Peran Pembimbing Agama Dalam Menanamkan Pengetahuan Keagamaan Pamulung I}I Yayasan Mei}Ia Amal Tslami Lebak Bulus Jakarta Selatan

(1)

PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM MENANAMKAN PENGETAHUAN KEAGAMAAN PAMULUNG I}I YAYASAN MEI}IA AMAL TSLAMI LEBAK BULUS

JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom.I)

l-,i rt ;,.i,3 1",; I iu,; J :; I ;t r."r f.l nilrlr r r

S Y A R I F

H I D A Y A T U

L L A H JAKARTA

Oleh

Eka Camalia Nurhid ay ati NIM: 108052000002

JI]RUSAN BIMBINGAN I}AN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVf, RSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATT]LLAH

JAKARTA 1434 H | 2013}'[

I

IIN.


(2)

PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM MENANAMKAN PENGETAHUAN KEAGAMAAN PEMULUNG DI YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI LEBAK BULUS

JAKARTA SELATAN

SKRIPSI

Diaj ukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Eka Camalia Nurhidavati NIM: 108052000002

Pembimbing,

NIP : 1971 0412 200003 2 001

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM F'AKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA r 4 3 4 H t 2 0 r 3 M


(3)

i PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul Peran Pembimbing Agama Dalam Menanamkan Pengetahuan Keagamaan Pemulung Di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Selasa, 7 Mei 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Ciputat, 7 Mei2013

Sidang Munaqasyah

H. Mulkanasir. B.A. S"Ae. MM N r P . 1 9 5 5 0 1 0 1 1 9 8 3 0 2 I 0 0 r Anggota

Penguji II

I 0 0 1

Pembimbing

Kholis RidhUM.Si

NrP. 1978,1t4200912

MA NIP : 19710412 200003 2 001


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya olang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Eki C"amalia NurhidaYati N I M : i 0 8 0 5 2 0 0 0 0 0 2


(5)

i

Eka Camalia N (108052000002)

Peran Pembimbing Agama Dalam Menanamkan Pengetahuan Keagamaan Pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan

Pemulung merupakan komunitas yang sering mendapatkan stigma negatif “cap maling”oleh masyarakat sekitar, belum lagi masalah ekonomi yang dialami meluas menjadi krisis dibanyak bidang lainnya, seperti masalah kriminalitas dan moralitas. Masalah kemiskinan juga menyebabkan mereka kurang mendapatkan hak pendidkan dan lebih mengkhawatirkan lagi adalah kurangnya pengetahuan agama khususnya bagi ibu-ibu pemulung yang selayaknya mereka mampu untuk membimbing, mengarahkan anak-anaknya dengan bekal ilmu pengetahuan agama. Oleh karena itu, perlu adanya upaya menanamkan pengetahuan keagamaan bagi ibu-ibu pemulung, karena komunitas mereka rentan dengan kerusakan aqidahnya oleh pihak non muslim.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan pada ibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus, untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat bagi pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan ibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan.

Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan desain deskriptif yaitu penelitian yang menggunakan teknik analisa datanya berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka, semua data tersebut menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Dalam pengambilan informan peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah pembimbing agama dan empat orang ibu-ibu pemulung. Teknik analisa data yang digunakan adalah triangulasi dan SWOT.

Hasil dari penelitian ini adalah pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan bagi ibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami berperan sebagai teladan, memberikan pemahaman, menanamkan rasa percaya diri ibu-ibu pemulung, penyelenggara program edukasional, pembangkit kesadaran masyarakat, membangun kedekatan emosional dan advokatif dengan memberikan materi keagamaan meliputi aqidah, syariah dan akhlak. Adapun yang menjadi kekuatan atau pendukung dalam kegiatan bimbingan agama adalah SDM yang ada sudah memiliki syarat kompetensi pendidikan agama yang sesuai, adanya kepercayaan masyarakat pemulung pada pembimbing dalam memberikan bimbingan agama, adanya fasilitas yang menunjang untuk kegiatan bimbingan agama. Kelemahan atau faktor penghambat kurangnya kesadaran religius di kalangan masyarakat pemulung, ancaman misi keagamaan pihak non muslim, kurangnya perencanaan dan target yang hendak dicapai, metode bimbingan agama yang digunakan masih bersifat sederhana.


(6)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wataala karena dengan kuasaNYA, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam keselamatan semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Shollallahu Alaihi

Wasallam dengan kedatanganNya ke dalam kehidupan ini yang telah menjadikan

sebaik-baiknya kehidupan.

Skripsi yang berjudul “Peran Pembimbing Agama dalam Menanamkan Pengetahuan Keagamaan Pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan”, ini disusun untuk menempuh sidang akhir sarjana pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua penulis yaitu Cecep.S.Pd.I dan Hamidah yang telah memberikan perhatian, kasih sayang, dan jerih payahnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, diantaranya sebagai berikut:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Arief Subhan, MA,

Pembantu Dekan I Drs. Wahidin Saputra, MA, Pembantu Dekan II Drs. H. Mahmud Jalal, MA dan Pembantu Dekan III Drs. Study Rizal LK, MA.


(7)

membalas segala kebaikan ibu dan bapak.

3. Dosen pembimbing skripsi Dra. Musfirah Nurlaily, MA, terima kasih atas keikhlasan dan bimbingan ibu dan maaf selama penulisan sering dibuat repot oleh penulis, semoga kebaikan ibu dibalas oleh Allah SWT.

4. Dosen penasehat akademik Dr. Suhaimi M.Si, yang senantiasa memberikan arahan dan motivasi kepada penulis.

5. Seluruh dosen pengajar Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmunya kepada mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya penulis, semoga segala dedikasi dan ilmu yang telah diberikan bapak dan ibu senantiasa mendapat balasan kebaikan atas barokahnya ilmu dari Allah SWT. 6. Seluruh karyawan staf administrasi, staf perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, Perpustakaan Fakultas Psikologi, dan Perpustakaan utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu memberikan kemudahan kepada penulis untuk mendapatkan referensi dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Keluarga besar Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus V, yaitu kepada H.

Aslih Ridwan, MA dan para ustad/ustdz yang tidak penulis sebutkan namanya satu persatu tetapi tidak mengurangi rasa ta’zim penulis dan terima kasih banyak atas penerimaan, bantuan selama penulis memperoleh data dalam


(8)

S.Pd.I, penulis ucapkan terima kasih atas arahan dan support kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Untuk Suhandi yang telah memberikan perhatian, support, kasih sayangnya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini dan sering menjadi tempat curahan keluh kesah penulis, semoga semua kebaikanmu akan mendapatkan balasan dari Allah SWT.

10.Untuk adik-adik penulis Nurul Fauziah Rahmah, Triyana Maulida Nurbaiti dan Muhammad Aryadlillah Shiddiq, yang selalu memberikan hiburan dan support kepada penulis agar segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.

11.Untuk kawan-kawan BPI 2008 seperjuangan (Nila, Via, Ina, Ayu, Nina, Kpod, Pu3, Ais, Indah, Sundus, Try, Obel, Ocit, Iboy, Enan dan lainnya....) semua sahabat BPI, BEMJ BPI, teman-teman HMI KOMFAKDA Cabang Ciputat, FORSA Volly, yang penulis tidak sebutkan satu persatu kalian telah menjadi bagian dalam hidupku semoga persaudaraan ini akan selalu tetap terjaga, tidak lupa untuk BPI 2009, BPI 2010, BPI 2011, BPI 2012 terima kasih atas support kalian semua.

12.Semua pihak yang telah ikhlas membantu penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, sekali lagi terima kasih banyak.

Semoga Allah Subhanahu Wataala memberikan balasan atas segala jasa dan bantuan yang telah diberikan dengan penuh ketulusan kepada penulis, penulis menyadari skripsi ini masih mempunyai kekurangan oleh karenanya dibutuhkan


(9)

Ciputat, 7 April 2013

Eka Camalia Nurhidayati


(10)

vi

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

D. Metodologi Penelitian ... 12

E. Tinjauan Pustaka ... 17

F. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II : TINJAUAN TEORI A. Peran Pembimbing Agama 1. Pengertian Peran... 20

2. Pengertian Bimbingan Agama ... 22

3. Fungsi dan Peran Pembimbing Agama ... 24

4. Ruang Lingkup Bimbingan Agama ... 27

B. Pengetahuan Keagamaan 1. Pengertian Pengetahuan Agama ... 35

2. Aspek-Aspek Keagamaan ... 37

3. Fungsi- Fungsi Agama ... 40

C. Pemulung 1. Pengertian Pemulung ... 43


(11)

vii

C. Struktur Organisasi ... 50

D. Program Yayasan Media Amal Islami ... 50

E. Data Da’i dan Binaan Yayasan Media Amal Islami ... 51

F. Kegiatan Yayasan Media Amal Islami ... 52

BAB IV : TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Identitas Informan 1. Pembimbing Agama ... 53

2. Terbimbing ... 57

B. Peran Pembimbing Agama Dalam Menanamkan Pengetahuan Keagamaan Pemulung ... 60

C. Faktor Pendukung Penghambat Pembimbing Agama dalam Menanamkan Pengetahuan Keagamaan Pemulung ... 78

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90


(12)

1

Masalah kemiskinan telah ada sejak lama dan kini gejalanya meningkat dengan krisis yang berkepanjangan dan permasalahan ini dihadapi oleh bangsa Indonesia. Data kemisikinan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin Jakarta mencapai 363,43 ribu orang atau sekitar (3,75 persen) meningkat sebesar 51,25 ribu dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 312,18 ribu orang atau sekitar (3,48 persen).1

Di negara Indonesia khususnya Jakarta, kemiskinan masih menjadi beban penderitaan masyarakatnya. Ironisnya kemiskinan ekonomi yang dialami masyarakat meluas lagi menjadi krisis dibidang lainnya, seperti masalah kriminalitas dan moralitas.2 Kemiskinan juga memberikan pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat khususnya mereka yang berada dikalangan ekonomi ke bawah. Selanjutnya, angka kemiskinan diatas dapat

dikategorikan pada kelompok masyarakat Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang jumlahnya semakin bertambah setiap tahunnya.

