Kontrol sosial dapat efektif di dalam keluarga apabila sang anak mendapatkan pengajaran yang baik, misalnya orang tua akan memberikan hukuman ketika
anaknya melakukan kesalahan. Namun, ketika orang tua kurang peduli terhadap kesalahan yang dilakukan seorang anak, maka anak tersebut akan tumbuh menjadi
individu yang kurang baik pula. Kemudia solusi yang ketiga yaitu berupa tindakan-tindakan tegas yang diambil oleh pemerintah desa dan harus dijalankan
serta dipatuhi seluruh masyarakat untuk mencegah masalah kehamilan di luar nikah pada remaja khususnya, selaku pemimpin di desa terkait. Pemberian sanksi
bagi pelaku tindak kejahatan merupakan solusi terpat dengan tidak memandang status yang ada di masyarakat. Karena dengan adanya sanksi tegas yang ketat
serta tegas, maka masyarakat pun takut untuk melanggarnya sehingga segala jenis kejahatan yang ada di Desa Patumbak 1 dapat tercegah dan terselesaikan.
4.3.4. Peran Keluarga dalam Mencegah Perilaku Seks Bebas pada Remaja
Masalah kehamilan di luar nikah kini semakin sering terjadi di setiap wilayah. Namun, disadari atau tidak hingga saat ini belum terdengar adanya
tindakan berupa sanksi tertulis maupun lisan yang diberikan kepada setiap masyarakat khususnya para remaja yang melanggar nilai dan norma yang telah
ada sejak dahulu, sehingga para remaja pun menganggap keadaan ini bukan sebuah masalah yang serius. Hal ini lah yang menyebabkan masalah kehamilan di
luar nikah pada para remaja pelajar menjadi sering terjadi dan tak asing lagi terdengar. Oleh karenanya, para orang tua saat ini harus bersikap tegas kepada
anak-anak mereka agar mereka nantinya tidak menjadi pelanggar nilai dan norma
Universitas Sumatera Utara
seperti yang terjadi dengan para remaja saat ini yang merasa hamil di luar nikah adalah sesuatu yang biasa dan sudah ngetrend. Peran orang tua sangat diperlukan
untuk menghindari masalah kenakalan remaja yang sedang marak saat ini. Maka, para orang tua harus mengajarkan nilai-nilai dan norma yang ada di masyarakat
dengan memberikan pendidikan agama di dalam keluarga. Selain itu, membimbingan para anak-anaknya khususnya dalam hal ilmu tentang seks agar
para anak tidak mendapatkan pengetahuan seks yang salah. Setiap orang tua juga harus melihat perkembangan diri pada anak-anak mereka serta memberikan
perhatian agar para anak tidak mencari perhatian di luar yang mengakibatkan anak mudah terpengaruh dengan pergaulan bebas. Dengan cara memberikan perhatian,
memberikan pelajaran mengenai seks, dan mengajarkan pendidikan agama dalam kehidupan sehari-hari kepada anak-anaknya, membuat para anak khususnya ketika
sudah remaja sudah dibekali dengan nilai-nilai kebenaran dan mengerti akan norma yang harus ditaati di dalam setiap masyarakat. Sebaliknya, jika hal tersebut
tidak dilakukan oleh para orang tua maka sang anak merasa tidak diperdulikan sehingga ia akan mencari perhatian diluar atau dari orang-orang sekitarnya yang ia
rasa lebih memperhatikannya. Dengan demikian, sang anak pun akan mudah terpengeruh oleh pergaulan bebas dan dengan mudah melakukan kenakalan. Di
tambah lagi nilai keagamaan mereka yang kurang sehingga ia tidak mengetahui mana yang benar dan yang salah sehingga dengan tidak disenga ia telah
melanggar nilai dan norma yang ada di masyarakat. Berikut ini adalah hasil wawancara dengan informan mengenai peran orang tua dalam mencegah perilaku
seks bebas pada anak-anaknya.
Universitas Sumatera Utara
Informan TA 29 Tahun.
“Sebagai orang tua itu harus mengajarkan pendidikan agama yang kokoh dan tegas. Nilai-nilai tentang agama dulu yang didahulukan. Karena kalo
sang anak udah punya pedoman agama yang kuat, dia pasti tau mana yang salah dan yang benar. Sehingga ketika seorang anak dihadapkan
dengan berbagai kejahatan atau kenakalan para remaja khususnya dalam pergaulan bebas, dia akan menolak. Dia juga akan memilah serta memilih
dengan siapa dia harus b
erteman”.
