28
komunitas pinggiran seringkali harus melakukan perilaku yang tidak dapat diterima masyarakat untuk mengisi perut dan hiduo sebagai manusia.
Perilaku mereka dapat dikatakan sebagai konsekuensi logis dan stigma sosila dan pengucilan yang mereka alami.
46
Persepsi orang mengenai anak jalanan ini sebenarnya berhubungan dengan bagaimana masyarakat memerlakukan mereka menolak dan
merendahkan, dan situasi ini memaksa mereka untuk berperilaku sesuai dengan persepsi masyarakat terhadap mereka.
47
a. Faktor Penyebab
Banyak yang berpendapat bahwa kemiskinan adalah faktor utama yang menyebabkan anak untuk bekerja dan hidup di jalanan. Namun
kemiskinan bukanlah faktor utama anak-anak hidup dan mencari nafkah di jalanan. Faktor-faktor lain adalah sebagai berikut:
1 Faktor sosio-ekonomik makro, kegagalan kebijakan ekonomi
makro dalam menempatkan kebutuhan keluarga dan anak-anak sebagai prioritas. Ditinggalkannya sektor pertanian berskla kecil,
pemilihan industri dan kebun di area pinggiran, secara umum tidak memerhitungkan mengenai keluarga dan anak-anak sebagai subjek
pembangunan nasional.
48
2 Berkurangnya modal sosial dalam masyarakat, pentingnya modal
sosial sebagai indikator ekonomi keluarga terkadang tidak digubris
46
Irwanto dkk, Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus di …, h. 102
47
Irwanto dkk, Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus di …, h. 102
48
Irwanto dkk, Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus di …, h. 104
29
oleh orang tua khususnya ayah. Dan ini menyebabkan anak harus rela hidup di jalan untuk mencari nafkah.
49
3 Kejadian traumatik, sejumlah anak jalanan berasal dari keluarga
yang mengalami trauma akibat bencana.
50
4 Sektor ekonomi informal di daerah perkotaan, sektor informal di
perkotaan merupakan magnet kuat yang menarik anak-anak miskin untuk membantu keuarga mencari nafkah.
51
5 Keberadaan subkultur jalanan, bagi anak-anak yang ditinggalkan
orang tua atau melarikan diri dari keluarga, komunitas jalanan menyediakan subkultur alternatif bagi mereka sendiri. Dalam
subkultur ini, seorang anak dapat menjadituan atas dirinya sendiri. Mereka mempunyai kelompok kecil tersendiri yang tidak terlalu
terikat, dengan budaya yang memadukan kebebasan dan kesetiaan.
52
G. Yayasan
1. Pengertian Yayasan Dalam edisi khusus ensiklopedi Indonesia dikatakan bahwa yayasan
itu adalah badan hukum, yang artinya mempunyai akte atau surat wasiat untuk tujuan tertentu dan dijalankan oleh pengurus atau pimpinan yayasan.
Yayasan juga bukanlah lembaga yang sengaja didirikan untuk mencari keuntungan.
53
49
Irwanto dkk, Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus di …, h. 105
50
Irwanto dkk, Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus di …, h. 110
51
Irwanto dkk, Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus di …, h. 111
52
Irwanto dkk, Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus di …,, h. 112
53
Hasan Sadhaly, Yayasan Ensiklopedi Indonesia Edisi Khusus, Jakarta: PT. Ikhtiar Bara-Van hoeve, Jilid 7, h. 3978
30
Yayasan juga bisa diartikan sebagai badan hukum yang didirikan dengan maksud mengusahakan sesuatu seperti sekolah dan sebagainya,
dan mempunyai modal atau anggaran.
54
Yayasan juga bisa di maknai sebagai badan atau lembaga yang didirikan oleh orang-orang yang
memang mempunyai tujuan bersama, mempunyai tugas dan tanggung jawab dan jauh dari mencari keuntungan tetapi harus mempunyai modal
demi kelangsungan berdirinya lembaga tersebut. Menurut R. Ali Ridho dalam bukunya yaitu
“Badan Hukum dan Kedudukan Badan Perseroan, Yayasan wakaf
” : yayasan adalah suatu badan hukum yang dilahirkan oleh pernyataan sepihak. Pernyataan itu
harus berisikan pemisahan suatu kekayaan untuk suatu tertentu dengan menunjukkan bagaimana kekayaan itu diurus dan digunakan
55
. Jadi dapat diambil benang merah bahwasanya yayasan mempunyai
beberapa kriteria-kriteria sebagai berikut : a.
Yayasan merupakan badan hukum. Artinya yayasan secara hukum dianggap bisa melakukan tindakan-tindakan yang sah dan mempunyai
akibat hukum walaupun nanti secara nyata yang bertindak adalah organ-organ yayasan, baik pembina, pengawas maupun pengurusnya.
b. Yayasan memiliki kekayaan yang dipisahkan. Artinya, yayasan
mempunyai aset, baik bergerak maupun tidak, yang pada awalnya diperoleh dari modal atau kekayaan yang telah dipisahkan. Maka,
54
W.J.S. Purwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1987, h. 1154
55
R. Ali Ridho, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Perseroan, Yayasan wakaf, Bandung: Alumni 2001, h. 107
31
yayasan secara hukum memiliki kekayaan sendiri yang terlepas dan mandiri.
c. Yayasan mempunyai tujuan tertentu yang merupakan pelaksanaan
nilai-nilai , baik keagamaan, sosial, maupun kemanusiaan. Dari hal ini diketahui bahwa yayasan sejak awal didesain sebagai organisasi
nirlaba yang tidak bersifat untuk mencapai keuntungan profit oriented sebagaimana badan usaha, seperti perseroan terbatas, CV,
Firma dan lain-lain.Pemisahan harta kekayaan tersebut sebenarnya bertujuan mencegah jangan sampai kekayaan awal yayasan masih
merupakan bagian dari harta pribadi atau harta bersama pendiri. Jika tidak demikian nantinya harta tersebut masih tetap sebagai kekayaan
milik pendiri yayasan. d.
Yayasan tidak mempunyai anggota. Maksudnya, yayasan tidak mempunyai semacam pemegang saham sebagaimana perseroan
terbatas atau sekutu-sekutu dalam CV atau anggota-anggota dalam badan usaha lainnya. Namun, yayasan tentu saja digerakkan oleh
organ-organ yayasan, baik pembina, pengawas dan terlebih lagi peran utama pengorganisasian yayasan berada di tangan pengurus dengan
pelaksana hariannya.
2. Hubungan Yayasan dan Dakwah
Jika kita menelaah antara hubungan yayasan dengan dakwah bisa disimpulkan bahwasanya yayasan adalah wadah atau saluran untuk
aktifitas-aktifitas dakwah. Dengan adanya badan atau lembaga yang
32
mendukung maka dakwah dapat terorganisir dengan baik. Namun harus diingat dakwah seperti halnya yayasan adalah untuk kepentingan bukan
untuk mencari keuntungan. Seperti halnya yayasan MAI Media Amal Islami yang didirikan
untuk mengentaskan problem kaum bawah seperti halnya pemulung dan anak jalanan. Di sini bisa dilihat bahwasanya yayasan ini bukan mencari
keuntungan untuk mencari uang dari pembinaan komunitas pemulung dan anak jalanan namun lebih dari itu adalah sebagai pembimbing mereka
dalam mengentaskan kesulitan mereka dengan pencerahan dakwah Islam. Dan hal tersebut bukanlah mencari keuntungan tetapi lebih kepada
kepentingan untuk menyosialisasikan dakwah Islam.
3. Tujuan Dan Kegiatan Usaha Yayasan