Absorpsi Perkutan Luka Sayat Penyembuhan Luka

e. Stratum germinativum Lapisan sel basal Merupakan lapisan epidermis yang terdalam yang berbatasan langsung dengan dermis. Terdiri dari sel-sel keratinosit muda. Sel-sel tersebut berada dalam keadaan pembelahan yang aktifcepat Aiache, 1993. 2. Dermis Dermis atau korium tebalnya 3-5 cm, mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe, gelembung rambut, kelenjar lemak, kelenjar keringat dan serabut saraf. Lapisan ini mengandung akhir saraf yang dipengaruhi perubahan suhu dan aplikasi anestetika lokal dan iritasi Anief, 1997. Dermis terdiri dari 2 lapisan yaitu papiler dan reticular. Lapisan papiler merupakan jaringan ikat longgar dengan serat kolagen, terdapat pembuluh darah kapiler dan ujung daraf bebas. Lapisan retikular tersusun dari serat-serat kolagen sebagai penguat lapisan dan serat-serat elastin sebagai peregang lapisan Aiache, 1993. 3. Hipodermis Lapisan subkutan Terdiri dari jaringan lemak dan jaringan penyangga yang berfungsi sebagai bantalan dan isolator panas Anief, 1997.

2.6 Absorpsi Perkutan

Absorpsi perkutan adalah masuknya molekul obat dari luar kulit ke dalam jaringan di bawah kulit, kemudian masuk ke dalam sirkulasi darah dengan mekanisme difusi pasif. Penyerapan absorpsi perkutan merupakan gabungan fenomena penembusan suatu senyawa dari lingkungan luar ke bagian kulit sebelah dalam dan fenomena penyerapan dari struktur kulit ke peredaran darah dan getah Universitas Sumatera Utara bening. Istilah perkutan menunjukkan bahwa penembusan terjadi pada lapisan epidermis yang berbeda Aiache, 1993. Fenomena absorpsi perkutan dapat digambarkan dalam tiga tahap yaitu penetrasi pada permukaan stratum korneum, difusi melalui stratum korneum, epidermis dan dermis, masuknya molekul ke dalam mikrosirkulasi yang merupakan bagian dari sirkulasi sistemik Aiache, 1993. Faktor-faktor yang mempengaruhi penetrasi kulit sangat bergantung dari sifat fisika kimia obat dan juga bergantung pada zat pembawa, pH dan konsentrasi. Perbedaan fisiologis melibatkan kondisi kulit yakni apakah kulit dalam keadaan baik atau terluka, umur kulit, perbedaan spesies dan kelembaban yang dikandung oleh kulit Lachman, 1986.

2.7 Luka Sayat

Luka sayat merupakan suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan tubuh yang disebabkan oleh benda tajam. Luka sayat disebut juga luka insisi yang merupakan jenis luka akut. Luka sayat dapat menimbulkan perdarahan yang melibatkan peran hemostatis dan akhirnya terjadi peradangan Anonim, 2010.

2.8 Penyembuhan Luka

Pada awal terjadinya luka terdapat perdarahan akibat pembuluh darah yang terpotong atau robek dan dilanjutkan dengan peradangan yang merupakan hambatan terhadap kecepatan penyembuhan. Dalam hal ini hemostatis berperan dalam penghentian perdarahan dan selanjutnya akan berlangsung proses peyembuhan luka dalam tiga fase yaitu fase inflamasi, fase proliferasi dan remodeling atau penyudahan Anonim, 2010. Universitas Sumatera Utara Pada hemostatis, mula-mula terjadi vasokonstriksi pembuluh yang cedera sehingga aliran darah dari tempat cedera berkurang. Kemudian hemostatis dan thrombosis mengalami 3 fase yang sama, yaitu: 1. Pembentukan agregat trombosit. Jika diaktifkan oleh trombin, trombosit akan bergumpal dengan adanya untuk membentuk hemostatik. 2. Pembentukan jaringan fibrin yang mengikat agregat trombosit. 3. Disolusi sumbat hemostatik. Inisiasi bekuan fibrin sebagai respon terhadap cedera jaringan dilaksanakan oleh jalur ekstrinsik. Sedangkan jalur instrinsik diaktifkan oleh permukaan bermuatan negative in vitro, misalnya kaca. Kedua jalur menyebabkan pengaktifan protrombin menjadi thrombin dan penguraian fibrinogen, yang dikatalisis oleh thrombin menjadi bekuan fibrin Murray, 2009. Pada proses penyembuhan luka terdapat tiga fase, yaitu: 1. Fase inflamasi Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau merusak organisme yang menyarang, menghilangkan zat irirtan dan mengatur derajat perbaikan jaringan. Adapun tanda-tanda inflamasi dibagi menjadi: a. Rubor kemerahan b. Kalor panas c. Dolor rasa sakit d. Tumor pembengkakan e. Fungsio laesa perubahan fungsi Anonim, 2010 Universitas Sumatera Utara 2. Fase proliferasi Sesudah terjadi luka, fibroblast akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang proliferasi serta mengeluarkan beberapa substansi kolagen, elastin yang berperan dalam membangun rekonstruksi jaringan baru Anonim, 2010. 3. Fase penyudahan Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebihan dan pembentukan jaringan baru. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses penyembuhan Anonim, 2010. Universitas Sumatera Utara BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian meliputi pengambilan sampel, pembuatan ekstrak, pembuatan matriks nata de coco, pembuatan sediaan gel, pemeriksaan gel, pengujian efek penyembuhan luka serta analisis data dengan menggunakan analisis variansi ANAVA dan uji Duncan.

2.1 Alat-alat Yang Digunakan