Hal serupa dengan yang diutarakan oleh informan DP 56 Tahun, yang mengatakan hal berikut ini:
“Orang tua seharusnya lebih memperhatikan segala perkembangan pada anaknya. Orang tua harus mengajarkan nilai-nilai agama yang pasti
dengan mengajarkan dan mengajak si anak sholat dan mengaji, karena kalo dia ingat terus sama Allah, dia merasa diawasi sama Allah, dia pasti
akan takut berbuat salah. Kemudian memberitahukan pendidikan dan pengetahuan tentang reproduksi baik kepada anak laki-laki atau pun anak
perempuannya. Kemudian orang tua juga harus mendekatkan diri sama anak-anaknya, sering-sering ngobrol sama anak sehingga si anak terbiasa
bercerita sama orang tua tentang semua hal. Jadikan diri kita sebagai orang tua dan teman bagi anak-anak kita. Sehingga orang tua tau dengan
siapa si anak berteman, bagaimana jika dia di luar rumah tanpa pengawasan orang tua, karena berteman juga harus tau dengan siapa
karena kalo dibiar-biarkan saja dia berteman ntah sama siapa-siapa takutnya bisa terpengaruh sama temannya. Berteman sama anak baik-baik
lah”.
Setiap orang tua menginginkan agar anaknya menjadi seseorang yang baik. Namun, pada kenyataannya sebesar apa pun usaha orang tua berusaha,
pergaulan di luar rumah lebih besar pengaruhnya terhadap perkembangan seorang anak. Hal tersebut terbukti dengan adanya penuturan dari informan berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Informan TS 37 Tahun: “Kalau saya ditanya sebagai orang tua cemas juga, karena takut anak-anak
saya terpengaruh dengan kenakalan remaja. Terkadang orang tua sudah lelah mengajarkan dan menasehati sang anak, tapi memang anak-anak
sekarang yang luar biasa nakalnya. Sampai mulut berbusa pun kadang anak gak perduli. Karena di luar sana pengaruh dari kawan-kawannya lebih besar.
Kalo masih kecil dulu masih bisa dibilangi, diajarin, dikasi tau mana yang baik, mana yang buruk, tapi kalo udah agak besar sikit, apa lagi udah tau
bekawan, udah lah orang tua mana bisa lagi ngontrol anak-anaknya. Sampe
kejadian hamil gitu orang tua pasti sedih, malu, kecewa, karena anaknya udah mencoreng nama baik keluarganya. Tapi terkadang ada juga orang tua
yang bangga anaknya hamil pada hal semua orang tau anaknya masih sekolah. Kalo kaya gitu orang tuanya yang aneh, udah tau anaknya hamil
pada hal belun nikah, nanti ada pula orang tuanya sengaja malah dipestakan besar-besaran anaknya itu, jadi masyarakat yang undangan kan jadi banyak
yang tau kalo anaknya nikah karena hamil. Bukannya di tutup-tutupi malah di umbar-umbar. Jadi remaja-
remaja yang lain pun beranggapan yang sama”.
Informan Tulip juga berpendapat hal demikian. Berikut adalah hasil wawancara dengan informan Tulip 46 Tahun:
“Kalo nasehati anak ya saya udah capek. Setiap saat di suruh sholat cuek apa lagi ngaji. Ikut remaja mesjid kalo wirit kebanyakan ngobrolnya.
Waktu masih kecil pun dulu udah di masukan kepengajian jadi apa yang kurang coba usaha orang tua ini? Udah di bilangin berkali-kali kalo sama
laki-laki bekawan boleh tapi jangan terlalu deket. Apa lagi kita perempuan, kalo udah mens kita bisa hamil kalo terlalu deket sama laki-
laki. Kita perempuan harus jaga kehormatan kita biar dihargai sama laki- laki. Jangan sampek lah kejadian kaya yang lain. Setiap saat sudah saya
bilangin “jangan macem-macem ya kak, jangan buat malu mamak sama bapak”. Tapi kita kalo anak diluar rumah katanya mana bisa ngawasi.
Memang saya pun ngerasa bersalah, karena ngasi kepercayaan sama anak saya. Kalo misalnya malem minggu dia mau main-main ketempat
temennya kan gak mungkin gak saya kasi, misalnya gak dikasi kasian juga anaknya, dia kan juga mau main-main kaya kawan-kawannya juga masa
gak boleh. Lagian kawannya juga rumahnya deket rumah kami. Tapi di rumah kawannya itu dia kemana-mana sama kawannya kan saya gak tau.
