masih ingin tetap sekolah. Namun, selain karena alasan malu pada tema dan guru, ada juga alasan lain yang mendorong mereka untuk tidak melanjutkan sekolahnya
seperti keadaan tubuh ketika hamil yang tidak mendukung untuk sekolah tidak mampu menerima pelajaran, sanki yang diberikan oleh teman di sekolah seperti
ejekan, cemoohan, dan julukan-julukan yang di beri oleh teman di sekolahnya, paksaan dari pihak pasangan pria orang tua si lelaki, dan pasrah akan pilihan
orang tua. Dari hal tersebut membuktikan penelitian yang dilakukan oleh Jejen Musfah dalam Fachrizi Irzan 2012 yang menyatakan bahwa paradigma orang
tua, perhatian guru, dan kebijakan kepala sekolah, yang tidak memihak pada amat pentingnya pada pendidikan anak. Menurutnya orang tua, guru, dan kepala
sekolah abai terhadap hak anak memperoleh pendidikan yang baik. Dari tingkat dasar hingga menengah, apalagi perguruan tinggi.
4.3.6. Pandangan Pelaku Seks Bebas Mengenai Pendidikan
Jika kita cermati benar-benar sesungguhnya para remaja yang hamil sebelum menikah sebenarnya merasakan kecemasan di dalam hati mereka dalam
menghadapi kehidupannya di masa depan. Tingkat pendidikan mereka yang rendah menjadi penghalang mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
Sementara itu kehidupan terus berjalan, dan sang anak dari mereka memerlukan kebutuhan baik pangan maupun pendidikan yang layak pula. Walau pun pasangan
dari masing-masing remaja tersebut sudah memiliki penghasilan, tetap saja dengan kebutuhan-kebutuhan yang sangat ini semakin mahal memaksa para
remaja putri tersebut bekerja untuk membantu sang suami agar kebutuhan anak
Universitas Sumatera Utara
mereka dapat terpenuhi. Berikut ini adalah hasil wawancara peneliti dan para informan mengenai penting atau tidak pentingnya pendidikan bagi mereka di
masa depan.
Berikut ini adalah hasil wawancara si peneliti dengan informan Lavender 19 Tahun mengenai pendidikan dan masa depan.
“Sebenernya dulu aku masih pengen kali tetep sekolah, karena menurut aku itu penting kali untuk masa depan aku. Kalo sekarang perempuan
harus bias cari nafkah sendiri, karena iya kalo kita punya suami pengertian dan getol kerja buat keluarganya, kalo gak terpaksa kan istri
yang harus kerja. Makanya aku sekarang nyesel kali, pada hal maksud ku kemarin biar lah aku tamatin sekolah ku dulu, setidaknya punya ijazah
SMP kan lumayan. Tapi ya mau gimana lagi mamak ku udah maksa aku nikah aja. Pada hal kalo aku tetep sekolah gak ada yang tau kalo aku
hamil karena aku hamil pun perutku kecil gak. Nampak lah kalo aku pake baju yang agak longgar. Paling dikirain guru atau temen aku cuma
gemukan gitu aja. Jadi kalo diterusin sekolahnya pun masih bisa”.
Terdapat pendapat serupa dengan yang dikatakan informan Lavender 19 Tahun. Informan Teratai juga beranggapan pendidikan itu penting untuk masa
depan dan harus di lanjutkan. Berikut adalah pendapat dari informan Teratai 19 Tahun:
“Ya penting banget lah pendidikan. Zaman sekarang lagi susah cari kerjaan. Yang tamat kuliah aja susah dapet kerjaan apa lagi yang cuma
tamatan SMP. Makanya kalo aku udah lahiran ntar aku pengen sekolah lagi. Kemaren kan aku udah sempet sekolah sampe SMA, jadi kalo bisa
aku pengen ikut ujian paket C aja. Gak apa-apa lah dapet ijazah paket C, tapi setidaknya kan aku punya ijazah jadi kalo mau kerja bisa di pabrik.
Kalo kerja di pabrik kalo tamatan SMA kan masi mau nerima. Gaji di pabrik pun lumayan kok jadi bisa nabung lah buat anakku nanti. Orang
tua pun setuju dan dukung kalo aku sekolah lagi tapi kalo emang bisa”.
Universitas Sumatera Utara
Informan Anggrek 18 Tahun juga berpendapat sama dengan informan Lavender dan informan Teratai. Berikut adalah pendapat darinya:
“Ada sih keinginan untuk sekolah lagi. Orang tua saya terutama mamak juga nganjurin buat sekolah lagi. Tapi aku malu lah rasanya kalo mau
masuk sekolah karena kan aku udah punya anak masih bayi, punya suami. Nanti kalo aku sekolah yang ngurusin mereka siapa? Bimbang juga sih,
antara mau sekolah lagi apa enggak. Tapi kalo gak sekolah lagi aku bisa jadi apa? Iya kalo gaji suamiku cukup kaya sekarang, sekarang kebutuhan
anakku paling cuma susu aja nanti anakku udah besar, mau sekolah pake apa kalo cuma bertumpu sama suami ku. Makanya kalo bisa sih aku
punya ijazah SMA ya jadi kalo ngelamar kerja di pabrik masi bisa diterima. Kawan-kawan ku , tetangga ku juga banyak kok yang kerja di
pabrik, malah kehidup
an orang itu lebih dari cukup. Bisa beli ini itu”.
Selain pendapat di atas, ada pula pendapat lain yang menurut informan berikut sekolah menurutnya penting untuk kesuksesan masa depan. Namun, tidak
seperti informan sebelumnya yang tidak putus asa untuk tetap menamatkan pendidikannya. Pada informan berikut ini, mereka hanya pasrah dan
menggantungkan hidupnya pada nasib dan kebutuhannya pada sang suami. Berikut adalah beberapa informan yang beranggapan hal tersebut:
Informan Melati 18 Tahun: “Pendidikan itu ya penting kali. Masa depan kita kan tergantung sama
pendidikan yang kita punya. Kalo tamat SMP paling cuma bisa jadi buruh pabrik, tapi kalo tamatan SMK kan masih ada harapan kerja di kantornya
ntah dibagian computer atau pembukuan. Tapi udah terlanjur kaya gini ya udah terima nasib aja lah. Mau diusahain pun gak tau mau buat apa.
Masa depan di tangan suami aja lah. Dia kan laki-laki jadi dia yang harus tanggung jawab buat nafkahi anak sama istrinya. Selagi dia masih mau
kerja sih sampe sekarang ini masih aman-aman aja, tapi kalo kedepannya ntar kaya gimana kan kita gak ada yang tau rezeqi kita gimana. Semua
kan udah di atur sama Allah”.
Universitas Sumatera Utara
Informan berikut juga mengatakan pendapat serupa dengan informan sebelumnya. Ini adalah pendapat dari informan Seroja 18 Tahun:
“Kalo menurutku ya sekolah itu penting kali lah. Mau jadi apa kalo gak sekolah kaya gini. Aku kalo gak karena laki-laki itu aja sekarang masi
sekolah. Tapi cemana lagi nasi udah jadi bubur. Sekarang lagi aku udah cerai sama suamiku, jadi aku sekarang kerja sendiri buat beli jajan
anakku. Untung orang tua sama kakak dan abangku saying sama anakku, jadi kalo kakak ku misalnya beliin baju buat anaknya, dia inget sama
anakku. Anakku nanti dibeliin juga sama dia. Pokoknya kaya sama anaknya sendiri lah. Tapi gak mungkin orang tua sama saudara-
saudaraku mau biayain anakku terus. Jadi ya aku lebih baik sekarang kerja, uangnya ku tabung sikit-sikit buat anakku. Kalo aku sekolah, aku
uang dari mana? Mendingan aku kerja dapet uang, dari pada sekolah harus ngeluarin uang. Lagian kalo untuk sekolah anakku dan kebutuhan
lainnya nanti ku susru minta sama bapaknya. Dia dulu yang pengen kali punya anak kok sampe gak mikir kejadiannya gimana nanti, jadi dial ah
yang harus tanggung jawab sama semua kebutuhan anaknya sampe besar nanti. Kalo aku sih masi muda, yang lajang pun masi mau samaku, aku
pun bisa cari makan kalo cuma buat aku aja jadi gak perlu takut gak bisa
makan”.
Begitu pula pandangan dari informan Mawar 18 Tahun: “Yah, pendidikan itu penting pastinya. Masa depan kita ditentuin dari
pendidikan kita. Kalo mau jadi kuli ya tamat SD juga udah bisa. Tapi siapa yang mau jadi kuli, kerja capek penghasilan pas-pasan. Kalo
pengen kerja yang enak ya harus punya pendidikan yang tinggi juga. Tapi mau gimana lagi, kalo sekarang ditanya soal sekolah aku nyesel aja
bisanya, kenapa dulu aku sia-siain. Sekarang udah jadi mamak ya udah terima aja lah. Paling nanti kalo anakku udah agak besar, udah bisa
ditinggal sama neneknya aku coba ngelamar kerja di pabrik-pabrik, mana tau rezeqi ku kan Alhamdulillah. Kalo sekarang mau gimana-gimana
hidupku kedepannya ya udah jalani aja”.
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh para informan pelaku seks bebas, maka diketahui bahwa pendidikan adalah hal yang sangat penting dan
sangat berpengaruh pada kehidupan mereka kelak. Tiga dari enam informan
Universitas Sumatera Utara
berpendapat bahwa pendidikan harus diteruskan dan diselesaikan. Mereka bertekat untuk tetap melanjutkan pendidikannya dan ingin bersekolah lagi jika
mereka mendapatkan kesempatan. Namun, tidak semua informan berpendapat sama. Walau pun pandangan semua informan hampir sama yang mengatakan
pendidikan itu sangat penting bagi kehidupan dan kesuksesan di masa yang akan datang, tetapi diantara mereka ada yang tidak mencoba untuk melanjutkan
sekolahnya dan hanya pasrah dengan kenyataan dan bagaimana kehidupannya yang akan datang, serta ada pula informan yang beranggapan lebih baik bekerja
karena dapat menghasilkan uang dari pada melanjutkan sekolah yang harus mengeluarkan uang untuk segala kebutuhannya.
Universitas Sumatera Utara
PENUTUP BAB V
5.1. Kesimpulan
Kehamilan di luar nikah dan putus sekolah di kalangan remaja ditemukan di Desa Patumbak 1 Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang.
Kehamilan di luar nikah dan putus sekolah adalah bentuk dari tindakan menyimpang yang dilakukan oleh para remaja putri. Remaja adalah para
generai penerus bangsa sebagai bibit baru yang seharusnya mampu belajar dalam melihat, memilih, membatasi, menerapkan, dan menanamkan pada
dirinya nilai-nilai dan norma poitif dan menjauhkan diri dari hal-hal negatif yang ada di masyaraka.
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sikap permisif masyarakat dalam menyikapi masalah kehamilan di luar
nikah pada remaja. Hal ini terbukti dengan terjadinya penyimpangan sekunder dimana penyimpangan tersebut tidak disikapi walau pun
masyarakat tahu akan masalah tersebut dan merasakan keresahannya. 2.
Kurangnya kontrol sosial orang tua terhadap media masa elektronik adalah penyebab terjadinya kenakalan remaja terutama mengenai kehamilan di
luar nikah. Di mana media masa sering memperlihatkan adegan pornografi atau pun mudahnya para remaja mengakses film-film porno sehingga para
Universitas Sumatera Utara