Diagram 8. Hubungan Kekerabatan Elit Komite Cileunyi Kidul
Ket: 1. KH. Kholil
2. Bpk. H. Abdul Hamid mantan Kades 3. KH. Athoillah
4. Bpk. Oman, Prn. 5. KH. Afandi
6. KH. Uun Fanhur 7. Drs, Iin Zainal A. RW
8. Bpk. Awo ketua Yayasan Madani 9. Bpk. Iwan mantan Kades
10. Bpk. E. Djaenudin mantan Kades 11. Bpk. Dede ketua YAPEMPA
12. Ustd. Dede A. Kholik ketua Karang Taruna
Komite Pembentukan Desa Cileunyi Kidul dalam perjalanannya menemui kebuntuaan. Kebuntuan tersebut selain disebabkan oleh kebersikukuhan aparatur
Desa Cileunyi Wetan yang tidak mau melepas wilayahnya, juga disebabkan oleh konflik internal komite yang akan dibahas di bawah ini.
D. 2. Konflik Antara Ke-RW-an dan Karang Taruna: Tarik Menarik
Antara Kesetiaan Terhadap Rumpun Keluarga VS Kepentingan Pragmatis.
Karang Taruna kampung Panyawungan yang vacum sekitar tahun 2005 sampai dengan 2008 kembali aktif pada awal tahun 2009 di bawah kepemimpinan
ustadz Dede Abdul Kholik. Walau di usianya yang masih dini, peran karang taruna dalam pemberdayaan dan pengembangan generasi muda dapat dikatakan
berhasil . Di bawah kepemimpinan kharismatis ustadz Dede, anak muda tidak hanya digiring ke arah berdaya cipta tetapi juga mampu digiring ke arah
keagamaan. Dari keberhasilannya, organisasi tersebut mendapat sambutan hangat baik dari pihak ke-RW-an maupun dari masyarakat luas.
Banyak agenda-agenda publik yang diselesaikan dari hasil kerjasama antara ke-RW-an dan karang taruna. Kemesraan ke-RW-an dan karang taruna
terjalin terutama pada saat bekerja untuk Komite Pembentukan Cileunyi Kidul seperti telah disinggung di atas. Namun seiring perjalanannya, peran Karang
Taruna semakin jauh menembus pemberdayaan tenaga kerja, bargaining usaha dan lain-lain. Kepopuleran Karang Taruna bahkan mampu melangkahi
kepupuleran ke-RW-an yang merupakan mitra masyarakat dalam bernegara. Benih-benih konflik antara Karang Taruna dan ke-RW-an mulai tampak
ketika kasus sengketa tanah yang menimpa Perum Mutiara Cileunyi yang menjadi bagian RT kampung Panyawungan. Ke-Rw-an bersikukuh ingin mengambil jalur
hukum untuk menggugat bapak Idris yang telah memenangkan gugatannya terhadap pihak develover, sedangkan Karang Taruna mengajak jalur dialog
dengan bapak Idris yang sudah berkali-kali diputus menang oleh pengadilan untuk meringankan beban debitor perumahan. Dalam permasalahan tersebut ternyata
opini dan ajakan Karang Taruna lah yang diikuti oleh masyarakat Perum Mutiara Cileunyi RT. 09.
Perpecahan atau konflik antar ke-RW-an dan Karang Taruna semakin memanas ketika datangnya PT. Global Agro Semesta yang ingin mendirikan
pabrik pengembangan mikroba untuk keperluan agro bisnis. Rencananya, PT. GAS akan mendirikan pabriknya di wilayah RT. 01 yang merupakan areal padat
penduduk. Lahan yang rencananya akan digunakan adalah lahan bekas pabrik kerupuk atas hak milik Hj. Maskanah yang merupakan anak KH. Affandi.