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah individu, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan

1

BPS RI, Penjelasan tentang Potret Kemiskinan Kota, artikel diakses pada 20 Agustus 2012 dari http://jakarta.bps.go.id/index.php/

2

Djamaludin Ancok dan Fuad N.Suroso, Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), cet ke-1, h. 52


(13)

atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan hidup baik jasmani, rohani dan sosialnya secara memadai dan wajar.Hambatan dari kesulitan tersebut dapat berupa kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, ketunaan sosial, keterbelakangan, keterasingan dan akibat dari bencana alam maupun bencana sosial.3

Menurut Ronny Cahyana.S.Sos selaku Ketua Seksi Rehabilitasi Sosial daerah Jakarta Barat yang dikutip oleh Endang mengatakan bahwa kategori PMKS diantaranya adalah anak jalanan, pengamen, pemulung, gelandangan dan pengemis. Kelompok ini termasuk kelompok masyarakat ekonomi rendah. Mereka bukan tidak tahu menahu permasalahan ekonomi yang sedang mereka hadapi dan sebagai akibatnya mereka terkena imbasnya. Tidak sedikit dari mereka yang memilih dengan bekerja sebagai pemulung. Hal inilah yang dapat mereka lakukan dengan keterampilan sederhana dan seadanyamereka dapat mencari nafkah.4

Kehidupan pemulung di perkotaan cenderung kumuh, mereka tinggal dan bekerja di tempat yang sangat tidak layak seperti tempat pembuangan sampah, bantaran kali, selokan dan lainnya. Pemulung masih merupakan kategori sosial yang belum mendapatkan tempat terhormat di lingkungan masyarakat sekitarnya.

Setiap harinya anggota keluarga pemulung baik isteri dan anak-anak mereka tinggal di lapak yang dimiliki oleh bos lapak. Mereka saling

3

Kementrian Sosial RI Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial, (Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial,2011), h.5-7.

4

Endang, Maraknya Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), artikel diakses pada tanggal 13 Oktober 2012 dari http://www.lensaindonesia.com/2012/06/25/berkat-operasi-rutin-pmks-jakbar-menurun.html


(14)

membantu dalam memilah-milih barang-barang bekas dari tempat pembuangan sampah kemudian membersihkan barang-barang yang dihasilkan pada hari itu agar dapat dijual dan menghasilkan uang.5

Masalah lain pemulung dilingkungan masyarakat sering menimbulkan kecurigaan dan image “maling” karena barang yang diambil berasal dari sekitar perumahan warga. Selain itu bagi masyarakat kota, gaya hidup pemulung jalanan dianggap negatif dan dipandang sebagai biang permasalahan sosial, seperti kekumuhan, keresahan sosial, dan kriminalitas.

Mata pencaharian mereka sangat bergantung pada sampah atau barang bekas yang masih memiliki nilai jual. Disamping itu mereka juga menyambil kerja ada yang menjadi buruh cuci, supir dan pembantu rumah tangga agar dapat mencukupi makan sehari-hari. Sehingga seorang ibu terkadang harus membantu suami mengais sampah, boleh dibilang ia tidak mempunyai banyak waktu untuk menemani anak mereka dalam belajar, membimbing prilaku dan mengajarkan soal agama, karena minimnya pengetahuan keagamaan yang mereka miliki.

Hal tersebut di atas berdasarkan pengamatan peneliti seperti pemahaman kebersihandiri (taharah) menurut tata cara mandi hadats besar dalam fiqih, banyak diantara mereka belum mengetahui hal tersebut. Hemat peneliti pemahaman mereka soal fiqih ibadah masih minim. Padahal posisi ibu dalam keluarganya berperan sebagai guru pertama bagi anak-anak mereka. Selain itu ibu adalah sosok sentral dalam kehidupan seseorang sejak

5

Hasil observasi peneliti saat mengunjungi lokasi komunitas pemulung di sekitar Yayasan Media Amal Islami, tanggal 2 Nopember 2012pukul 14.00.


(15)

masih dalam kandungan sampai dewasa bahkan hingga meninggal dunia, perannya tidak dapat digantikan oleh siapapun.6

Sebagaimana yang dikatakan oleh Manarul Hidayat yang menjelaskan bahwa ibu memiliki peran yang sangat dijunjung tinggi oleh Nabi Muhammad karena memiliki tugas mengasuh yang sangat besar yaitu sebesar

75% dari peran anggota keluarga lainnya.7Usaha

menanamkanpengetahuanagama dalam membimbing sikap sesuai dengan ajaran Islam penting diberikan kepada ibu-ibu pemulung, karena hal ini dapat menjadi input kebaikan bagi dirinya dan outputnya bagi keluarga serta masyarakatnya.

Penanaman pengetahuan agama dapat dilakukan melalui kegiatan keagamaan non formal diantaranya melalui majlis ta’lim, keteladan sikap yang diberikan para da’i, belajar baca tulis Al-Qur’an serta kegiatan-kegiatan non formal lainnya yang didampingi oleh seorang pembimbing agama.

Pembimbing agama hakikatnya sama dengan kegiatan orang yangberdakwah, karena seorang pembimbing agama dapat mengajak dan selalu menganjurkan agar selalu berjalan dalam kebaikan, dengan fungsinya sebagai teladan, pembimbing, penolong, pengabdi dan memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang baik karena dia rela mengorbankan kepentingannya sendiri demi kepentingan orang lain.

6

Hasil observasi peneliti saat mengunjungi lokasi komunitas pemulung di sekitar Yayasan Media Amal Islami, tanggal pukul 28 Desember pukul 14.20

7

Majalah AKRAB,”Kementrian Agama Harus Bisa Hapus Penyakit Akhlak”, (Jakarta:


(16)

Seperti yang dikatakanoleh M. Arifin dalam bukunya pedoman pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan agama, bahwa kegiatan bimbingan agama melalui pendekatan sosiologis dapat mengarahkan seseorang (terbimbing) untuk hidup di atas rasa solidaritas sosial dan tanggung jawab sosial serta rasa ikut bertanggung jawab terhadap baik buruk maupun maju mundurnya hidup bermasyarakat. Kesemuanya dapat menjadi faktor motivatif terhadap kegiatan bimbingan dan penyuluhan agama tersebut dengan dilandasi nilai-nilai keimanan dan taqwa.8

Keberadaan Pembimbing agama pada kelompok masyarakat pemulung sangat dibutuhkan karena mayoritas dari masyarakat yang berada dikalangan ekonomi kebawah, mereka cenderung berfikir pragmatis saja tidak peduli soal agama dalam kehidupannya, yang mereka pikirkan adalah cara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini juga dikatakan oleh H.Aslih Ridwan selaku pendiri sekaligus ketua di Yayasan Media Amal Islami, berikut hasil wawancara pribadi peneliti setelah mengikuti kegiatan di Yayasan MAI:

“Masyarakat pemulung disekitar yayasan ini, ada sejak lama dan kita prihatin dengan kondisi aqidahnya. Mereka kan orang pinggiran, orang yang sering dikucilin sama masyarakat karena sering dianggap “maling” dengan lingkungan hidup mereka yang rentan dan ini menjadi perhatian bagi kita semua bukan yayasan ini saja tapi aparat hukum, mahasiswa dan masyarakat sekitar yang peduli dengan keadaan mereka yang lemah kegoda imannya sama sembako-sembako yang diberikan orang non muslim dengan maksud tertentu, maka dari itu kita gerak cepat, misalnya kita adakan pengajian untuk anak-anak, remaja dan orangtuanya.”9

8

M.Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:Golden Terayon Press, 1982), cet ke-1, hal.36.

9

Hasilwawancara pribadi dengan H. Aslih Ridwan saat peneliti mengunjungi Yayasan Media Amal Islami, tanggal 2 Nopember 2012 pukul 15.00


(17)

Dari kutipan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, keberadaan Yayasan Media Amal Islami atau lebih dikenal dengan MAI oleh warga sekitar adalah lembaga non partisipan yang berdiri atas dasar keprihatinan pendiri yaitu H. Aslih Ridwan, aparat hukum dan jajarannya serta dukungan Lurah Cilandak Barat yang mengatakan adanya upaya kristenasisasi massal di lingkungan pemulung Lebak Bulus.

Maka perlu adanya kegiatan rutin lewat kegiatan ukhuwah Islamiyah seperti penanaman pengetahuankeagamaan melalui pengajian, mengunjungi mereka di lingkungannya, agar dapat menumbuhkan jiwa optimis, tidak mudah putus asa dan selalu bekerja keras.

Hal di atas dipertegas oleh Abraham Maslow yang dikutip oleh Djamaludin Ancok, yang mengatakan bahwa setiap manusia memiliki bermacam-macam kebutuhan yang harus dipenuhinya, untuk memahami masalah kemiskinan yang sangat dekat dengan kekufuran dan problema lain yang menyertainya. Maka dapat dijabarkan kebutuhan-kebutuhan manusia itu dimulai dari kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman (safety), kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan harga diri, dan kebutuhan akan aktualisasi diri.10

Kebutuhan masyarakat kalangan bawah dalam hal ini pemulung dalam kesehariannya mereka masih diliputi perjuangan untuk mencukupi kebutuhan dasarnya(makan,istirahat, tempat tinggalnya) dan kebutuhan

10

Djamaludin Ancok dan Fuad N.Suroso, Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), cet ke-1, h. 48.


