BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan dalam arti luas merupakan sebuah usaha manusia yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia yang
berlangsung sepanjang hidupnya. Pendidikan yang mahal kerap di sangkut- pautkan dengan kemiskinan dan pendapatan masyarakat yang beragam, dan
kemiskinan mengakibatkan
sulitnya anak-anak
Indonesia mendapatkan
pendidikan. Mahalnya pendidikan menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan keterbatasan masyarakat yang berpendapatan rendah memperoleh pendidikan
yang layak. Masalah ini merupakan masalah besar yang dihadapi oleh Indonesia yang sampai saat ini belum dapat diatasi. Masalah klasik ini semakin lama
semakin marak terjadi walau pun sudah dilakukan berbagai upaya namun masalah ini belum juga terselesaikan.
Dalam Kompas.Com disebutkan bahwa berdasarkan pendataan yang dilakukan oleh BPS tahun 2013, rata-rata nasional angka putus sekolah usia 7-12
tahun mencapai 0,67 persen atau 182.773 anak; usia 13-15 tahun sebanyak 2,21 persen atau 209.976 anak; dan anak usia 16-18 tahun lebih tinggi yaitu mencapai
3,14 persen atau 223.676 anak.
Universitas Sumatera Utara
Dari data di atas maka pemerintah berusaha dan berupaya menyeleseaikan masalah tersebut dengan menetapkan program pemberian dana Bantuan
Operasional Sekolah BOS yang dimaksudkan sebagai bantuan pada sekolah madrasahsanawiah dalam rangka membebaskan iuran siswa namun sekolah tetap
dapat mempertahankan mutu pelayanan pendidikan kepada masyarakat. Meski dana BOS diharapkan dapat meningkatkan jumlah keikutsertaan peserta didik,
tapi masih banyak anak- anak yang tidak dapat bersekolah, putus sekolah, tidak dapat melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang pendidikan berikutnya. Salah
satu penyebab alasan tersebut adalah orang tuakeluarga tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan pendidikan lainnya seperti baju seragam, buku tulis, sepatu,
biaya transportasi maupun biaya pendidikan lainnya yang tidak ditanggung oleh dana BOS. Maka dari itu pemerintah mengeluarkan lagi program Bantuan Siswa
Miskin BSM. Program BSM adalah program nasional yang bertujuan untuk menghilangkan halangan siswasiswi miskin dalam berpartisipasi dalam
bersekolah dengan membantu siswasiswi miskin memperoleh akses layanan pendidikan yang layak, mencegah putus sekolah, menarik siswa miskin untuk
kembali bersekolah, membantu siswa dalam memenuhi kebutuhan kegiatan pembelajaran, mendukung program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun
bahkan sampai tingkat menengah atas, serta membantu kelancaran program sekolah. Tidak hanya itu, pemerintah juga menjalankan program BKM
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat keluarga kurangtidak mampu akan layanan pendidikan jenjang sekolah lanjutan atas dan sederajat
SLTA.
Universitas Sumatera Utara
Dari berbagai program yang dicanangkan oleh pemerintah diharapkan masalah putus sekolah dapat diatasi. Namun pada kenyataannya saat ini masih
banyak terjadi kasus anak putus sekolah di Indonesia. Hal ini mengubah pandangan bahwa kemiskinan bukan lagi menjadi faktor utama dalam
penghambat pendidikan. Saat ini yang terjadi adalah putus sekolah tidak hanya di alami oleh masyarakat berperekonomian rendah, melainkan oleh masyarakat
berperekonomian menengah atau bahkan menengah atas. Hal ini seperti yang terjadi pada Desa Patumbak 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.
Desa Patumbak merupakan desa perkebunan. Dahulunya desa ini dikelilingi oleh perkebunan tembakau, namun kini telah beralih keperkebunan
kelapa sawit. Penduduk asli Desa Patumbak Senembah adalah Suku Karo dan Melayu, kemudian datang kaum migran dari berbagai suku bangsa di nusantara
yang di domonasi oleh Suku Simalungun dan Suku Jawa yang pada dasarnya didatangkan sebagai buruh perkebunan dan buruh tani yang sekarang sudah
beralih menjadi buruh pabrik. Kemudian di susul oleh Suku Minang dan Suku Batak, serta suku lainnya sehingga pada saat ini penduduk dominan di desa ini
adalah Suku Jawa dan Suku Karo yang sebagian besar penduduk masih bekerja sebagai buruh, yaitu yang terdiri dari buruh tani, buruh bangunan, buruh sebagai
pembantu rumah tangga, dan buruh pabrik. Menurut hasil survei 2011 dari BPS Kabupaten Deli Serdang, populasi penduduk Desa Patumbak telah mencapai
20795 rumah tangga, dengan jumlah penduduk 88961 jiwa, dimana terdiri dari 45123 jiwa penduduk laki- laki dan 43838 penduduk wanita.