Paling dibilangin anaknya pulangnya jangan malem-malem kak, jam 10
Universitas Sumatera Utara
udah di rumah. Kalo di rumah masih bisa diawasi tapi kalo udah sampe luar, kalo misalnya si anak sekolah, pulang nanti telat kalo ditanyai
katanya “habis ngerjai tugas mak”, masa anaknya mau disalahkan. Orang anak-anak sekarang lebih pinter udah dari pada orang tuanya, jadi
dinasehati cemana pun mana di rengges. Di iya kan tok, tapi ora dikerjain. Udah gitu tontonan zaman sekarang pun asik ngomongin soal
cinta. Anak masih SD udah dikasi peran dewasa, udah suka-sukaan. Gak di kasi nonton cemana, dari pada dia ngeluyur bagusan di rimah nonton
tv. Hp pun gitu, gak kita kasi nanti kita susah ngubungi dia kalo mau tau dia dimana, terpaksa dikasi. Mau diperiksa, saya aja gak tau maini Hp.
Cuma bisa ngangkat sama nelephon aja. Belum lagi warnet, gak tau juga si anak ngapain diwarnet. Jadi orang tua udah susah lah ngontrol anak-
anaknya. Semakin canggih zaman semakin susah orang tua ngawasi anak- anaknya. Sampe akhirnya kejadian, udah lah cemana lagi mau di bilang.
Udah cukup-
cukup dinasehatin”.
Berbeda dengan informan-informan lainnya, informan yang satu ini memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda mengenai hal ini. Berikut ini
adalah penuturan dari informan LY 28 Tahun:
“Keluarga itu adalah tempat dimana seorang anak mendapatkan segala macam pendidikan, baik pendidikan agama, pendidikan umum, pendidikan
bermasyarakat, semua sebernya harus di ajarkan oleh orang tua. Tapi yang ada sekarang anak sama orang tuanya sama aja. Sementang anaknya
disekolahin, anaknya udah tau semua dari sekolah. Udah gitu dirumahnya pun orang tuanya pun jarang sholat, gak pernah ngaji di rumah, mamaknya
taunya ngobrol sama tetangga, nggosipin anak orang, bapaknya main judi, marung di warung kopi bahas togel, kalo udah di rumah orang tuanya
berantem cemana anaknya pun gak kaya gitu. Buah gak jatuh jauh dari orang tuanya kok. Gak pernah diajari yang baik-baik, diajarinya yang buruk aja
gimana anaknya mau jadi orang baik. Anaknya dimana, kemana, sama siapa, udah makan apa belum, orang tua gak tau. Gitu anaknya hamil gak ada
suaminya disalahin, mana bisa. Malah dipestain besar-besaran, berarti kan
bangga orang tuanya anaknya kaya gitu. Kalo gitu kan orang tuanya yang salah, salah sesalah salahnya kenapa anaknya dibiarian aja mau cemana-
mana pun dia”.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil wawancara diatas diketahui bahwa sebagaian para orang tua telah memberikan pengajaran dan berperan menjadi orang tua yang baik bagi anak-
anaknya. Namun, pergaulan yang sangat luas sangat mempengaruhi sang anak untuk melakukan kejahatan salah satunya seperti pergaulan bebas pada remaja.
Pada hasil penelitian sebelumnya juga diketahui data yang menunjukan bahwa teman bermain sangat mempengaruhi pergaulan sang anak di luar rumah. Namun
kontrol orang tua juga dibutuhkan dalam hal ini agar orang tua tahu dengan siapa sang anak bergaul, sehingga dapat terhindar dari pergaulan bebas. Selain itu,
diketahui juga dari salah satu informan bahwa kenakalan pada anak dan pergaulan bebas yang terjadi akibat didikan orang tua yang salah. Orang tua tidak
memberikan apa yang dibutuhkan sang anak, dengan kata lain orang tua tersebut tidak menjalankan peran sebagai orang tua yang baik. Orang tua tidak mampu
menjadi seseorang yang dapat mencontonkah hal-hal baik pada anaknya, sebaliknya sang anak selalu dihadapkan dengan perilaku yang melanggar norma
seperti mabuk dan berjudi sehingga sang anak tidak mengetahui mana hal yang baik dan buruk, benar dan salah, serta yang hina maupun yang tidak hina.
4.3.5. Alasan Pelaku Seks Bebas Putus Sekolah