(18)

lainnya sehingga keinginan untuk taat beragama masih perlu di tumbuhkan motivasi mereka.

Maka dari itulah pembimbing agama dalam komunitas pemulung sangat diperlukan, karena disamping ia mengaktualisasikan diri yang sesuai dengan perintah Allah yaitu berbuat baik dengan sesama manusia atau “hablum minannasi”, selain itu ia juga dapat mengajak masyarakatdengan memahami kebutuhan-kebutuhan dasar mereka, seperti mengadakan lembaga pendidikan Islam, pengerahan dana lewat yayasan non profit dan memperbanyak latihan siap kerja. Penekanannya untuk menanamkan pemahaman dan aspirasi mereka dengan pendekatan agama. Seruan ini termasuk dalam surat Al- Baqarah ayat 83 yaitu:

      

“Dan (ingatlah), ketika kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu

(masih menjadi) pembangkang.”11

Dari ayat di atas dapat kita petik hikmah yang terkandung di dalamnya bahwa dalam setiap muslim mempunyai tanggung jawab untuk membantu meringankan beban orang lain terutama orang miskin. Dan setiap manusia

11

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2009), h. 12.


(19)

sebenarnya memiliki bakat beragama atau instink agama, serta dapat dikembangkan melalui diadakannya bimbingankeagamaanyang dilakukan secara konsisten.

Dalam sabda Nabi Muhammad SAW juga dijelaskan pula bahwa setiap manusia itu dilahirkan di atas fitrahnya, sebagaimana haditsnya sebagai berikut:

ناسّجمي ا نارّص ي ا نا ّ ي ا باف رطفلا لع ل ي ل م لك

(

يرا لا ا ر

)

.

“Setiap anak dilahirkan di atas fitrah, maka tergantung pada orang tua keduanya yang menjadikannya penganut agama Yahudi, atau beragama Nasrani atau pun beragama Majusi”. (HR. Bukhori).

Dari hadits di atas jelas bahwa yang menjadi pedoman dan pelaksana pendidikan kepada anak, baik secara formal atau informal terletak dari kedua orangtuanya. Dalam hal ini selain ayah sosok seorang ibu sangat diharapkan untuk menjadi panutan bagi anak-anak mereka dalam mencerminkan perbuatan-perbuatan yang baik dan sesuai dengan ajaran agama.

Agama Islam sangat menganjurkan umatnya untuk saling tolong menolong dalam kebaikan, apalagi bagi orang-orang miskin yang secara

financial mereka tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

hidupnya secara optimal. Baik secara perorangan, kelompok maupun

kelembagaan. Kelembagaan yang diharapkan masyarakat yang sering kita dengar dan lihat disebut dengan nama yayasan, yang didalamnya terdapat program-program pendidikan, keagamaan dan sosial.

Yayasan Media Amal Islami merupakan salah satu lembaga yang mengadakan kegiatan di atas, berada di Jalan Lebak Bulus V Cilandak Jakarta


(20)

Selatan.Dan merupakan yayasan non profit yang berdiri sejak tahun 1999. Program-program di dalamnya salah satunya adalah pembinaan agama bagi masyarakat pemulung.

Kegiatan tersebut di atas dilakukan untuk membantu meringankan beban sesama, yang secara formal mereka tidak mampu untuk menambah wawasan ilmu umum maupun agama, serta dapat menjadi wadah silaturahim bagi masyarakat pemulung khususnya para ibu-ibu pemulung.12Kegiatan ini juga merupakan gerakan pendorong untuk menaikkan derajat seseorang dalam agama karena orang yang paling baik adalah orang yang mengajarkan dan yang mempelajari agamanya yaitu agama Islam.

Hal di atas diperkuat dalam surat Al-Imran ayat 104, yang menjelaskan tentang perintah berbuat kebaikan (amar ma’ruf nahi munkar), yaitu:

   

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka itu orang-orang yang beruntung.”13

Berdasarkan pandangan inilah peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap masalah di atas dan menuangkannya pada penelitian ini yang berjudul “Peran Pembimbing Agama dalamMenanamkan

12

Hasil Observasi saat peneliti mengikuti pengajian di Yayasan Media Amal Islami, pada tanggal 16 Nopember 2012 pukul 16.00

13

Oneng Nurul Bariyah, Materi Hadits (tentang Islam, hukum, ekonomi, sosial dan lingkungan), (Jakarta: Kalam Mulia, 2007), h. 194.


(21)

Pengetahuan KeagamaanPemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Penelitiakan membatasi masalah pada peran pembimbingagama dalam menanamkan pengetahuankeagamaan. Keagamaan disini dibatasi pada pokok ajaran-ajaran Islam, bagi kelompok ibu-ibu pemulungyang mengikuti pengajian di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan.

Pembimbing agama dalam penelitian ini adalah seseorang yang melakukan bimbingan agama kepada para ibu-ibu pemulung. Pembimbing yang dimaksud bukan hanya menyampaikan pesan agama tetapi berusaha

mengidentifikasi permasalahan mereka, memfasilitasi,memberikan

penyadaran, motivasi dan informasi pada ibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus.Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana peran pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan

keagamaan padaibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus V Jakarta Selatan?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat pembimbing agama dalam

menanamkan pengetahuan keagamaan padaibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus V Jakarta Selatan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


(22)

a. Untuk mengetahui tentangperan pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan pada ibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus V Jakarta Selatan.

b. Untuk mengetahui tentang faktor pendukung dan penghambat

pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan pada ibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus V Jakarta Selatan.

2. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Secara teoritis, penelitian ini dapat dijadikan tambahan bagi pengembangan keilmuan dakwah diantaranya ilmu patologi sosial, bimbingan dan penyuluhan Islam, psikologi keluarga, psikologi agama dan psikologi dakwah.

b. Secara akademis, penelitian ini dapat dijadikan acuan pemikiran dalam menanamkan kesadaran akan pentingnya pengetahuan agama padapemulung umumnya untuk universitas dan khususnya untuk jurusan BPI dalam kegiatan praktikum (lapangan) dalam memberikan bimbingan dan penyuluhan pada pemulung. Data-data yang dihasilkan dapat menjadi acuan kurikulum dengan mengidentifikasi penyuluhan yang tepat.

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi lembaga Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan dalam rancangan program yang efektif secara tepat dan dapat dilihat serta dirasakan perbaikan kehidupan mereka (pemulung).


(23)

D. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Peneliti pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Adapunpenelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor dikutip oleh Moleong adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.14

Adapun desain dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu penelitian yang menggunakan teknik analisa datanya berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.Semua datatersebut menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti.15

Desain deskriptif dalam penelitian ini dengan melakukan survei yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap sekelompok objek dalam waktu tertentu dengan tujuan menilai kondisi atau penyelenggara suatu program dan hasil penelitiannya digunakan untuk menyusun suatu perencanaan demi perbaikan program tersebut.16

Dalam hal ini peneliti fokus tentang peran pembimbing agama terhadap ibu-ibu pemulung dalam menanamkan pengetahuan keagamaan yaitu ajaran-ajaran Islam (aqidah, syariah dan akhlak)yang diberikanoleh

14

Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000),h. 3

15

Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 6 16

B. Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), cet ke-1, h. 111


(24)

pembimbing agama di Yayasan Media Amal Islami,serta apa faktor pendukung dan penghambat bagi pembimbing agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan ibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian lapangan atau (field Reseaech),peneliti terjun langsung di lapangan yakni di yayasan Media Amal Islami dan sekitarnya ke pemukiman pemulung agar memperoleh data yang akurat dan dapat di pahami yang sesuai dengan tujuan penelitian.

3. Lokasi penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Media Amal Islami yang berada di Jalan Lebak Bulus V No. 34, Fatmawati, Cilandak Barat, Jakarta Selatan 12430. Adapun waktu penelitian dalam penulisan skripsi ini dimulai dari bulan Oktober 2012 sampai dengan Maret 2013.

4. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah tempat untuk memperoleh informasi mengenai objek penelitian.17Adapun teknik pemilihan subjek yang digunakan peneliti adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah sampel yang diambil betul-betul sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.18 Maka dari itu, peneliti menentukan sampel yang sesuai berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai

17

B. Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, h. 179

18

Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 1995), h.63


(25)

keterkaitan dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

Dengan demikian berdasarkan teknik pemilihan subjek di atas yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah pembimbing agama yang mengetahui asal mulanya kegiatan pengajian bagi ibu pemulung yang terdiri dariketua, sekretaris dan satu orang ustad bidang pendidikan dan empat orangibu-ibu pemulung yang mengikuti pengajian di Yayasan MAI Lebak Bulus Jakarta Selatan.

5. Teknik Pengambilan Data

Untuk memperoleh keakuratan data atau informasi yang sesuai dengan penelitian ini, maka dalam hal ini peneliti menggunakan tiga teknik pengumpulan data, yaitu:

a. Observasi

Observasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk melakukan

pengukuran, dan merupakan usaha pengamatan dengan

menggunakanindera penglihatan.19Sedangkan dalam arti luas tidak hanya terbatas pada pengamatan langsung dan tidak langsung. Dalam melakukan observasi dalam penelitian ini peneliti memperhatikan, mencermati dan mencatat fenomena yang muncul dan hubungannya dengan aspek penelitian tersebut.

b. Wawancara

19


(26)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, dan dilakukan oleh dua pihak, yang melibatkan pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan.20Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk menguatkan data yang sebelumnya diperoleh, dan peneliti melakukan wawancara dengan beberapa pembimbing agama terdiri dari ketua, sekretaris, satu orang ustad bidang pendidikandi Yayasan Media Amal Islami dan 4orang ibu-ibu pemulung yang mengikuti kegiatan tersebut.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak

langsung ditujukan kepada subjek penelitian.21 Peneliti

mengumpulkan, membaca mengenai hal-hal yang akan diteliti melalui buku-buku, jurnal, majalah, internet, pengambilan poto yang dapat dijadikan analisa untuk hasil penelitian ini.