Universitas Sumatera Utara
Lain suku, lain kebiasaannya. Salah satunya tampak dalam bidang pendidikan. Latar belakang pendidikan pada setiap keluarga memang berbeda-
beda, namun secara umum rata- rata pasangan suami istri hanya mengecam pendidikan sampai Sekolah Dasar SD, dikarenakan tidak adanya sarana
pendidikan di desa ini pada saat itu. Dahulunya desa ini termasuk dalam desa yang masih primitif, hal ini ditandai oleh orang-orang terdahulu orang tua saat
ini yang tidak mengenal baca tulis pada masa kini. Oleh karenanya penduduk desa khususnya para orang tua ingin anaknya bersekolah agar tidak mengalami
nasib seperti para orang tua terdahulu yang tidak mengenal baca tulis dan nantinya bekerja hanya menjadi seorang buruh. Maka para orang tua bekerja keras dan
semangat dalam mencari nafkah agar anak- anaknya dapat sekolah. Ini ditandai dengan tidak hanya suami yang bekerja, tetapi sang istri juga ikut bekerja untuk
menambah penghasilan keluarga dan mampu memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anaknya. Namun di sisi lain, akibat hal tersebut membuat para orang
tua tidak mengetahui bagaimana perkembangan anak- anaknya, karena kebanyakan orang tua menitipkan anak mereka dengan neneknya bahkan di asuh
oleh tetangga mereka, akibatnya sang anak mengalami kurang sosialisasi, perhatian dan kasih sayang dalam keluarganya sehingga dampaknya si anak akan
mencari perhatian dari orang lain seperti teman dekat yang di anggap bisa memberikan perhatian kepada mereka. Hal ini lah yang nantinya menimbulkan
anomi dalam perkembangan anak yang sangat mempengaruhi pada kenakalan anak ketika beranjak remaja yang salah satunya adalah menikah di usia muda
sekolah akibat perkawinan di luar pernikahan.
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh sosial seperti kurangnya kehangatan dari orang tua akan memberikan penilaian negatif dari orang tua yang menyebabkan ketegangan di
rumah, perceraian dan perpisahan orang tua. Hal ini mempengaruhi budaya dan tata krama dan memandang penggunaan alkohol dan obat-obatan sebagai simbol
penolakan atas standar konvensional yang berorientasi pada tujuan jangka pendek dan kepuasan hedonis, dll http:www.slideshare.netMugiwaraHaqiemremaja-
dan-masalahnya.
Masalah ini pula lah yang kini mulai merambah dan marak terjadi pada para remaja di pedesaan, seperti kasus yang ada pada Desa Patumbak 1. Masalah
yang kini muncul adalah pernikahan yang dilakukan oleh para remaja akibat kehamilan di luar nikah di kalangan remaja Desa Patumbak I. Kehamilan di luar
nikah ini di perkirakan akibat anomi para remaja tentang perilaku seksual yaitu terjadi hubungan di luar pernikahan yang mengakibatkan remaja hamil di luar
nikah. Walau pun perilaku seksual manusia merupakan perilaku alamiah, namun perilaku ini memiliki norma dan batasan- batasan tertentu khususnya bagi para
remaja. Apabila batasan tersebut di langgar maka akan menimbulkan berbagai masalah seperti, penyakit kelamin, aborsi, pernikahan usia muda, masalah
kehamilan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan unwanted atau unitended pregnacy, dan masalah reproduksi yang menyebabkan kematian pada
ibu dan bayi. Sejalan dengan meningkatnya hubungan seksual sebelum menikah, dan hal ini lah yang kini kerap terjadi pada desa ini yaitu masalah kehamilan di
luar nikah yang merupakan penyimpangan seksual yang terjadi pada remaja Desa Patumbak I.
Universitas Sumatera Utara
Tidak hanya itu kehamilan di luar nikah juga sangat berpengaruh pada pendidikan remaja. Walau pun di dalam undang-undang dibenarkan siswi
bersekolah walau pun dalam keadaan hamil, namun ada beberapa faktor lain yang dipertimbangkan para remaja untuk memilih tidak bersekolah contohnya seperti
menanggung malu dan pemberhentian oleh pihak sekolah karena di anggap akan mencoreng nama baik sekolah. Ironisnya kehamilan di luar nikah ini tidak hanya
terjadi pada siswi di kalangan SMA, masalah ini juga kerap terjadi pada siswi SLTP. Selain itu, akibat hamil di luar pernikahan orang tua calon pasangan
terpaksa menikahkan anak-anak mereka. Keluarga dari pihak pria menikahkan anaknya sebagai wujud tanggung jawab orang tua, sedangkan bagi pihak keluarga
wanita pernikahan dilakukan untuk menutupi aib keluarganya. Dengan kata lain, pernikahan dini yang terjadi pada remaja di Desa Patumbak I ini bukan
dikarenakan oleh faktor ekonomi, melainkan akibat faktor jaman dimana pergaulan bebas yang menyebabkan hamil di luar nikah ini menjadi trend pada
remaja masa kini yang disebut MBA Merried by Aciden. Sehingga nilai dan norma yang ada di masyarakat desa yang cenderung masih sangat kental dan kuat
pun telah memudar. Dan pandangan bahwa gadis desa pun berubah, dahulu gadis desa yang dianggap lugu, memiliki sopan santun yang baik, menjunjung tinggi
harkat dan martabat keluaga. Sebaliknya, pada saat ini gadis desa di pandang buruk, tidak memiliki sopan santun dan terkesan tidak memiliki harga diri. Hal ini
terbukti semakin banyaknya para remaja desa khususnya pada remaja Desa Patumbak I yang melakukan hubungan di luar nikah yang menyebabkan
kehamilan di luar pernikahan.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil observasi, peneliti mendapatkan informasi bahwa pada dua tahun terakhir telah terjadi 30 pernikahan yang dilakukan oleh pasangan yang
masih berumur 12-19 tahun di Desa Patumbak 1. Salah satunya seperti masalah yang terjadi pada salah satu pasangan yang menikah dan bertempat tinggal di
Desa Patumbak 1. Kasus perkawinan di luar nikah terjadi di tahun 2012 di mana pada saat itu si A remaja wanita yang berumur 12 tahun yang masih duduk di
kelas VIII SLTP menikah akibat hamil di luar pernikahan dengan seorang pria berumur 23 tahun. Mereka berdua merupakan remaja Desa Patumbak 1 yang
menjalin hubungan melebihi hubungan berpacaran dan menikah setelah si A hamil sehingga ia harus menikah dan mengakhiri pendidikannya.
