13
4. Kriteria Keberhasilan Program atau Kegiatan Dakwah Keberhasilan suatu program atau kegiatan dakwah biasanya
disebabkan oleh hal sebagai berikut : a.
Kemungkinan pertama karena pesan dakwah yang disampaikan oleh da
’i memang relevan dengan situasi dan kebutuhan masyarakat, yang merupakan satu keniscayaan yang tidak mungkin ditolak, sehingga
mereka menerima pesan dakwah itu dengan antusias. b.
Kemungkinan kedua karena faktor pesona da’i, yakni da’i tersebut memiliki daya tarik personal yang menyebabkan masyarakat mudah
menerima pesan dakwahnya, meski kualitas dakwah yang disampaikan sederhana.
c. Kemungkinan ketiga karena kondisi psikologi masyarakat mudah
disentuh dan dalam kondisi haus akan siraman rohani, dan mereka terla
njur memiliki persepsi positif terhadap da’i, sehingga pesan dakwah uang sebenarnya kurang jelas di tafsirkan sendiri oleh
masyarakat dengan penafsiran yang jelas. d.
Kemungkinan keempat, yaitu karena dakwah yng disampaikan dikemas dengan menarik, sehingga masyarakat yang semula acuh tak
acuh terhadap agama, setelah melihat paket dakwah yang diberi kemasan lain, misalnya lewat kesenian, stimulasi. Maka dakwah yang
dilaksanakan pun berhasil dan dapat diterima oleh masyarakat secara positif.
10
10
Hasanudin, Manajemen Dakwah …, h. 81
14
Sebenarnya keberhasilan suatu program atau kegiatan dakwah tidak lah diukur oleh banyaknya jamaah yang hadir dalam kegiatan tersebut.
Namun lebih jauh lagi keberhasilan suatu program dakwah dapat diukur dari munculnya kesadaran beragama pada masyarakat. Baik kesadarannya
berupa tingkah laku, sikap ataupun berupa keyakinan
11
. Dengan demikian disinilah tugas dai yaitu menumbuhkan kesadaran
pada masyarakat melalui dakwahnya itu. Allah SWT berfirman dalam surat al- Dzariat Ayat 56 yang artinya sebagai berikut :
Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah- Ku”. al-Dzariat:56.
Program dakwah juga dikatakan berhasil apabila seseorang yang
bukan muslim menjadi muslim dan seseorang yang muslim mau menjalankan syariat agamanya
12
yang dahulunya tidak dijalankan karena belum mendapatkan pencerahan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam
surat Fushilat ayat 34 yang artinya :
Artinya: “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah kejahatan
itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah
–olah telah menjadi teman yang sangat setia”. Fushilat: 34.
Dari ayat tersebut bisa disimpulkan jika dikaitkan dengan
keberhasilan program dakwah bahwasanya keberhasilan tersebut dapat
11
Hasanudin, Manajemen Dakwah …, h. 82
12
Hasanudin, Manajemen Dakwah…, h. 82
15
terlaksana jika seorang lawan telah menjadi kawan, atau dengan kata lain, seseorang yang bukan muslim sudah menjadi muslim.
13
B. Teori Tentang Dakwah
Amrullah Achmad memperkenalkan dua macam teori tentang dakwah, yaitu teori medan dakwah dan teori tahapan dakwah. Teori medan dakwah
melihat dakwah sebagai Ikhtiar seorang muslim untuk mewujudakan Khairu al-Ummah. Artinya usaha seorang muslim yang mempunyai kualifikasi untuk
berdakwah untuk mewujudkan umat yang terbaik
14
. Ikhtiar itu merupakan refleksi tauhidi yang wajib ditunaikan yang inti
pendorongnya adalah nilai al-birr dan al-taqwa. Khairu Ummah adalah tujuan dari ikhtiar tersebut adalah wujud dari ketauhidan, pelaksanaan amar
ma’ruf nahi munkar. Dalam praktiknya, ikhtiar dimaksud berhadapan dengan situasi sosio kultural yang telah dimuati dengan nilai-nilai jahili, yang
berlawanan dengan Khairu al-Ummah.
15
Sedangkan teori tahapan dakwah menjelaskan tentang tiga tahap dalam berdakwah, yaitu tahap takwin, tandzim, dan pendelegasian.
Tahap pertama adalah takwin yang merupakan tahap pembentukan masyarakat dakwah dalam bentuk internalisasi dan sosialisasi ajaran tauhidi.
Tahap ini dimulai dari ittishal fardhi, yaitu keluarga terdekat, lalu ittishal jama’i yaitu masyarakat pada umumnya. Kegiatan utamanya dimulai dari
dakwah billisan tabligh dan dakwah bil hal pengembangan masyarakat.
16
13
Hasanudin, Manajemen Dakwah …, h. 82
14
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah ...., h. 119-120
15
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah ...., h. 120
16
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah ...., h. 121
16
Tahap kedua adalah tandzim, tahap ini subtahapnya meliputi pembangunan masjid, pembentukan lembaga ukhuwah Islamiyah dan
ukhuwah basyariyah piagam madinah, dan lain-lain.