6. Sumber Data

Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah sebagai berikut: a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh penelitimelalui observasi

langsung, sebagai pengamat dan wawancara langsung kepada informan yaitu pembimbing agama dan ibu-ibu pemulung di Lebak Bulus V Jakarta Selatan.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh penelitimelalui catatan pribadi, dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini baik dari

20

Lexy.J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2000), cet ke-1, h.135

21


(27)

referensi buku, majalah, jurnal yang ada kaitannya dengan pembahasan penelitian ini.

7. Teknik Analisa Data

Analisa data menurut Bogdan dan Biklen, yang dikutip oleh Lexy J. Moleong adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja pada data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dikelola, mengsistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan. Adapun analisa data kualitatif, prosesnya sebagai berikut: a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi

kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.

b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensistensiskan,

membuat ikhtisar dan membuat indeksnya.

c. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan,

membuat temuan-temuan umum.22

Untuk memeriksa keabsahan data penulis menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi merupakan teknik pemeriksa keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau perbandingan terhadap data tersebut, teknik triangulasi data yang digunakan adalah pemeriksaan terhadap sumber lain. Dalam hal

22

Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet ke 24, h.186


(28)

ini penulis menggunakan sumber lain yaitu kepada ibu-ibu pemulung tentang peran yang dilakukan pembimbing agama.

Sedangkan untuk menganalisis keberhasilan bimbingan agama dalam menanamkan pengetahuan keagamaan ibu-ibu pemulung, penulis menggunakan teknik analisis Strengths, Weakness, Opportunities dan

Threats (SWOT), analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi dalam hal ini penulis ingin mengetahui faktor pendukung dan penghambat dari bimbingan agama yang dilakukan di yayasan MAI. 8. Teknik penulisan

Dalam penelitian ini peneliti berpedoman dan mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,Tesis dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh ceQDA, Tahun 2007, cetakan ke-2.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan tinjauan pustaka peneliti tidak menemukan skripsi dengan judul yang sama dan yang menjadi tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah:

1. Peran penyuluh agama dalam membina akhlak umat di Kementrian Agama

RI kantor Kota Tangerang, yang ditulis oleh Muhammad Nuh. Hasil penelitian skripsinya menunjukkan bahwa penyuluh berperan sebagai animasi sosial, membangkitkan kesadaran masyarakat, sebagai penyampai informasi. Penyuluh menggunakan metode dialog langsung dengan masyarakat, memberi kesempatan bertanya, ceramah umum. Materi yang


(29)

disampaikan melalui dakwah bil lisan, dakwah bil hal dan dakwah bil hikmah.

2. Peran penyuluh agama dalam pembinaan akhlak anak pemulung di

Yayasan MAI Lebak Bulus V Jakarta Selatan, yang ditulis oleh Rike Aryana.Hasil penelitiannya adalah peran penyuluh agama sebagai proses perubahan perilaku, inisiator, fasilitator, motivator, teladan dan pemimpin. Metode yang digunakan penyuluh agama dakwah bil lisan, bil hal dan bil hikmah.

3. Peran pembimbing dalam menanamkan norma-norma kehidupan bagi

warga binaan sosial di panti sosial asuhan anak putra utama 6 cengkareng, yang ditulis oleh Siti Fatimatuz Zahra. Hasil penelitiannya adalah peran pembimbing sangat berperan dalam menanamkan norma-norma kehidupan terutama pada norma agama dengan penanaman nilai aqidah dan ibadah, dan norma sosial dengan menciptakan rasa kasih sayang dan saling menghargai, metode pembimbing adalah ceramah, tanya jawab, pemberian tugas, pembiasaan, keteladanan, sosiodarma dan demonstrasi.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berinteraksi dengan kelompok pemulung khususnya para ibu-ibu pemulung. Pada skripsi ini peneliti memfokuskan pada peran apa saja yang dilakukan pembimbing agama kepada ibu-ibu pemulung dalam menanamkan pengetahuan keagamaan pada ibu-ibu pemulung di Yayasan Media Amal Islami serta apa faktor pendukung dan penghambatnya.


(30)

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika Penulisan.

BAB II Tinjauan Teori terdiri dari: Peran Pembimbing Agama yang meliputi: Pengertian Peran, Pengertian BimbinganAgama, Fungsi dan Peran Pembimbing Agama, Ruang Lingkup BimbinganAgama. Pengetahuan Keagamaan yang meliputi Pengertian Pengetahuan Agama, Aspek-Aspek dalam Agama, Fungsi Agama. Pemulung terdiri dari : Pengertian Pemulung.

BAB III Gambaran umum Yayasan Media Amal Islami yang terdiri dari : Sejarah Berdirinya Yayasan Media Amal Islami, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Program Yayasan Media Amal Islami, Data Da’i dan Binaan Yayasan Media Amal Islami, Program dan Kegiatan Yayasan Media Amal Islami.

BAB IV Temuan dan Analisa Data terdiri dari Identitas informan yaitu Pembimbing Agama dan Terbimbing, Peran Pembimbing Agama dalam Menanamkan Pengetahuan Keagamaan, Faktor Pendukung dan Penghambat Pembimbing Agama dalam Menanamkan Pengetahuan Keagamaan.


(31)

(32)

BAB II TINJAUAN TEORI A.Peran Pembimbing Agama

1. Pengertian Peran

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, peran adalah beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh seseorang yang berkedudukan di masyarakat.1Lebih jauh, peran itu harus dilaksanakan dan seseorang dikatakan dapat memainkan perannya apabila mempunyai status dalam masyarakat.2

Menurut Soerjono Soekanto mengatakan peran sebagai prilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, dapat dikatakan bahwa orang tersebut menduduki suatu posisi dalam masyarakat, maka ia pun melaksanakan suatu perannya tersebut dengan memperhatikan hak dan kewajibannya.3

Sedangkan peran menurut teori peran (Role Theory), istilah “peran” diambil dari dunia teater. Dalam teater seorang aktor harus bermain sebagai seorang tokoh tertentu dan posisinya sebagai tokoh tersebut dia diharapkan untuk berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Begitu pula dalam masyarakat bahwa perilaku yang diharapkan dari tokoh tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitan dengan

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 854.

2

Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Press, 2006), cet ke 1, h. 91

3

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali, 1988), h.220


(33)

adanya orang-orang lain yang berhubungan dengan orang atau aktor tersebut.4

Dalam teorinya Biddle dan Thomas membagi peristilahan dalam teori peran ada 4 golongan yaitu:

a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut

c. Kedudukan antara orang-orang dan peilaku

d. Kaitan antara orang dan perilaku.5

Lebih lanjut, menurut Getzels dan E.G. Guba dalam M. Arifin

mengatakan bahwa gaya hubungan leadership-followership, peranan

seseorang dapat mengubah tingkah laku masyarakat berikut penjelasannya: a. Role Expectation, pengharapan dari masyarakat kepengikutan kepada

peranan kepemimpinan.

b. Need Disposition, kecenderungan pribadi manusia kepada pemenuhan

kebutuhan.

c. Sosial Behavior, tingkah laku pribadi dan sosial dalam masyarakat akibat proses kepemimpinan-kepengikutan.6

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat dikatakan berperan jika telah memiliki status di masyarakatnya atau diperankan dan bukan hanya memiliki status saja tetapi terdapat pula tugas-tugas yang sebelumnya disusun berdasarkan harapanmasyarakat.

4

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: CV. Rajawali, 1984), h. 233-234.

5

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Sosial, h. 234

6

M. Arifin, Psikologi Dakwah; Suatu Pengantar Studi,( Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 99


(34)

Peran seseorang dapat menjadi bagian dari interaksi sosial, hal tersebut dapat memunculkan suatu tingkah laku yang diharapkan berkaitan dengan adanya peran seseorang yang berkedudukan di masyarakat.

2. Pengertian Bimbingan Agama

Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata

“Guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti menunjukkan, membimbing, menuntun, atau membantu. Jika dilihat secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai suatu bantuan atau tuntuna, namun tidak semua bentuk bantuan adalah bimbingan.

Menurut kamus bahasa Indonesia, pembimbing adalah orang yang

membimbing, pemimpin, penuntun.7

Dalam pembahasan ini perlu dikemukakan bahwa pembimbing merupakan orang yang melakukan bimbingan, adapun penjelasan bimbingan menurut beberapa ahli sebagai berikut:

Menurut Crow & Crow, bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita yang memilki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai kepada seorang individu dari setiap usia untuk menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihannya sendiri dan memikul bebannya sendiri.8

7

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,2005), cet. ke-3, h. 152.

8

Khairul Umam dan Achyar Aminudin, Bimbingan dan Penyuluhan,(Jakarta: CV.Pustaka Setia, 1998), cet ke 1, h. 9


(35)

Menurut M. Arifin mengatakan bahwa bimbingan adalah menunjukkan, memberi jalan atau menuntun orang lain kearah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan masa mendatang.9

Lebih jauh keterkaitan antara bimbingan dengan penyuluhan, M.Arifin mengatakan bahwa istilah penyuluhan mengandung arti menerangi, menasehati atau memberi kejelasan kepada orang lainagar memahami atau mengerti hal yang sedang dialaminya. Arti penyuluhan

berasal dari kata “counseling” yang kemudian dipadukan dengan

bimbingan menjadi bimbingan dan penyuluhan.10

Selanjutnya menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan yang maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia serta lingkungannya.11

Menurut Harun Nasution, agama mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia, ikatan ini mempunyai pengaruh yang besar sekali dalam kehidupan manusia sehari-hari karena agama mempunyai kekuatan yang paling tinggi dari manusia.12

Menurut Glock dan Stark dalam Djamaludin mendefinisikan agama adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai dan sistem

9

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama., h.1

10

M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama., h.1

11

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 12

12

Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia UI Press,1985),cet. Ke-5, h. 2.


