter Hegemony dengan menitikberatkan pada sektor pendidikan. Kaum Intelektual menurut Gramsci memegang peranan penting di masyarakat. Berbeda dengan pemahaman kaum intelektual yang selama ini kita kenal, dalam catatan hariannya Gramsci menulis bahwa setiap orang sebenarnya adalah seorang intelektual namun tidak semua orang menjalankan fungsi intelektualnya di masyarakat. 8 “Wacana sangat kompleks, menampilkan berbagai tingkatan struktur, masing-masing dengan kategori dan elemennya sendiri, yang dapat dikombinasikan dalam banyak cara. Sebagaimana telah kita lihat, ideologi dapat dinyatakan secara eksplisit dan kemudian mudah untuk di deteksi, tapi hal ini juga mungkin terjadi secara sangat tidak langsung, secara implisit, tersembunyi atau dalam struktur wacana yang kurang jelas, seperti intonasi, keragu-raguan atau kata ganti. Kita perlu mencari kekayaan dari wacana yang menunjukkan dengan jelas variasi ideologis yang mendasari model konteks context model, model kejadian event models dan sikap sosial sosial attitudes.” 9

C. Buruh, Tenaga Kerja dan Budak a. Pendefinisian buruh dan tenaga kerja

Pengertian buruh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang bekerja untuk orang lain dan mendapat upah. Menurut ketentuan UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan beserta peraturan pelaksanaannya, dari peraturan pemerintah, peraturan menteri, hingga keputusan-keputusan menteri yang terkait, dapat ditarik kesimpulan adanya beberapa pengertian ketenagakerjaan, tenaga kerja, pekerja dan pemberi kerja sebagai berikut. 10 1. Ketenagakerjaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan setelah selesainya masa hubungan kerja. 8 Antonio Gramsci, Selections from The Prison Notebooks, Lawrence and Wishart, London, 1971 9 Teun A. Van Dijk, Ideology A Multidisciplinary Introduction Sage Pulications, London, 1998 h. 42 10 Whimbo Pitoyo, Panduan Praktis Hukum Ketenagakerjaan, Jakarta: Visimedia, 2010. Hlm. 3-4 2. Tenaga kerja adalah objek, yaitu setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa, untuk kebutuhan sendiri dan orang lain. 3. Pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain dengan menerima upah berupa uang atau imbalan dalam bentuk lain. 4. Pemberi kerja adalah orang perseorangan atau badan hukum yang mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Perbedaan Tenaga Kerja dan Pekerja. 11 1. Tenaga kerja adalah setiap orang yang melakukan pekerjaan, termasuk di dalamnya bekerja pada sektor informal, misalnya wiraswastapedagang yang bekerja untuk dirinya sendiri maupun orang lain. 2. Pekerja adalah mengarah pada bekerja untuk orang lain yang mendapat upah atau imbalan lain. Menurut sumber di atas dapat disimpulkan perbedaan definisi antara buruh pekerja dan tenaga kerja yang dapat kita lihat pada konteks kepada siapa sesorang bekerja. Buruh mendapat arti yang lebih khusus yaitu setiap orang yang bekerja untuk orang lain yang mendapatkan upah atau imbalan sedangkan tenaga kerja mempunyai definisi yang lebih umum yaitu setiap orang yang melakukan pekerjaan, baik di sektor formal maupun informal, seperti contoh wiraswasta yang bekerja sendiri atau bekerja dengan orang lain. 11 Ibid

b. Perbudakan dalam pandangan Islam

Dalam antropologi, perbudakan adalah sistem segolongan manusia yang dirampas kebebasan hidupnya untuk bekerja guna kepentingan golongan manusia lain. Dari definisi di atas sudah terlihat jelas pendefinisian budak, alangkah baiknya kita dapat membuat simpulan sendiri dari definisi perbudakan di atas. Perbudakan adalah sebuah sistem yang ada pada hubungan pekerja dan pengusaha dimana segolongan manusia dirampas kebebasan hidupnya untuk bekerja guna kepentingan golongan manusia lain. Dalam pandangan Islam konsep budak di zaman dahulu sedikit berbeda dengan konsep budak di zaman sekarang modern. Di zaman dahulu budak adalah korban rampasan perang yang dijadikan budak, dan dianjurkan kepada umat Islam untuk memerdekakan budak tersebut. Pemahaman budak pada zaman sekarang adalah orang yang tidak punya harta dan diperlakukan secara semena- mena dan tidak manusiawi dalam suatu sistem, salah satunya adalah sistem dalam dunia pekerjaan. Perbudakan juga disebutkan di dalam ayat suci Al-Quran sebagaimana yang dijelaskan dalam Surah al- Balad90: 12-14 berikut:                “ 12. tahukah kamu Apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? 13. yaitu melepaskan budak dari perbudakan, 14. atau memberi Makan pada hari terjadi kelaparan,” 12 12 Al-Quranul karim