Pada saat itu, pemilik PT. GAS yaitu bapak Roky meminta kepada Ustadz Dede Abdul Kholik yang merupakan ketua Yayasan Lingkar Santri Nusantara dan
ketua Karang Taruna untuk mensukseskan programnya. Kemudian ustadz Dede Abdul Kholik meminta kepada Karang Taruna dan
Yayasan Madani di bawah pimpinan Bapak Awo untuk turut serta dalam memediatori PT. GAS dan masyarakat. Kesadaran akan pentingnya posisi
pesantren di masyarakat, maka pada tanggal 12 Februari 2010, jajaran direksi PT. GAS yang ditemani oleh karang taruna bersilaturahmi ke pesantren. Pada saat
mereka bersilaturahmi, sesepuh pesantren yaitu KH. Athoillah sedang berada di luar kota. Kemudian rombongan memutuskan untuk berziarah ke makam KH.
Kholil. Entah bagaimana kebenarannya, konon pada saat berziarah kubur, bapak
Roky yang dikabarkan mu’alaf oleh masyarakat mengalami semacam ektase. Beliau meminta kepada ustadz Dede Abdul Kholik untuk mengantarkanya ke
sebelah utara dari perkomplekan pondok yang merupakan tempat pembuangan sampah dengan keadaan yang sangat kumuh. Ia menyayangkan keberadaan TPS
tersebut yang mengganggu keasrian infrastruktur pondok. Esok harinya, rombongan kembali datang ke pesantren dan bertemu
dengan sesepuh pondok. Selain untuk meminta ijin mendirikan pabrik, bapak Roky juga menawarkan banyak sekali bantuan dan kerjasama dengan pihak
pesantren. Salah-satu bantuan yang akan diberikan terhadap pesantren adalah
kesiapan b selesai.
De Ng
sa uru
Per Taruna un
Ro merupakan
mendatang hal-nya d
pabrik PT penduduk
bapak Roky
ewek mah t gan lamun ja
aya tidak m usan pemeri
rnyataan K ntuk dapat m
Bap
ombongan n pimpinan
gi bapak Iin engan pesa
T. GAS den serta berde
21
U Taruna dan
Ucapan KH. A keluarga pesa
y untuk mem
teu bisa ng ang kaalusa
mempunyai intah, namu
KH. Athoilla mensukseska
ak Roky T
PT. GAS n yayasan
n untuk men antren, piha
ngan alasan ekatan deng
Athoillah yan antren. Observ
mbangun T
gijinan, da an mah sok
kewenanga un bila itu un
ah tersebut an program
Gam Tengah Ber
dan Kara Madani s
ngurus perij ak RW bes
pabrik ters an pesantre
g dikutip oleh vasi di Bumi S
TPS segera s
anu karari dido’akeun
an untuk m ntuk kebaik
segera men mnya.
mbar 7. sama Tokoh
ang Taruna sekaligus a
inan pemba erta jajaran
sebut berdir n.
h ustadz Dede Seuweu Putu,
setelah bang
tumah urus n…
21
memberikan kan saya tur
njadi kekua
h Ulama Se
a serta bap adik kandu
angunan pab nya menola
ri di atas li
e pada sebuah Bandung 02 M
gunan pabr
san pamare n ijin, itu a
rut mendoak atan bagi K
etempat
pak Awo ung bapak
brik. Namun ak pembang
ingkungan iknya
entah. adalah
kan. arang
yang RW,
n lain gunan
padat
h pertemuan K Mei 2010
Karang
Beberapa kali Karang Taruna dan yayasan madani mencoba melobi pihak ke-RW-an untuk memberikan ijin mendirikan pabrik. Salah-satu usaha yang
dilakukan adalah dengan mencoba mendudukan permasalahan secara bersama- sama yang diadakan di rumah makan Sukahati pada tanggal 20 Februari. Dalam
pertemuan rencananya akan dihadiri oleh pihak PT. GAS, Karang Taruna, Aparat Desa, ke-RW-an, pihak Pesantren, dan tokoh masyarakat.
