Komite Pembentukan Cileunyi Kidul: Aliansi Kepentingan Antar Elit yang Sudah Mapan

permasalahannya tersebut pada pemerintah desa dengan dalih mereka membayar pajak yang sangat besar. Dan desa tidak mampu berbuat apa-apa untuk memperbaiki jalanannya sendiri. 17

D. ARENA KERJA SAMA DAN KONFLIK YANG SEDANG TERJADI

DI MASYARAKAT KP. PANYAWUNGAN D.

1. Komite Pembentukan Cileunyi Kidul: Aliansi Kepentingan Antar Elit yang Sudah Mapan

Berangkat dari analisis terhadap latar belakang geneologis para anggota Komite Pembentukan Cileunyi Kidul, hampir seluruh elit anggota berasal dari keturunan KH. Afandi dan elit lain yang mempunyai kekerabatan dengan rumpun KH. Afandi. Dalam perjalananya, selain menjadi orang-orang kaya di kampung Panyawungan, keluarga besar KH. Afandi juga lama terlibat dan berkecimbung dalam persaingan memperebutkan posisi dan kekuatan politik desa. Yang menarik di Desa Cileunyi Wetan. Banyaknya keturunan KH. Afandi yang menjadi elit baik di tingkat RW, desa, dan kabupaten; dapat dipastikan dalam keluarga KH. Afandi melekat unsur- unsur kuat yang mempengaruhi politik. Unsur-unsur kuat yang melekat pada keluarga KH. Afandi yang penulis temukan di antaranya unsur kekuasaan, status sosial, dan kekayaan. Sedang untuk kekuatan simbolis, para elit dari rumpun KH. Afandi menyandarkan dirinya pada pondok pesantren. Kuatnya hubungan emosional antara rumpun KH. Afandi dan pesantren selain terjalin dari hubungan kekerabatan dan donatur, juga terbangun dari timbal-balik hubungan sosial antar keduanya. 17 Walau tidak ada bukti kuat, tulisan itu penulis ambil dari pernyataan bapak Iin yang menuduh aparatur desa banyak memakan uang cincai dari industri hingga tidak mampu berbuat apa-apa. Komite Pembentukan Desa Cileunyi Kidul pertama kali digagas pada pertengahan 2009 oleh beberapa tokoh masyarakat kampung Panyawungan, di antaranya: Drs. Iin Zainal Abidin ketua RW. 03 kampung Panyawungan, Iwan Miftahul Fallah S. sos mantan Kepala Desa, dan Dede Abdul Kholik ketua Karang Taruna dan ketua Yayasan Lingkar Santri Nusantara. Komite Pembentukan Desa Cileunyi Kidul dilatarbelakangi oleh luasnya wilayah administratif Desa Cileunyi Wetan. Menurut bapak Iin, jika merujuk pada luas wilayah dan jumlah kepadatan penduduk, maka sudah sepantasnya Desa Cileunyi Wetan diadakan pemekaran. Pemekaran Desa Cileunyi Kidul ini sudah sepantasnya dilakukan. Jika melihat pada sejarah pemekaran Desa Cileunyi yang terbagi menjadi Desa Cileunyi Wetan dan Desa Cileunyi Kulon pada tahun 1978, pemekaran menjadi Desa Cileunyi Kidul lebih pantas melihat dari luas wilayah, jumlah penduduk, dan kemandirian peduduk 18 Namun selain alasan di atas, ternyata ada alasan lain yang melatarbelakangi Pembentukan Komite Desa Cileunyi Kidul. Seperti dalam kutipan di bawah ini. Aset terbesar untuk pemasukan Desa Cileunyi Wetan didapat dari wilayah Kp. Panyawungan dengan adanya industri-industri yang berdiri di wilayah kita. Sedang apa yang kita terima, jalanan desa yang rusak menuju daerah kita akibat mobil-mobil berat industri. Desa tidak berani mendesak pihak industri. Ini dapat dimengerti menimbang besarnya pemasukan yang mereka terima dari pihak industri. Bayangkan jika kita bisa menerima Corporate Sosial Responsibility CSR yang jumlahnya mencapai ratusan juta yang diterima oleh Yayasan Saepul Ulum elit al- Jawami, padahal seyogyanya itu merupakan hak kita yang merasakan langsung pahit-manisnya industri. 