Program Tebar Da’i Pada Komunitas Pemulung dan Anak Jalanan

55 ke dalam program tersebut juga da’i dibina dahulu agar kompetensi serta mental mereka siap untuk ikut dalam program tersebut. “Da’i yang ikut dalam program tersebut memang mempunyai kemauan dan ikhlas ingin membina mereka, terdiri dari 1 orang lelaki dan 6 orang perempuan. Mereka juga dibina dahulu agar siap terjuan dalam program ini”. 6 Keadaan pengetahuan agama Islam mereka yaitu pemulung dan anak jalanan sebelum dilaksanakan tebar da’i ini sangat memprihatinkan. Karena mereka tidak mengenal ajaran Islam itu sendiri. Membaca Al- qur’an ataupun bacaan shalat mereka tidak mengetahuinya. “Pada saat pertama kali program tersebut dijalankan mereka pure tidak tahu apa-apa tentang pengetahuan agama, misalnya ibu-ibu kita suruh shalat pada gak bisa, disuruh ngaji juga tidak bisa ada yang bisa tapi banyak yang enggak bisa, anak-anaknya juga sama tidak bisa juga karena mereka kurang mersakan lingkungan belajar, pendidikan dan TPA, agamanya padahal islam semua”. 7 Padahal ketika ditanya tentang agama mereka, mereka menjawab islam, namun aplikasi mereka dalam sehari-hari tidak menunjukkan cara-cara keIslaman. Dengan didikan dan juga arahan yang diberikan da’i maka lambat laun pengetahuan mereka tentang Islam mulai membaik sampai saat ini. Konsep awal dari program ini adalah menyebar da’i ke seluruh komunitas pemulung dan anak jalanan yang tersebar di DKI Jakarta. Namun untuk sekarang ini masih terfokus di wilayah Cilandak Jakarta Selatan. Walaupun demikian program tebar da’i ini pernah melaksanakan lomba da’i se-DKI yang difokuskan untuk pemulung. Lomba itu tidak hanya sekedar lomba tapi juga untuk mengumpulkan kontak mereka agar memudahkan da’i untuk disebar kepada mereka dan juga komunitasnya. 6 Wawancara Pribadi dengan Ustadz M. Nur, Tanggal 12 November 2013 7 Wawancara Pribadi dengan Ustadz M. Nur, Tanggal 12 November 2013 56 “Jadi konsepnya itu menebar da’i ke pemulung dan anak jalanan se- DKI Jakarta. Jadi targetnya itu anak-anak pemulung yang sudah terlibat dengan MAI. Kita kan juga pernah mengadakan lomba da’i pemulung se-DKI, jadi anak-anak yang sudah ada kontak dengan kita maka kita akan mengirim guru yang mereka butuhka. Tempatnya dilapak pemulung sedangkan yang disini maka tempat belajarnya di asrama, karena dekat demngan lapak mereka”. 8 Tahapan program tersebut juga mempunyai kemiripan pada teori tahapan dakwah yang digagas oleh Amrullah Achmad di bab dua. Tahap pertama adalah takwin yang merupakan tahap pembentukan masyarakat dakwah dalam bentuk internalisasi dan sosialisasi ajaran tauhidi. Tahap ini dimulai dari ittishal fardhi, yaitu keluarga terdekat, lalu ittishal jama’i yaitu masyarakat pada umumnya. Kegiatan utamanya dimulai dari dakwah billisan tabligh dan dakwah bil hal pengembangan masyarakat. Tahap kedua adalah tandzim, tahap ini subtahapnya meliputi pembangunan masjid, pembentukan lembaga ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah basyariyah piagam madinah, dan lain-lain.Tahap utama ketiga adalah tahap pelepasan dan kemandirian. Tahap ini adalah tahap akhir dari pembinaan mad’u sehingga setelah dibina mad’u menjadi manusia yang mandiri dalam menata kehidupannya”. 9 Program tebar ini memulai tahap dari kegiatan sosial yang mengacu dalam beibadah seperti memberikan perlengkapan shalat karena kebanyakan mereka tidak memilikinya. Setelah diberikan perlengakapan tersebut mereka diperkenalkan tentang bagaimana caranya shalat mengaji dan sebagainya. “Jadi kalau program tebar da’i ini untuk awalnya kita lebih banyak kegiatan sosial lebih dahulu seperti dakwah bil hall. Karena merek auntuk sholat butuh mukena butuh ini mereka tidak punya, terus yang pada sakit kita adakan pengobatan gratis yang yatim kita santuni. Dari situ nanti kita ikat mereka, kita ada pengajian kita kenalkan ada kegiatan, kita data mereka yang ikut kegiatan dan setiap minggunya ada absen. Sehingga mudah melibatkan mereka dalam setiap kegiatan”. 10 Setelah mulai banyak yang tertarik program tebar ini membuat sebuah wadah yaitu asrama dan juga tempat belajar agar penyusupan nilai-nilai 8 Wawancara Pribadidengan Ustadz M. Nur, Tanggal 12 November 2013 9 Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah....., h. 121-122 10 Wawancara Pribadi dengan Ustadz M. Nur, Tanggal 12 November 2013 57 keagamaan lebih mudah dan mereka lebih nyaman dalam belajar agama. Tentunya pembangunan tersebut dibawah naungan yayasan MAI. Setelah pembinaan selesai mereka akan siap untuk dilepas dan diupayakan mengajarkan ilmu yang didapat dari program ini kepada yang lainnya. Tahap program tebar da’i ini mempunyai kemiripan dengan teori yang digagas oleh Amrullah Achmad dari tahap pembangunan dan juga tahap kemandiriannya. Namun tahap pembentukan masyarakat dakwah agak berbeda konsep Amrullah Achmad lebih cenderung kepada keluarga dekat dahulu baru kepada ma syarakat umum. Namun program tebar da’i ini langsung mengacu pada masyarakat umum yaitu pemulung dan anak jalanan. Kar ena dalam program tebar da’i ini fokus mereka adalah masyarakat kaum bawah yang harus diutamakan. Kesulitan dalam program ini yaitu bagaimana supaya program ini tetap istiqomah di jalurnya yaitu untuk membina komunitas pemulung dan juga anak jalanan tersebut dengan rasa ikhlas. Terlebih lagi diwilayah tempat program tebar da’i terdapat gereja yang memang mengirimkan misionaris untuk mengkristenkan mereka dengan berbagai cara. “Jadi kesulitannya masalah komunikasi antar da’i dan pengurus ketika dilapangan dan meyakinkan mereka yaitu pemulung dan anak jalanan untuk terus istiqomah dalam kegiatan ini. Karena banyak kaum yang memang terus berusaha memurtadakan mereka”. 11 Tarik ulur yang seperti ini dinilai adalah tantangan bagi program ini untuk tetap istiqomah dan memberikan yang terbaik. 11 Wawancara Pribadi dengan Ustadz M. Nur, Tanggal 12 November 2013 58