Namun pertemuan itu pun mengalami jalan buntu akibat pihak ke-RW-an tidak mendatangi pertemuan tersebut dan itu adalah tanda bahwa pihak ke-RW-an
bersikukuh dengan pendiriannya. Namun setelah pertemuan tersebut, dengan sepengetahuan dari desa, bangunan pabrik pun mulai didirikan.
Karang Taruna melanjutkan aksi penggalangan dukungan dari masyarakat dengan cara meminta tandatangan dari masyarkat sebagai bentuk dukungan untuk
didirikannya pabrik, penggalangan tanda tangan ini dilakukan oleh ustadz Aim Salim yang merupakan kerabat pesantren. Sementara Karang Taruna giat
mengadakan penggalangan dukungan, pihak ke-RW-an menguatkan barisannya dan mendekati orang-orang yang memiliki pengaruh seperti ustadz-ustadz langgar
yang ada di kampung Panyawungan. Pihak ke-RW-an pun merapatkan diri dengan para muhibbin atau simpatisan pesantren yang khawatir aktivitas pesantren akan
terganggu dengan hadirnya pabrik tersebut. Persaingan galangan masa antara Karang Taruna dan RW terus bergulir
hingga pada tataran perang propaganda untuk membentuk opini publik. Untuk menguatkan propagandanya masing-masing kubu selalu mengaitkan atau
mengklaim nama pesantren. Masyarakat terbelah menjadi kubu Karang Taruna , kubu RW, dan sebagian kecil bersikap netral.
Mengetahui bahwa jabatan RW telah habis dan telah ada dua surat himbauan untuk segera mengadakan pemilihan RW dari pihak desa pada akhir
Desember 2009 dan akhir Januari 2010. Karang Taruna maju setingkat ke arah aksi provokasi dengan membuat panitia pemilihan RW. Panitia pemilihan RW
baru semakin gencar diketengahkan pada masyakarakat terlebih setelah mengetahui telah ada surat himbauan untuk yang ketiga kalinya. Namun dengan
kronologis seperti itu, pihak RW justru menuduh bahwa Karang Taruna dan PT. GAS me-interpensi pihak desa untuk menjatuhkan dirinya.
22
Bagi pendukung RW tindakan Karang Taruna adalah tindakan mengkudeta bapak Iin.
Konflik tersebut terus meningkat hingga pada kontak fisik antara pendukung Karang Taruna dan pendukung ke-RW-an. Bapak Ayi yang
merupakan pendukung Karang Taruna dan ketua panitia pemilihan RW bentukan Karang Taruna di pukul oleh ustadz Ma’mun yang merupakan pendukung ke-
RW-an. Sebaliknya, Karang Taruna memukuli bapak Asep yang di tuduh menyebarkan isu bahwa ustadz Dede mendapatkan uang suap dari bapak Idris
sebesar 200 juta Rupiah. Konflik yang tidak terkontrol mengakibatkan keresahan pada masyarakat
dan menuntut peran pesantren sebagai pemimpin sosial untuk dapat meredam
22
Bapak Iin Zainal Abidin telah 30 tahun menjabat sebagai ketua RW.03 kampung Panyawungan. Jabatanya diterima setelah KH. Athoillah mengundurkan diri dari Ketua RW pada
tahun 1979. Jabatan RW pernah diserahkan pada bapak Aceng pada tahun 1994 namun entah bagaima, setelah beberapa bulan jabatan itu kembali diambil oleh bapak Iin. Pengalihan jabatan
juga terjadi pada tahun 2008 pada bapak Ade Zakaria, namun kembali diambil alih oleh bapak Iin. Sebelum kasus konfllik antara ke-RW-an dan karang taruna mencuat, sebenarnya bapak Iin sudah
mengkaderkan ustadz Cecep untuk menggantikan jabatannya.
konflik yang terus memanas. Rupanya konflik ini pun membuat khawatir baik dari pihak Karang Taruna dan pihak ke-RW-an, namun keduanya masih bersikukuh
untuk terus bertahan dengan pendiriannya masing-masing. Pada tanggal 25 Mei 2010, pihak ke-RW-an mendatangi KH. Athoillah
untuk meminta dukungan moril dan membahas tentang konflik yang sedang terjadi di masyarakat. Bapak Iin siap untuk mengundurkan diri apabila ia di minta
oleh KH. Athoillah untuk mundur, hal itu tentu tidak akan dilakukan oleh KH. Athoillah menimbang posisinya dan konflik yang akan pesantren terima jika KH.