(36)

prilaku yang terlembagakan dan semuanya itu berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi.13

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan agama adalah proses pemberian bantuan atau pertolongan yang berbentuk pengarahan diberikan pada seseorang agar dapat memahami, mengarahkan dan suatu usaha yang dilakukan oleh pembimbing pada terbimbingnya secara terencana, terarah dan bertahap sesuai dengan kesulitan yang dihadapi terbimbingnya dengan pendekatan agama.

3. Fungsi dan Peran Pembimbing Agama a. Fungsi Pembimbing Agama

Seiring dengan kemajuan zaman dan perjalanan manusia maka semakin kompleks problema yang dihadapinya, maka diperlukan seseorang yang dapat mengabdikan dirinya dalam hal ini pembimbing agama Islam yang berupaya untuk menerapkan dan mengembangkan

fungsi dari al-Qur’an dan hadits dalam kegiatan bimbingan

keagamaan.

Pembimbing agama dalam skripsi ini dapat disimpulkan oleh penulis sebagai pihak yang memiliki peran yang tidak berbeda dengan penyuluh agama, dengan asumsi bahwa jika penyuluh agama adalah jabatan fungsional dan profesi yang secara formal diakui pemerintah, Sementara pembimbing agama adalah pihak yang melakukan

13

Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994), h. 76


(37)

penyuluhan secara non formal tanpa keahlian layaknya penyuluh agama.

Menurut Syamsul Munir, bimbingan mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi pemahaman, berfungsi untuk memberikan pemahaman

terhadap diri terbimbing sendiri (keberadaan), lingkungan dan masyarakat.

b. Fungsi pencegahan, berfungsi dalam pencegahan dan

terhindarnya seseorang dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan faktor psikologisnya (perkembangan).

c. Fungsi pengentasan, berfungsi dalam pengentasan masalah dapat

perorangan ataupun kelompok, teori ini mengganti istilah fungsi perbaikan yang mempunyai konotasi sasaran bimbingan orang yang tidak baik (rusak).

d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, berfungsi dari

terpeliharanya dan terkembangkannya potensi positif dan kondisi positif seseorang agar perkembangan dirinya menjadi mantap dan terarah.

e. Fungsi advokasi, berfungsi dalam menghasilkan pembelaan

terhadap seseorang dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi diri secara optimal.14

14


(38)

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, pembimbing agama berfungsi sebagai seseorang yang memberikan informasi (edukatif) dalam hal ini dengan menanamkan ajaran agama Islam kepada ibu-ibu pemulung dengan menyediakan dirinya sebagai media konsultatif atas permasalahan yang ada pada lingkungan pemulung dan kurang pengetahuan agama maka dapat sharring dan berfungsi sebagai advokatif dalam menyelamatkan aqidah mereka dari pengaruh kemiskinan yang mereka hadapi dan rentan dengan kerusakan aqidahnya.

b. Peran Pembimbing Agama

Menurut Ife dalam Isbandi mengatakan bahwa sebagai pemberdaya sosial atau agen perubah baik dari organisasi pemerintah maupun organisasi non pemerintah dalam komunitas tertentu diantaranya peran-perannya dibagi menjadi dua yaitu:

1. Peran Fasilitatif atau animasi sosial adalah membangkitkan

keterampilan melakukan animasi sosial menggambarkan

kemampuan petugas sebagai agen perubah atau pemberdaya masyarakat untuk membangkitkan energi, inspirasi, antusiasme masyarakat dan termasuk juga didalamnya mengaktifkan dalam mengembangkan motivasi warga untuk bertindak dengan memberi dukungan baik yang bersifat ekstrinsik (material) dan juga yang bersifat instrinsik seperti pujian, penghargaan dalam bentuk kata-kata ataupun sikap dan prilaku yang menunjukkan dukungan.


(39)

2. Peran Edukasional, membangkitkan kesadaran masyarakat berawal dari upaya menghubungkan antara individu dengan struktur yang lebih makro. Agen perubah bertujuan untuk membantu individu melihat permasalahan, impian, aspirasi, penderitaan ataupun kekecewaan mereka dalam mengupayakan agar masyarakat mau dan mampu mengatasi ketidakberuntungan mereka maka harus mau menjalin hubungan antara satu dengan yang lain hal inilah yang menjadi tujuan awal dari penyadaran masyarakat.15

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa peran pembimbing yang disejajarkan oleh agen perubah yaituterbagi menjadi dua bagian fasilitatif berupa faktor ekstrinsik melaui dukungan berupa material sedangkan instrinsik melaui pujian dan penghargaan. Bagian edukatif berupa upaya membangkitkan kesadaran masyarakat melalui kegiatan yang lebih makro agar mereka mau dan mampu mengatasi ketidakberuntungannya.

Pembimbing agama dalam komunitas pemulung penting terutama dalam memberikan penerangan keislaman kepada para ibu pemulung yang sekaligus sebagai ْ اْل سرْدم ّاْل bagi anak-anaknya. Mereka membutuhkan kehadiran seseorang yang dapat memberi pemahaman, bimbingan dan motivasi dalam menjalani kehidupan mereka dengan disertai wawasan agama untuk mewujudkan tata kehidupan yang harmonis.

15

Isbandi Rukminto Adi, “Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan


(40)

4. Ruang Lingkup Bimbingan Agama

Adapun dalam melakukan kegiatan pembimbing agama kepada masyarakat dalam hal ini ditujukan pada kelompok masyarakat ibu-ibu pemulung terdapat unsur-unsur yang melingkupi pembimbing agama, diantaranya adalah:

a. Pembimbing Agama

Pembimbing agama sebagai juru penerang agama juga dijelaskan dalam kitab suci Al-qur’an surat At-Taubah ayat 71, yang didalamnya terdapat perintah untuk menyeru sesama ke jalan Allah merupakan tugas dan kewajiban setiap muslim. Sebagaimana Allah berfirman:

ر ْن ْل ع ْ ْني فْ رْع ْل ب ْ رم ْي ضْعب ء يل ْ ْم ضْعب نمْؤ ْل ْ نمْؤ ْل ّْيّع ه ه م ح ْريس ك لْ هلْ سر ه ْ عْيطي ة كّل ْ ت ْؤي ة لّل ْ ْيقي

مْي ح .

“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain.

Mereka menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang

munkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah.

Sungguh, Allah mahaperkasa lagi mahabijaksana”.(QS.At-Taubah

ayat 71).16

Pembimbing atau juru penerang agamadapat dikatakan sebagai orang yang kompeten dalam meyakini akan kebenaran agama yang dianutnya, menghayati dan mengamalkan agama karena seorang

16

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta:PT. Sygma Examedia Arkanleema, 2009), h.198


(41)

pembimbing agamamampu menjadi pembawa norma agama yang konsekuen baik lahir dan batin bagi masyarakat.17

Menurut Ahmad Mubarok mengatakan peranan seorang pembimbing agama terhadap yang dibimbing pasti harus lebih besar, karena pembimbing agama sebagai seorang pemimpin harus memiliki kelebihan dibanding dengan orang lain, berikut ciri pembimbing yang dapat dikatakan sebagai seorang pemimpin masyarakat:

1. Memiliki kecakapan minimal dalam teknis kepemimpinan agama khasnya misalnya memimpin dalam ritual keagamaan (ibadah).

2. Memiliki kecakapan secara umum dalam masyarakat juru penerang

agama memiliki ciri kharismatik.

3. Memiliki kecakapan sampai pada tingkatan tertentu misalnya mengerti tafsir dan mengajarkannya.18

Sedangkan teori yang dikemukakan oleh R.M. Stogdill, yang pernah melakukan penelitian tentang kepemimpinan seseorang di dalam masyarakat menunjukkan hasil bahwa sifat dan ciri pemimpin dalam berbagai situasi yang berbeda, tidak sama dengan pengikut-pengikutnya.19

Menurut Arifin, dalam hubungannya dengan sikap

kepengikutan (followership) di kalangan masyarakat kita kenal adanya tiga sebab psikologis, sebagai berikut:

17

Aida Vitayala S. Hubies, dkk, Penyuluhan Pembangunan di Indonesia, (Jakarta: PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara, 1992), h. 19.

18

Ahmad Mubarok, Psikologi Dakwah, h. 202

19


(42)

1. Adanya dorongan mengikuti pemimpin sehingga weerstand atau

resistensi (daya tahanan) dari orang-orang untuk mengikutinya dengan mudah dapat dilaluinya.

2. Adanya sifat-sifat khusus pada pemimpin yaitu sifat-sifat dan ciri kepemimpinan yang mampu mempengaruhi jiwa orang lain sehingga tertarik kepadanya.

3. Adanya kemampuan pada diri pemimpin untuk menggunakan

teknik atau metode kepemimpinan.20

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembimbing agama adalah juru penerang,pengabdi, pembawa norma dan penolong secara individu maupun kelompok masyarakat dalam memecahkan masalahnyabaik secara lahiriah maupun batiniah menyangkut kehidupan masa kini dan masa mendatang untuk ditarik keluar dari kegelapan kecahaya kehidupan yang lebih baik dengan berpedoman pada ajaran-ajaran agama Islam melalui dorongan dari kekuatan iman dan takwa kepada Allah SWT.

b. Sasaran

Sasaran adalah seorang atau kelompok masyarakat yang diberikan pencerahan, penjelasan dan pertolongan dalam memahami masalahnya dan cara menghadapi masalah tersebut dengan bimbingan agama yang dilakukan secara terus menerus. Prakteknya sasaran pembimbing agama tidak terikat oleh waktu, terbuka terhadap segala

20


(43)

usia, strata sosial, jenis kelamin dan pelaksanaannya dan waktu dapat bersifat fleksibel.