B. Metode Program Tebar Da’i

Metode merupakan cara-cara atau upaya-upaya yang ingin dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. “Metode berasal dari dua kata, yaitu meta yang berarti melalui dan hodos berarti jalan atau cara. Dengan demikian, arti metode ialah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan”. 12 Supaya tujuan tersebut tercapai alangkah baiknya metode yang dibuat harus menarik agar tujuan yang ingin dicapai terlaksana. Program tebar da’i mempunyai metode tersendiri. Metode tebar da’i ini masuk kepada prinsip metode mauidzah hasanah yang artinya memakai tutur kata dan komunikasi yang baik dan bentuk komunikasinya billisan yaitu menggunakan lisan, ucapan, atau kata-kata. Namun pengemasannya dibuat lebih menarik sehingga para pemulung dan juga anak jalanan yang mendengarkannya tidak bosan. “Metode yang dipakai adalah billisan, namun supaya kemasannya menarik kita menyusupinya dengan humor, kuis dan games ceria. ” 13 Pengemasan billisan yang dila kukan oleh tebar da’i ini seperti memberikan lelucon-lelucon segar ketika sedang memberikan siraman rohani kepada mereka. Sesekali juga da’i membuat kuis atau games ceria supaya suasananya lebih atraktif. Kuis atau gamesnya seperti memberikan tanya jawab secara rebutan kepada mereka, mengapa demikian karena cara seperti itu akan membuat mereka akan lebih bersemangat untuk mencari jawabannya sehingga suasana 12 M. Munir, S. Ag, MA., Metode Dakwah.....,h. 6 13 Wawancara Pribadi dengan Ustadz M. Nur, Tanggal 12 November 2013 59 juga lebih atraktif. Selain tanya jawab secara rebutan ada juga games yang bentuknya sambung surat, caranya yaitu da’i melafalkan sepatah surat saja dan memberikan kesempatan mereka untuk meneruskan sepatah surat itu. “Gamesnya kaya tebak-tebakan, dan sambung surat gitu kak, misalnya ketika games tebak- tebakan da’i memberikan pertanyaan rebutan kepada kita. Kalau sambung surat da’i menyebutkan petongan surat terus kita yang meneruskan”. 14 Dengan demikian pengemasan yang seperti itu membuat para pemulung dan juga anak jalanan tidak jenuh dan malah sangat tertarik dengan komunikasi yang dilancarkan oleh pa ra da’i yang membimbing mereka. Jika komunikasi yang diberikan tidak disusupi hal seperti di atas maka yang terjadi adalah suasana terkesan monoton. Dengan dimasukkannya cara-cara komunikasi yang lebih atraktif diharapkan akan menambah ketertarikan dan motivasi mereka untuk belajar Islam. Tidak hanya itu setiap tahun program ini juga membuat acara menasik haji bagi para pemulung dan juga anak jalanan. Cara ini dimaksudkan supaya mereka tidak bosan hanya belajar ditempat yang sama. Supaya banyak yang tertarik maka selain menasik haji acara tersebut disertai dengan acara jalan- jalan ke kota tua. Rekreasi ke tempat hiburan akan menambah ketertarikan mereka. “Dan juga setiap tahun kita mengadakan menasik haji sekaligus jalan- jalan ke tempat rekreasi seperti kota tua supaya banyak yang tertarik”. 15 Di situ mereka akan disusupi nilai- nilai Islam, oleh para da’i yang membimbing mereka dalam acara jalan-jalan dan menasik haji tersebut. 14 Wawancara Pribadi dengan Lina Anak Pemulung, Tanggal 25 November 2013 15 Wawancara Pribadi dengan Ustadz M. Nur, Tanggal 12 November 2013 60

