AGAMA DAN POLITIK KERANGKA TEORI

dengan sendirinya akan membentuk kesadaran interaksi intersubjektif dalam masyarakat. Masyarakat baik segi-segi nilai maupun fisik, dalam segi nilai, industri akan menghasilkan masyarakat yang berorientasi pada materialis, hubungan fungsional, modern, kompetitif, rasional dan heterogen. Sedangkan kita ketahui bahwa pesantren utamanya salafy adalah lembaga yang memproduksi nilai-nilai seperti kesederhanaan, kebersamaan, tradisional, religius, homogen, akhlak dan nilai-nilai luhur. 19 Dari perbedaan kedua kutub dari nilai-nilai, etika, pemahaman-diri, dan tafsiran cultural tersebut akan mempengaruhi bentuk dari interaksi intersubjektif dalam masyarakat.

C. AGAMA DAN POLITIK

Agama sebagai pengatur hubungan antar manusia dan juga hubungannya dengan Tuhan, pada dasarnya sudah berbekas pada individu, bagaimanapun dalam masyarakat yang sudah mapan atau belum, agama merupakan salah satu struktur institusional mempunyai nilai dan norma penting ang melengkapi keseluruhan sistem sosial. Agama yang menyangkut kepercayaan beserta ritual-ritualnya yang menjadi pengalaman dalam masyarakat sehingga menimbulkan pengalaman tersendiri Penelaahaan terhadap agama merupakan hal yang mesti dilakukan, karena pemahaman bagi pemeluknya sangat beragam dan bermacam-macam, menurut Abdullah, sebagaimana dikutip oleh Imam dan Tobroni, agama merupakan landasan terbentuknya suatu masyarakat yang kognitif. Artinya, agama 19 Ibid, h.2 merupakan awal dari terbentuknya suatu komunitas atau kesatuan hidup yang diikat oleh keyakinan akan kebenaran hakiki yang sama yang memungkinkan berlakunya suatu patokan pengetahuan yang sama. 20 untuk itu dapat dikatakan bahwa pada umumnya orang percaya pada agama yang bersifat holistik sebagai alat untuk mencerna kehidupan. Bahwa agama memberi panduan, nilai, moral, dan etika perilaku dalam bentuknya yang universal. Apa yang diungkapakan dalam definsi prilaku, bahwasanya perilaku tidaklah akan tetap, dan pada suatu saat dapat mengalami pergerakan atau perubahan akan terlihat seiring dengan sosio-kulturalnya dan perkembangan seseorang tersebut. Ada beerapa unsur pokok tujuan politik untuk mendapatkan kekuasaan yang dapat dijumpai pada interaksi sosial antar manusia ataupun antara kelompok yaitu adanya unsur takut. adanya unsur rasa cinta, adanya unsur pemujaan dan adanya unsur kepercayaan. 21 Jadi prilaku politik adalah tingkah laku terorganisir dalam upaya mencapai tujuan politik dengan unsur-unsur yang sistematis, bagi David Easton, perilaku politik pertama terdri dari alokasi nilai-nilai yang kemudian pengapikasianya tersebut bersifat mengikat terhadap masarakat secara keseluruhan. Identifikasi prilaku politik yang menyangkut proses penentuan tujuan- tujuan adalah sebagai berikut: 20 Imam Suprayogo dan Tobroni, metodologi penelitian sosial Agama, bandung: PT. Remaja Rosda Karya, h. 16 21 Uswah, “Agama dan Politik : Studi Kasus Pada Dewan Pimpinan Pusat DppPartai Amanat Nasioanl”, Skripsi S1 Fakultas Ushuludin dan Filsafat, Universitas Islam Negri Jakarta , 2007, h. 30 1. Pengambilan keputusan; 2. Skala prioritas dalam menentukan kebijakan-kebijakan umum; dan 3. Pengaturan dan pembagian sumber alokasi yang ada. Dari ketiga tipe di atas untuk melaksanakanya memerlukan kekuasaan power dan kewenagnan authority, untuk membina kerjasama maupun untuk melaksanakan konflik yang mungkin dalam proses itu akan terjadi. Banyak cara yang dilakukan seseorang dalam menyampaikan tujuannya seperti persuasi dan paksaan. Bagaimanapun agama selalu membayang-bayangi proses kehidupan seseorang. Namun yang menjadi sorotan penting adalah gejala-gejala yang timbul dalam penguasaan sekelompok orang yang berkuasa terhadap berbagai kelompok rakyat banyak yang dipandang sebagai usaha penataan umat.

D. PENGERTIAN BUDAYA POLITIK