Selain itu dari data yang di dapat dari salah satu sekolah yang berada di Desa Patumbak 1, pada tiga tahun terakhir telah terjadi 8 kasus putus sekolah
akibat kehamilan yang terjadi karena perkawinan di luar nikah pada tingkat SMA, dan 3 orang siswi pada tingkat SLTP. Pada tingkat SLTP, rata- rata perkawinan
terjadi ketika sang siswi telah duduk di kelas IX. Dan pada siswa siswi SMA perkawinan yang terjadi beragam, baik dari kelas X, sampai kelas XII. Contoh
kasus seperti yang terjadi pada pasangan Y dan Z pada tahun 2011. Anak berusia 18 tahun ini dahulunya adalah teman satu kelas pada saat SMA. Kemudian tidak
berapa lama mereka menjalin hubungan ‘pacaran’ ketika mereka masih sama- sama duduk di kelas X SMA. Mereka menjalin hubungan sampai kela s XII SMA,
sampai akhirnya tiba- tiba mereka tidak pernah masuk sekolah lagi, tepatnya sebelum ujian nasional berlangsung. Ketika di selidiki oleh pihak sekolah,
ternyata si Y malu untuk datang kesekolah karena ia sudah hamil, dan si Z juga
Universitas Sumatera Utara
tidak bersekolah lagi karena akan menikahi si Y. Walau pun orang tua si Z bermaksud agar anaknya tetap melanjutkan sekolah dan menunda pernikahan
sampai si Z melakukan UN, namun si Y tidak mau dan memilih menikah. Ironinya, tidak hanya pada sekolah ini saja, kasus pernikahan di luar nikah juga
kerap terjadi pada sekolah- sekolah lainnya khususnya yang berada di wilayah desa Patumbak 1. Dari kasus di atas masih banyak lagi terjadi kasus pernikahan
di luar nikah pada remaja yang terjadi di setiap wilayah Indonesia khususnya di pedesaan.
Tabel 1.1 Umur Perkawinan Pertama Wanita 16 tahun ke Bawah di Pedesaan
Menurut SUPAS Umur Perkawinan Pertama
Frekuensi Jumlah
13 Tahun 1.393.411
5,10 14 Tahun
1.481.929 5,42
15 Tahun 2.522.914
9,23 16 Tahun
3.310.195 12,10
Total 8.708.449
31,85 Sumber: Thirwaty Arsal 2012
Dari gambaran diatas maka penulis tertarik untuk memperoleh gambaran lebih mendalam tentang kehamilan di luar nikah di kalangan remaja yang hamil
sebelum menikah yang berada di Desa Patumbak 1 Kec. Patumbak Kab. Deli Serdang dengan fokus penelitian Kehamilan Di Luar Nikah Dan Putus Sekolah Di
Kalangan Remaja Desa Patumbak I dengan studi kasus pada remaja Desa
Universitas Sumatera Utara
Patumbak 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang . Dari hasil penelitian ini, peneliti berharap agar masalah perkawinan di luar nikah di Desa Patumbak 1
semakin diperhatikan dan segera melakukan tindakan berupa perubahan dan pembuatan peraturan perundang-undangan bagi instalansi terkait yang
bersangkutan, agar tidak semakin marak terjadi kasus kehamilan di luar nikah di berbagai wilayah Indonesia khususnya di Desa Patumbak 1 Kec. Patumbak Kab.
Deli Serdang.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti memfokuskan rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap kehamilan di luar nikah di
kalangan remaja putri di Desa Patumbak I? 2.
Mengapa remaja yang hamil menjadi putus sekolah pada hal Undang- Undang membenarkan untuk tetap sekolah?
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap kehamilan di luar nikah di kalangan remaja putri di Desa Patumbak I.
2. Untuk mengetahui penyebab remaja yang hamil menjadi putus sekolah
pada hal Undang- Undang membenarkan untuk tetap sekolah.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis