Wanita kelahiran tahun 1987 ini merupakan salah satu penduduk di Desa Patumbak 1, tepatnya di dusun IV Emplasment. Ia tinggal bersama
seorang ayah yang bersuku minang dan seorang ibu bersuku karo, serta dua adik perempuan yang masing-masing berusia 23 dan 22 tahun. Ia
berprofesi sebagai PNS dan beragama Islam.
4.3.Temuan Data Penelitian Terhadap Remaja Yang Hamil di Luar Nikah dan Putus Sekolah
4.3.1. Pandangan Masyarakat tentang Kehamilan di Luar Nikah pada Remaja Putri
Memed Humaedilla Karim, 2008 mengemukakan bahwa penyimpangan- penyimpangan kaedah sosial dan norma agama dalam hal
hamil di luar nikah, dikarenakan ketidak mampuan yang bersangkutan menahan diri sehingga norma apapun dilanggarnya. Ini terjadi di kalangan
anak muda karena mereka di bawa hanyut oleh jiwa yang gandrung untuk bertindak dahulu, berfikir kemudian, maka akibat dari ketidak mampuan
menahan diri, banyak remaja melakukan hubungan badan sebelum nikah yang berujung pada kehamilan.
Berikut ini adalah hasil wawancara dengan beberapa informan mengenai pandangan masyarakat tentang kehamilan di luar nikah yang
terjadi pada para remaja.
Universitas Sumatera Utara
Informan TA 29 Tahun: “Kalau di hukum pemerintah saja kalau laki-laki dan perempuan
sudah suka sama suka itu sah. Namun, kita kan tidak hanya menggunakan satu peraturan. Jika menurut agama Islam jika laki-
laki dan perempuan melakukan hubungan suami-istri sebelum adanya pernikahan yang sah atau ijab kobul maka hubungan
tersebut adalah haram. Maka jika hubungan mereka saja sudah haram, maka apabila mereka menghasilkan anak, anak tersebut
juga dapat dikatakan sebagai anak haram. Oleh karena itu, ketika si anak hasil pernikahan yang tidak sah tersebut menikah,
walinya pun harus diwakilkan oleh paman atau saudara laki-laki dari ibu. Apabila pasangan tersebut menikah pada saat si wanita
hamil itu juga tidak sah sehingga harus dilaksanakan pernikahan kembali setelah si wanita melahirkan agar pernikahan mereka sah
dan apabila suatu saat si wanita mengandung kembali, anak yang
dikandungnya tersebut adalah sah”.
Lain orang, lain pandangannya. Hal tersebut lah yang tampak pada informan Tulip 46 Tahun yang berpendapat berbeda dengan pendapat informan
sebelumnya:
“Kehamilan di luar nikah mengakibatkan seorang anak itu tidak ada harga dirinya di mata masyarakat dan di mata keluarga, sehingga anak
tersebut merasa rendah diri di mata masyarakat. Artinya hamil tersebut
membahayakan kondisi anak yang hamil tersebut”.
Begitu pula dengan informan TS 37 Tahun yang memberikan pendapat seperti berikut:
“Menurut saya hal tersebut menyedihkan ya, merusak jiwa dan citra anak itu sendiri. Kalau pacaran itu ya sah-sah saja namanya juga masih masa
puber. Tapi harus ada batasannya. Kalo pacaran yang biasa-biasa aja jangan lah sampai di luar batas. Bagi siswi yang sudah hamil biasanya
putus atau tidak sekolah mereka tergantung rentan kehamilan dengan waktu sekolah mereka. Jika mereka masih kelas satu atau dua SMP atau
SMA, biasanya mereka akan putus sekolah, tapi jika siswi tersebut sudah kelas tiga SMP ataupun SMA biasanya mereka akan tetap
mempertahankan sekolah mereka. Namun, ada juga memang siswi
Universitas Sumatera Utara
tersebut yang tidak mau lagi masuk sekolah karena mereka terlalu malu dan tidak kuat menerima ejekan dari teman-temannya. Sehingga siswi
tersebut menghentikan pendidikan mereka”.