C. Materi Program Tebar Da’i

Dalam berdakwah biasanya terdapat materi yang disampa ikan oleh da’i. Materi adalah elemen yang sangat penting dalam dakwah, karena materi adalah pokok atau isi yang ingin disampaikan. Materi dalam program tebar da’i ini sesuai dengan apa yang diajarkan oleh baginda nabi Muhammad SAW yaitu ajaran tentang ketauhidan kepada Allah SWT. “Pada dasarnya materi dakwah adalah seluruh ajaran Islam yang secara murni tertulis dalam Al- Qur’an dan diperjelas oleh Nabi Muhammad SAW dalam Al-Hadits sebagai sumber utama materi dakwah ”. 16 Selain tauhid juga diajarkan ilmu fiqih, Al- qur’an, dan juga ilmu akhlak. “Jadi materinya seperti tauhid untuk memperbaiki keimanan mereka, syariah dan hukum untuk memperbaiki ibadah mereka, Al- Qur’an supaya mereka bisa mengaji dan yang terpenting adalah ilmu akhlak supaya mereka tertata da lam pergaulannya”. 17 Keempat hal itulah yang diberikan oleh para da’i kepada pemulung dan juga anak jalanan dalam program tersebut. Materi yang diberikan juga tidak terlampau sulit karena pengetahuan mereka tentang keislaman masih awam. Misalnya tauhid, yang diajarkan adalah tentang rukun Islam, rukun Iman dan juga rukun Ihsan. Ilmu fiqih seperti bagaimana caranya bersuci, sholat, zakat, dan sebagainya. Ilmu Alqur’an yaitu seperti makharijul huruf dan tajwid. Ilmu akhlak seperti bagaimana mereka harus bergaul dengan sesama dan orang yang lebih tua. Serta akhlak mereka terhadap sang pencipta yaitu Allah SWT. Materi tentang fiqih dan Ilmu Al-quran biasanya lebih dikedepankan 16 Barmawy Umar, Azas-azas Ilmu Dakwah....., h. 57 17 Wawancara Pribadi dengan Ustadz M. Nur, Tanggal 12 November 2013 61 da’i karena memang da’i igin memperbaiki kualitas ibadah mereka dan juga memperbaiki cara membaca ayat suci Al- qur’an terlebih dahulu. Karena dengan mengedepankan keduanya diharapkan juga menambah ketauhidan mereka kepada sang pencipta yaitu Allah SWT. Dan menambah kecintaan mereka terhadap rasulullah SAW. Materi tentang ilmu akhlak dianggap sebagai penyempurna dalam kehidupan keseharian mereka, tanpa ilmu akhlak cara bergaul mereka yang biasanya memang kurang beradab bisa lebih diperbaiki. Sehingga mereka mengetahui caranya bergaul dengan baik sesuai dengan tuntunan baginda nabi muhammad SAW untuk selalu bergaul dengan baik kepada sesama manusia, sebagaimana hadits nabi Muhammad SAW: سح قلخب س نقلخ حح نسحل ء سل ءب نك ث ح ه ق ل “Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu berada, dan iringilah perbuatan jelak dengan perbuatan baik kaena perbuatan baik akan menghapus perbuatan jelek, dan pergaulilah manusia dengan pergaulan yang baik ” HR. Bukhari dan Muslim Hadits ini mengungkapkan bahwasanya kita harus mengiringi perbuatan buruk kita dengan perbuatan yang baik, karena sebenarnya perbuatan yang baik akan menghapus perbuatan perbuatan buruk yang kita lakukan. Dan juga dalam bergaul kepada manusia kita harus menunjukkan akhlak yang baik. Dengan akhlak yang baik maka manusia disekitar kita akan mengahargai kita Waktu pemberian materi kepada mereka dimulai dari jam sembilan pagi sampai jam dua belas siang dan dilanjutkan pada sore harinya.