Tempat yang dapat dilakukan di rumah, masjid, gedung dan aula, sesuai dengan pembahasan ini sasaran dalam penelitian ini adalah untuk kelompok ibu-ibu pemulung yang aktif mengikuti kegiatan pengajian di yayasan Media Amal Islami.

c. Materi

Materi yang digunakan pembimbing agama pada dasarnya adalah ajaran agama Islam yang bersumber pokok dari al-Qur’an dan Hadits meliputi aqidah, syariah dan akhlak. Pembimbing agama wajib mengetahui bahwa al-Qur’an adalah sebagai wahyu Allah SWT, pedoman hidup dan kehidupan manusia untuk kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.

d. Metode

Pengertian metode berasal dari dua kata yaitu “meta” (melalui) dan “hodos”(jalan). Dari pengertian tersebut jelas bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Adapun metode yangdapat digunakan sebagai berikut:

1). Metode ceramah

Metode ceramah adalah cara penyampaian pesan yang digunakan oleh pembimbing agama dan teknik ini sudah lazim digunakan, biasanya ceramah diartikan karena mereka menyampaikan pesan secara lisan dan para pendengar atau terbimbing mendengarkan,


(44)

memperhatikan dan mencatat jika diperlukan, pembimbing agama menyajikan sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan dengan

bahasa yang mudah dimengerti.21 Dalam hal pembimbing agama yang

memberikan materi pokok ajaran Islam dan ibu-ibu pemulung yang memperhatikan, bahkan mencatat hal yang diperlukan.

2). Metode Diskusi

Menurut Samsul Munir, metode diskusi hampir sama dengan

metode group guidance artinya ada kontak langsung antara

pembimbing dengan sekelompok terbimbing yang agak besar setelah mereka mendengar ceramah kemudian ikut aktif berdiskusi serta menggunakan kesempatan untuk tanya jawab.22 Dan metode ini lanjutan dari metode diatas dan hal ini dapat mendorong terbimbing dalam berpikir dan mengeluarkan pendapatnya pada materi yang telah disampaikan agar dapat lebih memahami materi yang diberikan kepadanya.

3). Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyampaian pesan dengan sengaja pembimbing agama memperlihatkan suatu contoh dapat berupa benda, keteladan dapat dikatakan dakwah bil hal, melalui peristiwa, dan sebagainya dalam rangka pembimbing agama

21

Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Tangerang: PT. Ciputat Press, 2005), h. 34-45

22


(45)

mementaskan sesuatu terhadap sasaran dengan maksud dan tujuan tertentu.23

4). Metode tanya jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyampaian pesan dengan cara mengajukan pertanyaan atau memberikan jawaban kepada terbimbing yang merasa bahwa penjelasan pembimbing agama yang dirasa belum dimengerti.

Dari penjelasan metode-metode di atas maka dapat disimpulkan bahwa metode yang dapat digunakan pembimbing agama yaitu dengan metode ceramah, tanya jawab, metode diskusi dan metode demonstrasi.

Dalam hal ini pembimbing agama juga dapat menggunakan metode bil hikmah,mauhizoh hasanah, dan mujadalah bilati hiya ahsandengan mempelajari suatu peristiwa yang dapat menanamkan pengetahuan akan ajaran-ajaran Islam pada ibu pemulung.

e. Tujuan

Menurut M. Arifin tujuan dari penerangan agama adalah untuk menanamkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang dibawa oleh penerang agama.24

Selanjutnya menurut M. Lutfi tujuan dari kegiatan yang dilakukan oleh pembimbing agama adalah menyelenggarakan dan membantu seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat agar dapat

23

Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, h. 34-45

24


(46)

mengenal, mengarahkan dan mewujudkan dirinya sendiri sebagai manusia seutuhnya sehingga terbuka jalannya untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.25

f. Tolak Ukur peran pembimbing agama

INPUT THRUPUT OUTPUT

(sikap, kepribadian dan (kognisi, konasi, emosi yang (perubahan sikap/tingkah Motivasi yang diberikan berada dalam proses penerimaan laku berupa kesadaran oleh pembimbing agama) pengaruh pembimbing agama). Penghayatan/pengamalan

ajaran agama/ ibadah. FEEDBACK (umpan balik)

Penjelasan:

Input yang diberikan pembimbing agama yang terlihat dari hubungan pengaruh mempengaruhi antara juru penerang dengan sasarannya, sehingga terwujudlah suatu rangkaian proses cybernetic yaitu INPUT yang berupa motivasi dakwah yang dibawa oleh juru penerang agama dengan sikap dan kepribadiannya kearah sasaran dakwah yang berupa manusia sebagai individu dan anggota masyarakat dimana tiga kekuatan rohaniah digerakkan (kognisi, konasi dan emosi) melalui proses belajar sehingga timbul pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengamalan agama yang merupakan THRUPUT sedangkan tingkah laku

yang berubah berupa pengamalan agama merupakan OUTPUT.26

25

M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan /Konseling Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008).h.99

26


(47)

B.PengetahuanKeagamaan

1. Pengertian Pengetahuan Agama

Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata pengetahuan berasal dari kata “tahu” yang berarti mengerti setelah melihat, menyaksikan, mengalami. Dan setelah mendapat awalan peng- dan akhiran an- yang artinya segala sesuatu yang diketahui, kepandaian atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal pelajaran.27

Menurut Julian Baggini mengatakanpengetahuan adalah

kepercayaan sejati yang dibenarkan sebagai tiga bagian tentang pengetahuan yaitu kepercayaan, fakta bahwa kepercayaan itu benar dan fakta bahwa seseorang bisa menyediakan cerita rasional untuk mewujudkan bahwa kepercayaan itu benar.28

Lebih lanjut menurut Jujun S. Suriasumantri mengatakan pengetahuan merupakan segenap apa yang diketahui manusia tentang suatu objek tertentu yang akan mempengaruhi prilaku, termasuk di dalamnya adalah ilmu yang merupakan bagian dari pengetahuan.29

Selanjutnya, pengertian agama menurut sosiologi merupakan definisi yang empiris. Sosiologi tidak pernah memberikan definisi agama yang evaluative (menilai). Ia “angkat tangan” mengenai hakiki agama,

baik atau buruknya agama atau agama-agama yang tengah diamatinya. Pengamatan ini hanya sanggup memberikan definisi yang deskriptif

27

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet ke-1, h.884

28

Julian Baggini, Lima Tema Utama Filsafat, (Jakarta: Teraju, 2004),h. 28

29

Jujun S. Suriasumantri, filsafat Ilmu sebuah pengantar popular, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,2005), h. 104


(48)

(menggambarkan apa adanya), yang mengungkapkan apa yang dimengerti dan dialami pemeluk-pemeluknya.30

Menurut kamus besar bahasa Indonesia,agama setelah mendapat awalan ke- dan akhiran –an kata keagamaan berarti yang berhubungan dengan nilai-nilai agama yang diajarkan dalam syariat Islam.31

Dari pengertian di atas perlu dikemukakan kembali bahwa dalam membicarakan masalah tentang keagamaan, antara pengetahuandan pengamalanagamaseseorang merupakan perwujudan dari sikap keagamaan yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama.

Hal di atas dikarenakan adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsur afektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif. Jadi, sikap keagamaan merupakan integrasi secara komplek antara pengetahuan agama, perasaan agama serta tidakan keagamaan dalam diri seseorang.32

Ungkapan di atas diperkuat oleh pendapat Mc. Guire yang dikutip oleh Bambang Syamsul, proses perubahan sikap dari tidak menerima menjadi menerima berlangsung melalui tiga tahap perubahan sikap yaitu

30

Hendropuspito, OC, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1983), cet 1, h. 29.

31

Tim Penyusunan Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), cet ke 10, h.1

32

Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada Utama, 1996), cet ke 1, h.212


(49)

perhatian(attention), pemahaman(comprehension), dan penerimaan(acceptance).33

Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama. Pengetahuan agama yang lebih penting disamping informasi tentang Tuhan, juga informasi tentang iman kepada hari akhir (ukhruwi)merupakan ajaran pokok agama dan sekaligus merupakan ajaran yang membuat manusia optimis akan masa depannya ini dapat dilihat secara langsung dan tidak langsung dalam sikap keagamaannya.

2. Aspek-Aspek dalam Keagamaan

Sebagaiamana telah diketahui bahwa keagamaan di atas adalah ajaran Islam, ajaran yang paling sempurna karena memang semuanya ada dalam Islam, mulai dari urusan kebersihan sampai urusan negara, Islam telah memberikan petunjuk di dalamnya.

