Bagaimana hubungan komunikasi dan interaksi sosial yang terjalin antara

Laporan Wawancara Narasumber 1 : Lucky Zainal Status jabatan : Pendiri Arema Arema Fans Club Tempat tanggal wawancara: Rumah Kediaman Lucky, Malang, 15 April 2011 Biodata narasumber: Nama : Lucky Adrianda Zainal Ttl : Malang, 9 Desember 1960 Profesi : Petani, Bisnis Argo Jabatan: Pendiri Arema bersama ayah, Acub Zainal Pemegang saham. Tidak terlibat dalam manajemen

1. Bagaimana hubungan komunikasi dan interaksi sosial yang terjalin antara

bapak dengan Aremania? Jawaban : Itu skripsimu stressingnya di apa? Sekarang kamu berasal dari UIN, harus ada nyerempet-nyerempetnya. Mungkin saya bisa ceritanya begini. Kita flashback ke belakang dulu. Saya mengibaratkan itu begini, bagaimana hubungan antara klub dengan supporter, ada sebuah lukisan, ada kanvas di sini, supporter itu adalah sebuah komunitas dari berbagai macam ras, agama, suku, dan intinya sangat heterogen. Heterogen itu seperti berbagai macam warna untuk lukisan, nah ketika warna tadi itu kita tuangkan ke dalam suatu kanvas. Bersatunya sebuah sepakbola sebagai wadah, dan wadahnya ya kanvas tadi itu. Nah dari itu supporter yang bermacam tadi itu bersatu untuk membuat suatu lukisan yang indah. Dan tujuannya, jadi ketika seorang pelukis itu ingin menuangkan kreativitasnya, tujuan visinya dia itu otomatis akan bertahap sehingga ketika ini menjadi sebuah kesatuan jadilah sebuah lukisan yang bisa dinikmati bukan hanya oleh hanya pelukis saja tapi semua orang juga bisa menikmati. Sama seperti halnya arema, arema bukan hanya bisa dinikmati oleh arema saja, tapi semua orang juga harus bisa menerima itu. Memang belum tercapai tapi sudah menuju ke arah situ, itulah awalnya. Sebelum adanya aremania, supporter arema itu sangat brutal. Bahkan belum ada kebrutalan suporter sepak bola, supporter arema itu sudah lebih dulu yaitu tahun 80an dan awal 90an. Terkenal sekali supporter kita ini memang brutal. Kemudian segera saya dengan beberapa pengurus tokoh supporter, kumpul berkumpul mendiskusikan agar ini bisa menjadi tontonan yang indah. Jadi awalnya seperti itu. Semua berawal tidak selalu bagus, dan ini kita berusaha mejadi sebah lukisan yang indah. Kita membentuk korwil-korwil. Dan disitu kita berikan pemahaman bahwa kita ingin menciptakan tontonan yang indah dimana orang itu datang ke stadion bukan hanya menonton sepak bola tapi juga mendapatkan hiburan. Bukannya saat datang ke stadion jadi seram, dan membuat seluruh toko-toko tutup. Dulu seperti itu, kalo arema main took-toko pada tutup menghindari mereka. Ini harus kita rubah, dengan komitmen. Alhamdulillah dalam waktu yang cepat sekali korwil-korwil mensosialisasikan dan kemudian mulailah supporter arema ini mulai berubah, ditandai ketika arema main pertandingan tersebut menjadi sebuah kenikmatan tersendiri dan termasuk orang sekitar bisa ikut menikmati. Bukan menonton sepak bola saja, orang sekarang itu datang bukan semata nonton bolanya tapi juga nonton suporternya, jadi tujuan kita mudah-mudahan bisa tercapai dan semakin baik, kurang lebihnya butuh waktu tapi ya sama saja dengan orang melukis, itu kan tidak langsung indah, butuh warna di sana-sini, penyempurnaan, akan tetapi visinya sudah tertuang. Nah perjalanannnya memang arema ini kita berikan satu macam karakter, kalo karakter itu dapat kita tanamkan maka akan dikenal bahwa arema itu seperti ni. Kemudian tanpa sadar istilahnya, kita memang berangkat dari hati. Bukan dari organisasi, tapi kita berangkat dari hati. Saling pengertian. Hubungan saya dengan aremania masih sangat dekat. Saya boleh tidak datang tapi tidak mengurangi kedekatan, tidak putus. Saya menganggap arema dengan aremania itu sebuah kesatuan dan saya menganggap itu sebuah karya yang harus kita jaga dan harus kita perbaiki terus. . 2. Seberapa sering intensitas pertemuan antara bapak dengan Aremania?