17
Tahap utama ketiga adalah tahap pelepasan dan kemandirian.
18
Tahap ini adalah tahap akhir dari pembinaan mad’u sehingga setelah dibina mad’u
menjadi manusia yang mandiri dalam menata kehidupannya.
C. Bentuk-bentuk Dakwah
Berdasarkan bentuk-bentuk penyampaiannya metode dakwah dapat dikelompokkan dalam tiga katagori yitu :
1. Dakwah Bil-Lisan,
Yaitu dakwah dilakukan dengan menggunakan lisan. Dakwah bil- Lisan adalah merupakan salah satu cara di dalam penyampaian pesan-
pesan dakwah dengan menggunakan lisan atau dikenal juga dengan istilah metode ceramah.
Ceramah adalah suatu tehnik atau metode dakwah yang banyak diwarnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seorang da’i pada suatu
aktivitas dakwah. Ceramah dapat pula bersifat propaganda, kampanye, berpidato, sambutan, mengajar dan lain sebagainya. Metode ceramah
sebagai salah satu metode atau tehnik berdakwah tidak jarang dipergunakan oleh da’i-da’i ataupun para utusan Allah dalam usaha
nenyampaikan risalah-Nya. Dengan demikian untuk dakwah bil-Lisan merupakan ilmu yang
membicarakan tentang cara-cara berbicara di depan massa orang banyak,
17
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah …, h. 122
18
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah …, h. 122
17
dengan tutur kata yang baik agar mampu mempengaruhi para pendengar untuk mengikuti paham ajaran yang dipeluknya. Oleh karena itu antara
metode ceramah dengan bentuk dakwah bil-lisan tidak ada perbedaan yang prinsifil namun hanyalah berbeda istilah belaka sinonim.
19
2. Dakwah Bil-Qalam,
Yaitu dakwah dengan menggunakan tulis menulis berupa artikel atau naskah yang kemudian dimuat di dalam majalah atau surat kabar, brosur
bulletin dan sebagainya. Suatu cara atau retorika di dalam penyampaian isi dakwah dengan
cara melalui qalam tulisan. Dalam hal ini dapat dicontohkan melalui media cetak surat kabar dan majalah.
Dakwah sebagai suatu kegiatan komunikasi keagamaan dihadapkan kepada perkembangan dan kemajuan teknologi komunikasi yang semakin
canggih memerlukan suatu adaptasi terhadap kemajuan ini, artinya dakwah dituntut agar dikemas dengan terapan media komunikasi sesuai dengan
ragam mad’u. atau dengan bahasa lain dakwah yang demkian merupakan dakwah yang komunikatif.
20
3. Dakwah Bil-Haal,
Yaitu dakwah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan yang langsung menyentuh kepada masyarakat sebagai objek dakwah dengan
karya subjek dakwah serta ekonomi sebagai materi dakwah.
21
Dakwah Bil- Haal adalah suatu istilah yang terdiri dari dua kata yang digabungkan yaitu
19
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam …, h. 104-105
20
Hamzah Ya’kub, Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership Bandung: Di Ponegoro, 1972, h. 47-48
21
Rafi Udin dan Maman Abdul Dzaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah. Bandung: Pustaka setia, 1997, h. 50
18
kata dakwah dan kata hal ح yang berarti berubah, haal ح berarti
hal ikhwal. Haal ح bisa juga berarti perpindahan, gerakan gerak,
berarti menunjukkan keadaan.
22
Kata bil-haal berarti menunjukkan suatu keadaan atau tindakan, sedangkan dakwah secara umum mengandung arti suatu usaha untuk
merubah dan memperbaiki keadaan yang kurang baik kearah yang lebih baik dalam kaitan ini dakwah bil-haal sebagai uraian dalam upaya dakwah
dengan menggunakan metode praktis dalam menjalankan dan memperaktekan ajaran agama itu sendiri.
Secara umum pengertian dakwah bil-haal adalah segala gerak amal perbuatan dalam berinteraksi terhadap sesama manusia, alam dan
lingkungannya, baik perbuatan itu berupa ibadah, akhlak maupun muamalah yang disesuaikan dengan ajaran agama Islam untuk mencapai
keridhoan Allah. Pengertian dakwah bil-haal secara luas adalah seluruh kegiatan
dakwah di dalam bentuk perbuatan nyata untuk memecahkan persoalan suatu lingkungan masyarakat.
23
bil-haal adalah dakwah yang dilakukan dengan perbuatan yang meliputi keteladanan. Metode dakwah ini dapat dilakukan oleh setiap
individu tanpa harus memiliki keahlian khusus dalam bidang dakwah. Dakwah bil-haal dapat dilakukan misalnya, dengan tindakan nyata yang
dari karya nyata tersebut hasilnya dapat dirasakan secara kongkrit oleh
22
Mahmud Yunus, Kamus Besar Bahasa Arab Indonesia, Jakarta: Yayasan Penterjemah Al-
Qur’an, 1973, h. 111
23
Husein As Segaf, Pembangunan Nasional Dakwah Bil Haal, Mimbar Ulama No. XV 159 h. 66