Menurut Endang Saifudin dalam Djamaludin mengatakan bahwa pokok ajaran Islam pada aqidah, syariah dan akhlak.34

a. Aqidah

Aqidah menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran agamanya, terutama terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik, keyakinan tersebut dalam

33

Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung::CV PUSTAKA SETIA, 2008), cet ke-1, h.57

34


(50)

Islam menyangkut keyakinan tentang Allah, para malaikat, Nabi (Rasul), kitab-kitab Allah, surga dan neraka, serta qadha dan qadar.35

Lebih lanjut, menurut Thib dalam bukunya mengatakan bahwa Aqidah merupakan ajaran Islam yang bersifat fundamental yang berkaitan dengan dasar-dasar keyakinan dalam Islam. Aqidah juga merupakan titik sentral di atas syariat dan akhlak. Aqidah tersusun atas enam unsur pokok yang terdapat dalam rukun iman yaitu iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada Rasul, iman akan adanya hari akhir dan iman kepada takdir.36

Selanjutnya, aqidah yang terdapat di dalamnya keimanan. kata iman menurut bahasa artinya al-tashdiq berarti membenarkan, yang dimaksud di sini adalah membenarkan dalam hati. Menurut istilah kata iman berarti membenarkan terhadap segala ketentuan agama yang dibawa

oleh Nabi Muhammad SAW, yang wajib diketahui.37

b. Syariat

Syariat menurut kamus besar bahasa Indonesia, “syariat” diartikan sebagai hukum agama yang menetapkan peraturan hidup manusia, baik hubungannya dengan Allah, sesama manusia dan alam sekitar.38

Kata syariat di sini diartikan sebagai Islam yang secara etimologis berarti tunduk, patuh, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Dan

35

Djamaludin Ancok dan Fuad N.Suroso, Psikologi Islami, h.80

36

Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah Dalam Islam, (Bogor: Kencana, 2003), h.23

37

Oneng Nurul Bariyah, Materi Hadits (tentang Islam, hukum, ekonomi, sosial dan lingkungan), (Jakarta: Kalam Mulia, 2007),h. 8

38


(51)

menurut istilah kata syariat (Islam) yaitu tunduk dan taat kepada Allah serta mengesakanNya dengan melaksanakan kewajiban pokok yang menjadi rukun Islam.39

Syariat juga diartikan sebagai segala aturan yang diturunkan oleh Allah SWT yang harus dihadapi oleh seorang muslim. Syariat juga dapat diartikan sebagai segala bentuk perbuatan yang harus dilakukan dan ditinggalkan oleh seorang muslim. Syariat terdiri atas lima unsur yang terdapat dalam rukun Islam yaitu syahadatain, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, puasa di bulan Ramadhan dan menunaikan ibadah haji.40

c. Akhlak

Akhlak menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah budi pekerti atau kelakuan seseorang.41 Akhlak juga merupakan aspek Islam yang mengatur tata krama, sopan santun, dan perilaku manusia yang hubungannya bukan saja dengan Allah SWT, sesama manusia dan alam sekitarnya tetapi juga akhlak manusia terhadap dirinya sendiri.

Adapun menurut Ismail, akhlak yaitu keadaan jiwa yang mengajaknya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tanpa melalui pertimbangan pemikiran terlebih dahulu.42

Menurut Djamaludin Ancok mengatakan “akhlak” menunjuk pada seberapa tingkatan muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran

39

Oneng Nurul Bariyah, Materi Hadits (tentang Islam, hukum, ekonomi, sosial dan lingkungan), h. 6

40

Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, h.25

41

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 20

42


(52)

agamanya, yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia lain. Dalam keberislaman hal ini meliputi perilaku suka

menolong, bekerjasama, berderma, menyejahterakan dan

menumbuhkembangkan orang lain, dan lain sebagainya.43

Dapat disimpulkan bahwa aspek dalam agama Islam mencakup tiga aspek besar yaitu aqidah, syariah dan akhlak. ketiga-tiganya merupakan aspek yang saling berkaitan dalam diri seseorang.

3. Fungsi- Fungsi Agama

Menurut Bambang Syamsul Arifin dalam bukunya menjelaskan bahwa fungsi agama bagi kehidupan masyarakat dalam praktiknya, sebagai berikut:

a. Fungsi Edukatif

Penganut agama berpendapat bahwa ajaran agama yang mereka anut memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi, ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang, kedua unsur suruhan dan larangan ini mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan ajaran agama yang dianutnya.

b. Fungsi Penyelamatan

Dimana pun manusia berada dia selalu menginginkan dirinya selamat, keselamatan yang diberikan agama kepada penganutnya adalah keselamatan yang meliputi dua alam yaitu dunia dan akhirat.

43


(53)

c. Fungsi Pendamai

Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan rasa bersalah akan segera menjadi hilang dari batinnya apabila seorang pelanggar telah menebus dosa.

d. Fungsi Kontrol

Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma, sehingga dalam hal ini agama berfungsi sebagai pengawasan sosial secara individu maupun kelompok.

e. Fungsi Pemupuk rasa Solidaritas

Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam kesatuan, iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun perseorangan bahkan membina rasa persaudaraan yang kokoh.

f. Fungsi Transformatif

Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya, ajaran agama mampu mengubah kesetiannya pada adat atau norma kehidupan yang dianut sebelum itu.

g. Fungsi Kreatif

Ajaran agama mendorong dan mengajak para penganutnya untuk bekerja produktif bukan saja untuk kepentingan sendiri tetapi kepentingan orang lain.


(54)

h. Fungsi Sublimatif

Ajaran agama menguduskan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat agama ukhrawi melainkan juga bersifat duniawi.44

Dan menurut Mukti Ali mengatakan bahwa agama berfungsi dalam pembangunan yaitu sebagai ethos pembangunan dan sebagai motivasi. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. Sebagai ethos pembangunan maksudnya adalah bahwa agama yang

menjadi anutan seseorang atau masyarakat jika diyakini dan dihayati secara mendalam mampu memberikan suatu tatanan nilai moral dan sikap.

b. Sebagai motivasi maksudnya adalah ajaran agama yang sudah menjadi keyakinan mendalam akan mendorong seseorang atau kelompok untuk mengejar tingkat kehidupan yang lebih baik.45

Dari beberapa fungsi di atas dapat disimpulkan bahwa keagamaan yang diketahui, dihayati dan diamalkan oleh seseorang mampu memberikan fungsi edukatif, penyelamat, pendamai, sosial kontrol, pemupuk persaudaraan, transformatif, kreatif dan sublimatif dan agama juga berperan dalam pembangunan yakni sebagai ethos pembangunan dan motivasi bagi masyarakat dalam penelitian ini difokuskan kepada ibu-ibu pemulung dalam komunitasnya.

44

Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, h. 149 -151

45


(55)

C.Pemulung

1. Pengertian Pemulung

Pemulung berasal dari kata “pulung” yang mempunyai arti mengumpulkan barang bekas (limbah) yang terbuang (sampah) untuk dimanfaatkan sebagai bahan produksi dan lain-lain. Sedangkan pemulung adalah orang yang mencari nafkah dengan jalan mencari dan memungut serta memanfaatkan barang bekas kemudian menjualnya kepada

pengusaha yang akan mengolahnya kembali menjadi barang komoditas.46

Sedangkan menurut Argo Twikromo dikutip Arif mengatakan bahwa pemulung adalah orang yang mempunyai pekerjaan utama sebagai pengumpul barang-barang bekas untuk mendukung kehidupannya sehari-hari dan hidup mereka tidak mempunyai kewajiban formal dan tidak terdaftar di unit administrasi pemerintahan.47

Pemulung bekerja di tempat yang kumuh dan merupakan kategori sosial yang belum mendapatkan tempat terhormat di mata masyarakat umum, karena pekerjaan memulung selalu dicemoohkan oleh sebagian besar masyarakat, sebagai orang yang “tidak bisa dipercaya” keadaan semacam ini secara otomatis akan membentuk strata dimana strata pemulung menempati diri terbawah atau memiliki harga diri yang rendah.48

46

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan., Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.906

47

Arif Rohman, Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Tuna Sosial, artikel diakses pada tanggal 14 Oktober 2012, dari

http://rafif.multiply.com/journal/item/772?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem

48

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional, Yogyakarta: 1992), h. 140


(56)

Ada dua jenis pemulungyaitupemulung lepas yang bekerja sebagai swausahadan pemulung yang tergantung pada seorang bandar yang meminjamkan uang ke mereka dan memotong uang pinjaman tersebut saat membeli barang dari pemulung. Pemulung berbandar hanya boleh menjual barangnya ke bandar dan tidak jarang bandar memberi tempat tinggal kepada pemulung, biasanya di atas tanah yang ditempati bandaratau di mana terletak tempat penampungan barangnya.

Pemulung juga termasuk pekerja sektor informal yang sampai saat ini belum mendapatkan pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya. Hal ini baru sekedar kesehatan badannya belum lagi masalah haknya sebagai warga negara yang berhak juga mendapatkan hak pendidikan dan keamanan.49

Selanjutnya, masalah yang sering dirasakan pemulung dan anggota keluarganya adalah stigma masyarakat yang negatif terhadapnya. Hal inilah yang menjadi kepedihan tersendiri bagi para pemulung, namun jika dilihat dari pekerjaannya sehari-hari sebenarnya para pemulung adalah pahlawan kebersihan.

Menurut hasil pengamatan peneliti, ada hal lain yang dihadapi pemulung adalah penentuan harga dari ketua lapak yang semakin tinggi, hal ini yang membuat para pemulung harus bekerja keras mengerahkan tenaganya dengan bantuan anak dan isteri mereka, dengan begitu waktu

49

Junaedi, Semangat Kerja Pemulung Sampah, Pahlawan Lingkungan yang Terlantar, di akses pada tanggal 27 Nopember 2012 dari

http://www.stosfest.org/wp- content/uploads/2012/02/Junaedi-Semangat-Kerja-Pemulung-Sampah-Pahlawan-Lingkungan-yang-Terlantar.pdf


(57)

mereka harinya akan tersita untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya sehingga untuk memperoleh hak pendidikan apalagi pendidkan agama sangat sulit untuk terpenuhi.50

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemulung adalah orang yang mempunyai pekerjaan mengumpulkan barang-barang bekas dan menjualnya kepada jurangan atau ketua lapak dan hasilnya untuk mencukupi dan meemenuhi kebutuhan hidupnya dan menurut jenisnya pemulung terbagi menjadi dua yaitu pemulung lepas dan pemulung yang bergantung pada ketua lapak (bandar), sampai saat ini para pemulung belum dikatakan berhak untuk mendapatkan hak-haknya.

Asumsi peneliti bahwa keadaan pemulung yang serba kekurangan di atas, maka perlu bagi mereka mempunyai seseorang yang mampu

membimbing dan memberikan basic agama sebagai sandaran hidup

dengan bekal pengetahuan agama yang dilakukan secara kontinyu dan sedikit paksaan bahwa mempelajari agama itu penting dan dalam pembiasaan proses belajar agama tersebut akan menumbuhkan minat untuk mengamalkan agamanya dalam kehidupannya sehari-hari, serta menjadi acuan hidup untuk selalu optimis walaupun dalam keadaan apapun.

Posisi ibu pemulung sangat besar manfaatnya jika kekosongan waktu mereka diisi dengan kegiatan yang lebih bermanfaat seperti mengikuti kegiatan pengajian yang diadakan oleh penyuluh agama di

50

Hasil observasi penulis ketika berada di lapak pemulung pada tanggal 28 Desember 2012 pukul 11.28


(58)

lembaga tertentu yang didalamnya berisi materi-materi agama, seputar aqidah, akhlak dan syariah (ibadah) yang bermanfaat bagi kebaikan dirinya sendiri, keluarga dan umumnya pada komunitasnya.


(59)

BAB III

GAMBARAN UMUM YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI A. Sejarah Berdirinya Yayasan Media Amal Islami

Pada awalnya Yayasan Media Amal Islami ini didirikan oleh bapak H.

Aslih Ridwan, MA yang sering dipanggil dengan sebutan “abu” yang tinggal

di Jalan Lebak Bulus V No.34, beliau lahir di Jakarta tanggal 11 Juli 1967 dan memiliki riwayat pendidikan strata dua dalam bidang keagamaan yaitu S1 Fakultas Dakwah di STAI Al-Hikmah dan melanjutkan S2 Tafsir di PTIQ pada tahun 2009. Beliau mendirikan Yayasan Media Amal Islami sejak tahun 1999, aktifitas dakwah beliau telah tercatat sebagai Ketua sekaligus pendiri yayasan Media Amal Islami, sebagai pengisi acara “Nasi Ulam” (Nasihat Ulama) di Bens Radio, sebagai ketua GPMI (Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia) dan sebagai Account Executive Majalah Aulia.

Berawal dari keprihatinan beliau dalam memandang kaum bawah khususnya pemulung sebagai kaum yang lemah bukan saja secara finansial tetapi juga aqidah mereka dan keimanan mereka mudah untuk berpindah agama, dengan pemberian bantuan-bantuan berupa sembako dan bentuk perhatian orang-orang non muslim yang memiliki tujuan tertentu kepada para pemulung di sekitar Lebak Bulus Jakarta Selatan. Atas dasar keprtihatinan beliau yang didorong oleh dukungan lurah Cilandak untuk menyelamatkan aqidah kaum bawah yaitu pemulung dan kaum dhua’fa maka didirikanlah yayasan yang diberi nama Media Amal Islami yang sesuai dengan namanya yaitu yayasan yang fokus melakukan amal sholeh.


(60)

Yayasan Media Amal Islami adalah Yayasan independen non partisipan yang berdiri pada tanggal 4 Jumadil Tsaniyah 1428 H atau bertepatan dengan 19 Juni 2007. Yayasan Media Amal Islami ini berada di Jalan Lebak Bulus V No.34 Fatmawati, Cilandak Barat Jakarta Selatan.

Dasar hukum atau aspek legal yayasan ini disesuaikan dengan SK Menteri Hukum dan HAM RI No. C-3225.HT.01.02 tahun 2007 dan surat izin Dinas Sosial Jakarta Selatan No. 09.12430.250/078.6. Yayasan ini bergerak dalam bidang dakwah, pendidikan dan ekonomi yang mempunyai tujuan meningkatkan taraf hidup kaum bawah dhuafa dan pemulung untuk mendapatkan haknya dalam bidang pendidikan non formal sesuai dengan wawancara penulis dengan H. Aslih Ridwan, MA seperti berikut:

“Pendidikan untuk kaum bawah dalam hal ini pemulung saya rasa penting karena mereka gak ada yang didik, kurang pengetahuan agama, mereka tidak punya uang untuk membayar guru kerumahnya. Jadi, kita rasa kaum bawah seperti mereka juga perlu mendapatkan pendidikan dan bekal ilmu karena mereka rentan dan hidup dalam

lingkungan yang slum atau kumuh gampang buat menukar aqidahnya.

Maka kita rasa penting untuk gerak cepat menarik mereka kembali dalam rangka menyelamatkan aqidahnya”.1

Lembaga Yayasan Media Amal Islami merupakan lembaga agama yang memiliki keprihatinan bagi kaum bawah dimaksudkan juga kepada para pemulung disekitar yayasan ini, kegiatan yayasan diantaranya melakukan pembinaan khususnya pendidikan agamanya guna memelihara aqidah mereka dan memberikan bekal ilmu yang bermanfaat untuk dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat. Para pengurus yayasan yang memahami persoalan umat yang

1

Wawancara pribadi dengan H. Aslih Ridwan MA, di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus Jakarta Selatan, tanggal 10 Desember 2012.


(1)

F'

KEMENTERIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKIJLTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

fl. Ir. H. juanda No.95 Ciputatl54l2Indonesia

Telepon/Fax : (02\ 7 432728 / 74703580

Website : www.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail : dakwah@fdk.uinjakarta.ac.id

Nomor:

Un.01/F5/KM.0l

3/rftS nyz

L a m p : 1 ( s a t u b u n d e l ) Hal : Bimbingan Skripsi

Nama

Nomor Pokok Jurusan /Semester Judul Skriosi

Tembusan: 1. Dekan

?. Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

J *arta,lj Desember 20 1 2

Kepada Yth.

Dra. Hj. Musfiroh I'Iurlaili, MA

Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Assalamu' alaikum Wr. Wb.

Bersama ini kami sampaikan sebuah out line skripsi yang diajukan oleh mahasiswa Fakultas Ilnru Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah J akarta sebagai berikut,

Eka Camalia Nurhidayati 108052000002

Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPD / IX

Peran Penyuluh Agama dalam Meningkatkan Pengetahuan Keagamaan pada Keluarga Pemulung di Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus V Jakarta Selatan.

Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalam penyusunan dan penyelesaian skripsinya dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Atas perhatian dan kesediaarurya kami sampaikan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

hhidin Saputra)


(2)

FJ \ 1 l-: ) t j

KEMENTERIAN AGAMA

UNIVERSITAS

ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATUI,LAH JAKARTA i

FAKI.JTTAS

ILMU DAI(I^/AH

'

DAN ILMU KOMUNIKASi

Telepon/Fax (021)7a32728 / 747A3580

Jl. Ir. H. ]uanda No. 95 Ciputat 15412lndonesia Website: rwv.fdkuiniakarta.ac.id, E-nrail : dakwah@fdk.uinjakarta.ac.id

Nomor : Un.01/F5/KM.01.3/5/ I 12013 Larnp :

-Hal : PenelitianMaryancara

Tembusan: :

l. Pembantu Dekan Bidang Akademik

2. Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Jakarta, ] Januari 2013

Kepada Yth.

Ketua Umum Yayasan Media Amal Islami Lebak Bulus V Jakarta Selatan

di Tempat

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Dengan hormat kami sampaikan bahwa mahasisv,'a Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Kornunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di bawah ini,

Nama : Eka Camalia Nurhidayati Nomor Pokok : 108052000002

Jurusan /Semester : Bimbingan dan Penluluhan Islam (BPI) / X

bermaksud melaksanakan penelitian/wawancara untuk bahan penulisarr skripsi yang berjudul Peran Penyuluh Aganta daiatn Menanamkcrn Pengetahuan Keagatnaan Pemulung di Yayasan MAI Lebak Bulus Jakarta Selatan.

Sehubungan dengan itu, kami memohon kepada Bapak/Ibu/Sdr. _ kiranya berkenan menerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan penelitian/wawancara dimaksud.

Demikian, atas perhatian dan perkenannya kami ucapkan terima kasih.

Was s alamu' alaikum I4r. Wb.

Subhan, MA"? 0 1 1 0 1 9 9 3 0 3 1 1 0 0 4


(3)

l ' t . Itr g cl ur

&H

Meniti Elakwah & Mernberclayakan lJrnrnat

',-MAI

rtr r

is

S Li8lAT. KErER_A_N

GAllL

Namor : 005,{KET,T"{ALjIVE0I3

Dengan Surat Keteralrgan ini kanri sampaikan bairwa raahasisrra Fakultas llmu Dakwah dan Ilmu K.ornunikasi UIN Syanf Hidayatuitah Jakarta dibaraah. ini :

Narra : Eka CamaliaN

Nomor Pokck : 10805200f1002

Jurusan

Prograrn

: Bimbingan Fenyulullalr lsla:n : S i

A.dalah benar yang bersangkutan telah rnelaksenakan penelitiarv'rvarvanceffa dari tanggal 7 Gktober s.d ? Marei 2013, iintuk bahan Skripsi perur fenyduh A.gamd dulant Menananlrnn Pengetahuan Keagamaan Pemulung Di Yayasan IvL4I.

Demikian SuratKelerangaa ini kaxni buat untuk dipergunatcari sebagaimaria mestinya.

v

o uJ

1'

Jakana" i2 April 2013 h{edia Amal trslami


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar I

Penyuluh agama sedang melakukan penyuluhan agama pada ibu pemulung di Yayasan MAI

Gambar II


(5)

Gambar III (Kondisi di Lapak Pemulung) Gambar IV (Peneliti bersama H.Aslih Ridwan)

Gambar V


(6)

Gambar VI