Hal serupa dengan pandangan informan TS 37 Tahun, informan LY 28 Tahun juga mengartikan kehamilan di luar nikah adalah suatu yang meresahkan
karena para pelaku sudah kehilangan moralitas pada dirinya. Seperti ini lah ungkapan yang dinyatakan oleh informan LY:
“Kehamilan di luar nikah merupakan suatu hal yang sangat meresahkan. Artinya moral pada para remaja tersebut sudah hilang. Sehingga mereka
tidak mempermasalahkan segala hal yang berdampak buruk di kemudian hari baik secara fisiknya atau pun mentalnya. Selain itu mereka juga
sudah mencoreng nama baik keluarganya di mata masyarakat, mereka telah menghilangkan kehormatannya, baik itu kehormatan pada dirinya
sendiri maupun kehormatan pada keluarganya. Tapi gimana lah, anak- anak itu juga gak salah, karena terkadang orang tuanya tidak perduli
sama prilaku anaknya. Kalo misalnya orang tuanya tegas, pasti anaknya takut buat salah. Kalo kami kan orang lain, kami mau menghakimi juga
gak ada hak. Pemerintah desa lah yang berhak mutusin sanksi apa yang harus diberikan kepada remaja yang berbuat hal tersebut, jadi remaja-
remaja yang lain takut berbuat seperti itu karena memikirkan apa sanksi yang diterima kalo berbuat atau melakukan hubungan di luar nikah apa
lagi sampai hamil”.
Berbagai macam pengertian yang diartikan masyarakat tentang kehamilan di luar nikah. Berikut adalah hasil wawancara dengan informan DP 56 Tahun
yang mengartikan kehamilan di luar nikah seperti berikut ini:
“Kehamilan di luar nikah itu adalah kehamilan yang terjadi sebelum nikah, sebelum melaksanakan pernikahan mereka tersebut sudah hamil
duluan. Maka itu lah yang dikatakan dengan kehamilan sebelum nikah. Pada saat ini, khususnya pada kaum remaja hal ini banyak tejadi yang
dikarenakan pergaulan mereka terlalu bebas maka terjadilah kehamilan di luar nikah. Bisa juga terjadi karena orang tua yang kurang
memperhatikan tentang kondisi atau tentang keadaan anaknya tersebut.
Sehingga si anak tidak sepenuhnya disalahkan dan bersalah”.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil wawancara diketahui bahwa sebenarnya mayarakat di Desa Patumbak 1 saat ini semakin resah dengan masalah yang banyak terjadi pada
remaja-remaja khususnya remaja perempuan. Namun, masyarakat umum, guru, dan tokoh masyarakat tidak ingin menghakimi para remaja tersebut karena mereka
berpendapat pemerintah desa lah yang lebih layak menentukan sanksi dan hukuman bagi remaja yang melakukan pelanggaran terhadap norma dan nilai yang
ada di masyarakat. Para penduduk tidak ingin menghukum remaja-remaja tersebut karena akan di anggap tidak berhak atau terlalu mencampuri urusan keluarga pada
keluarga yang bersangkutan dengan masalah tersebut. Dalam hal ini, resah saja tidak cukup menyelesaikan masalah apabila tidak adanya ketegasan bagi remaja
pelaku seks bebas oleh seluruh masyarakat dan pemimpin desa. Sehingga yang terlihat di desa ini adalah kebenaran bahwa adanya penyimpangan sekunder
dimana penyimpangan tersebut dengan tidak disengaja mendapatkan dukungan. Maksusud dari kata mendapatkan dukungan adalah dengan tidak adanya
pemberian sanksi kepada mereka yang melanggar nilai dan norma yang ada di masyarakat atau bisa dikatakan juga sebagai sikap permisif masyarakat terutama
dalam penelitian ini adalah kehamilan di luar nikah pada remaja.
4.3.2. Pandangan Masyarakat terhadap Penyebab terjadinya Kehamilan Di Luar Nikah pada Remaja Putri