Athoillah melakukan hal itu. Permintaan bapak Iin yang meminta KH. Athoillah untuk bersuara dalam penolakan pendirian pabrik juga tidak mungkin dilakukan
oleh KH. Athoillah mengingat dana besar yang telah dikeluarkan oleh PT. GAS. Pihak pesantren yang semula terlihat agak condong terhadap pihak Karang
Taruna, menarik dan mengganti statmennya. Bagi pihak pesantren jika pabrik itu harus ada dan maslahat bagi umat,
maka kami bersukur. Dan jika pabrik itu tidak ada untuk kemaslahatan umat, bagi kami tidak mengapa
23
Pihak ke-RW-an beserta masyarakat yang pro merencakan demo pada tanggal 27 Mei 2010 bertepatan dengan hari peresmian PT. GAS. Namun demo
itu tidak jadi dilaksanakan mengingat KH. Athoillah menghadiri peresmian tersebut dan banyak ulama ternama dari daerah Jawa Barat yang menghadiri
peresmian tersebut. Rencana demo ternyata bukan hanya dimiliki oleh pihak ke- RW-an, pihak Karang Taruna juga hendak melaksanakan demo terhadap bapak Iin
23
Statmen KH. Athoillah pada saat pihak ke-RW-an datang untuk meminta dukungan, observasi rumah KH. Athoillah, Bandung 25 Mei 2010
yang mereka nilai otoriter, pihak Karang Taruna menganggap apa saja yang tidak berkenaan dengan RW selalu dilabeli oknum.
Gambar 8. Spanduk Dalam Peresmian PT. Global Agro Semesta
Untuk mengakhiri konflik tersebut akhirnya pihak desa turun tangan. Desa memfasilitasi pertemuan antara ke-RW-an dan Karang Taruna. Dalam pertemuan
itu diputuskan bahwa PT. GAS berada di bawah pengawasan pihak ke-RW-an. Selain itu masyarakat juga telah mulai menyadari bahwa konflik antara ke-
RW-an dan Karang Taruna adalah konflik keluarga yang dibawa ke arena masyarakat. Hingga penulis meninggalkan tempat penelitian konflik ini belum
menemui akhir.
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN
Pusat perhatian dalam studi ini adalah keadaan budaya politik masyarakat kampung Panyawungan daerah yang bisa dikatakan sub-urban yang dipengaruhi
oleh tatanan yang telah mapan yaitu kepemimpinan pesantren dan industrialisasi atau sektor modern yang masuk ke wilayah tersebut.
Keberadaan pesantren Nahdjussalam ternyata tidak sesederhana seperti yang banyak peneliti temukan. Pesantren Nahdjussalam mempunyai hubungan
fungsional dengan masyarakat sekitarnya seperti dalam pendidikan agama, kegiatan sosial, kegiatan ekonomi, hingga kegiatan politik.
Masyarakat kampung Panyawungan masih loyal terhadap ikatan primordial dan kekeluargaan. Masyarakat juga menjadikan pesantren sebagai
lembaga kharismatis yang petunjuknya masih dipakai oleh sebagian besar masyarakat.
Industri dengan sektor modernya telah mengubah masyarakat kampung Panyawungan seperti dari masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada
pertanian menjadi buruh industri, mobilisasi masyarakat, interaksi dengan masyarakat pendatang, dan kuantitas informasi. Elemen-elemen disebut
berpengaruh pada struktur dan fungsi sosial masyarakat. Pesantren yang telah mempunyai peran sebagai pemimpin kelompok atau
politik justru melepaskan perannya dan lebih memilih mengambil peran sosial.