19 18 Kutipan dari bapak Iin pada sebuah dialog dengan bapak Ruly Keua RW. 23 Perum Abdi Negara, Bandung, 19 Desember 2009, sebagaimana dituturkan oleh bapak Deni sekertaris Karang Taruna 19 Kutipan wawancara mendalam dengan ustadz Dede Abdul Kholik, Bandung, 20 Mei 2010 Para penggagas disebut di atas, terus menyebarkan gagasannya kepada para tokoh masyarakat di lingkungan kampung Panyawungan. Setelah gagasannya mendapatkan respon positif dari masyarakat kampung Panyawungan, barulah mereka menyebarkan gagasan ke wilayah sekitar yang direncanakan masuk dalam wilayah Desa Cileunyi Kidul. Adapun wilayah yang direncanakan adalah sebagai berikut: • RW. 01 kampung Jajaway; • RW. 02 kampung Kara; • RW. 03 kampung Panyawungan; • RW. 04 kampung Pasir Tukul; • RW. 16 kampung Andir; • RW. 17 kampung Bojong Malati; • RW. 18 kampung Sindang Wargi; dan • RW. 23 PERUM Abdi Negara. Gagasan tersebut cepat menyebar setelah mendapatkan respon positif dari Karang Taruna dan pesantren. Karang Taruna mempunyai peranan untuk persuasi masyarakat bawah, sedang untuk persuasi masyarakat atas serta industri, merupakan tugas para penggagas yang memang mempunyai jejaring luas. Bargaining dengan industri menempati posisi yang sangat penting menimbang posisinya yang sanggup memberi pengaruh dalam permasalahan dana. 20 20 wawancara mendalam dengan ustadz Dede Abdul Kholik, Bandung, 20 Mei 2010 Setelah melakukan persuasi yang cukup panjang akhirnya gagasan tersebut berbentuk menjadi komite setelah pertemuan di rumah bapak Ruly pada tanggal 20 Desember 2009 dengan pembentukan struktur sebagai berikut: Diagram 7. Struktur Komite Pembentukan Desa Cileunyi Kidul Pe na siha t K H . U un fa nhur K e tua D rs. Iin Z . A bidin w a kil Iw a n M . Fa lla h Se kre ta ris Bpk. Ruly D e de A . K holik H um as Bpk. O m an Bpk. Aw o A nggota Bpk. Sobirin Bpk. D e de Bpk. A m a d D e rin Bpk. A m a s kembali pada landasan analisis yang telah disinggung di atas, hubungan kekerabatan yang terlihat dalam struktur di atas dapat ditelusuri dalam diagram di bawah ini. Diagram 8. Hubungan Kekerabatan Elit Komite Cileunyi Kidul Ket: 1. KH. Kholil 2. Bpk. H. Abdul Hamid mantan Kades 3. KH. Athoillah 4. Bpk. Oman, Prn. 5. KH. Afandi 6. KH. Uun Fanhur 7. Drs, Iin Zainal A. RW 8. Bpk. Awo ketua Yayasan Madani 9. Bpk. Iwan mantan Kades 10. Bpk. E. Djaenudin mantan Kades 11. Bpk. Dede ketua YAPEMPA 12. Ustd. Dede A. Kholik ketua Karang Taruna Komite Pembentukan Desa Cileunyi Kidul dalam perjalanannya menemui kebuntuaan. Kebuntuan tersebut selain disebabkan oleh kebersikukuhan aparatur Desa Cileunyi Wetan yang tidak mau melepas wilayahnya, juga disebabkan oleh konflik internal komite yang akan dibahas di bawah ini.

D. 2. Konflik Antara Ke-RW-an dan Karang Taruna: Tarik Menarik