Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan

f. Indikator kualitas indicators of quality. Indikator ini menunjukkan standar kualitas dari layanan dari layanan yang disampaikan ke kelompok sasaran. g. Indikator upaya indicators of efforts. Indikator ini menggambarkan berapa banyak upaya yang sudah ditanamkam dalam rangka mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. h. Indikator efisiensi indicators of efficiency. Indikator ini menunjukkan apakah sumber daya dan aktivitas yang dilaksanakan guna mencapai tujuan dimanfaatkan secara tepat guna efisien, atau tidak memboroskan sumber daya yang ada dalam upaya mencapai tujuan. i. Indikator dampak indicators of impact. Indikator ini melihat apakah sesuatu yang kita lakukan benar-benar memberikan perubahan di masyarakat. 7. Tahap terminasi. Tahap ini merupakan tahap “perpisahan” hubungan secara formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dilakukan sering kali bukan karena masyarakat sudah dapat dianggap mandiri, tetapi tidak jarang terjadi karena melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran sudah selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan mau meneruskan program tersebut Adi, 2008 : 254-256.

2.3 Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan

Sebelum membahas bagaimana sosial ekonomi dan permasalahan kemiskinan masyarakat nelayan, terlebih dahulu saya ingin menjelaskan Universitas Sumatera Utara defenisi sosial ekonomi baik secara etimologi, maupun pendapat para ahli. Sehingga nantinya dapat difahmi apa yang dimaksut dengan sosial ekonomi. Salah satu faktor yang penting untuk membangun masyarakat yang sejahtera adalah melalui pembangunan ekonomi. Sepanjang sejarah, manusia terus mencari jawaban bagaimana sumber daya bumi ini dapat digunakan dan dibagikan dengan baik. Tambahan pula, masyarakat memerlukan suatu sistem pemerintahan yang dapat memenuhi semua kebutuhan anggotanya. Jawaban masyarakat atas keperluan itu menggambarkan nilai-nilai sosial ekonomi yang diikuti masyarakat ketika itu. Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan, teman. Dalam hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman kerja, teman sekampung dan sebagainya. Dalam hal ini kawan adalah mereka orang-orang yang ada di sekitar kita, yakni yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi satu sama lain. Kata sosial menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Sedangkan dalam konsep sosiologis, manusia sering disebut mahluk sosial yang artinya bahwa manusia itu tidak dapat hidup dengan wajar tanpa orang lain di sekitarnya. Hal ini dapat kita lihat dari pernyataan Soedjono Soekanto: “Dalam menghadapi sekelilingnya, manusia harus hidup berkawan dengan manusia-manusia lain dan pergaulannya tadi akan mendatangkan kepuasan baginya, bila manusia hidup sendiri misalnya dikurung dalam suatu Universitas Sumatera Utara ruangan tertutup sehingga tidak mendengar suara orang lain, maka jiwanya akan rusak” Soekanto, 1990 : 48. Istilah ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa yunani yaiu “Oikos” yang artinya rumah tangga dan “Nomos” artinya mengatur. Jadi secara harafiah, ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Ini adalah pengertian yang paling sederhana. Namun seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas. Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai dangan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status Koentjaraningrat, 1990 : 35. Tingkat sosial merupakan faktor nonekonomis seperti budaya, pendidikan, umur dan jenis kelamin, sedangkan tingkat ekonomi seperti pendapatan, jenis pekerjaan, pendidikan dan investasi. Menurut Melly G. Tan bahwa kedudukan sosial ekonomi meliputi tiga faktor yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Pendapat di atas didukung oleh Mahbud UI Hag dari Bank Dunia bersama dengan James Grant dari Overseas Development Council mengatakan bahwa kehidupan sosial ekonomi dititikberatkan pada pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan dan air yang sehat yang didukung oleh pekerjaan yang layak Susanto, 1984 : 120. Pendapat tersebut dapat diketahui bahwa status sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk mampu menempatkan diri dalam lingkungannya Universitas Sumatera Utara sehingga dapat menentukan sikap berdasarkan atas apa yang dimilikinya dan kemampuan mengenai keberhasilan menjalankan usaha dan berhasil mencukupi hidupnya. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Nelayan juga dikenal sebagai kelompok masyarakat yang memegang prinsip swasembada, seluruh aktivitas ekonomi dilakukan secara bersama dan dimana hampir seluruh kebutuhan hidup kesehariannya diproduksidipenuhi oleh desa tradisional sendiri. Kemampuan desa tradisional membangun struktur ekonomi demikian, karena didukung penuh oleh adanya ikatan-ikatan sosial yang asli dan organis, sistem kesukuan tradisional, kebutuhan-kebutuhan yang tak terbatas dan bersahaja, prinsip produksi pertanian semata-mata untuk keperluan keluarga, pengekangan pertukaran sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan, serta tidak terlalu berorientasi kepada laba non profit oriented. Semua bentuk aktivitas yang dibangun oleh nelayan tidak terlepas dari keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan keluarganya. Walaupun mereka pada umumnya masih menggunakan cara-cara tradisonal bukan berarti nelayan tidak punya mimpi. Pendidikan yang tinggi, tingkat kesehatan dan terpenuhinya kebutuhan pokok mereka adalah impian nelayan. Melalui aktivitas ekonomi ini, mereka mencoba mewujudkan mimpi-mimpi itu.

2.3.1 Kemiskinan Nelayan

Kemiskinan adalah penomena sosial yang saat ini menjadi masalah serius di negeri ini. Kemiskinan telah menyebebar keseluruh penjuru negeri ini, mulai dari dusun, desa, kota tidak terkecuali pada masyarakat pesisir. Universitas Sumatera Utara Bekerja adalah cara terbaik untuk menekan krisis pendapatan dan keluar dari kemiskinan, namun menurut kajian Sherraden di Amerika bahwa pekerjaan tidak menjamin seseorang bisa selamat dari krisis pendapatan. Lebih kurang satu dari sepuluh orang bekerja penuh waktu sepanjang tahun di Amerika Serikat tidak cukup untuk mendongkrak kelurga dengan tiga anggota keluarga di atas garis kemiskinan Sherraden, 2006 : 39-40. Pastinya bahwa pendapat mampu membantu seseorang untuk bertahan hidup. Itulah saat ini yang dialami nelayan, mereka memiliki pendapatan, namun hanya bisa untuk membuat mereka bertahan hidup dan sangat sulit untuk mengangkat keluarga mereka dari garis kemiskinan. Menurut Kusnadi kemiskinan nelayan disebabkan oleh faktor-faktor kompleks yang saling terkait satu sama lain. Kusnadi mengkategorikan faktor- faktor tersebut kedalam faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi internal sumberdaya manusia nelayan dan aktfitas kerja mereka. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi di luar diri dan aktiitas kerja nelayan. Faktor internal mencakup masalah 1 keterbatasan kualitas sumber daya manusia nelayan, 2 keterbatasan kemampuan modal usaha dan teknologi penangkapan, 3 hubungan kerja pemilihan perahu-nelayan buruh dalam organisasi organisasi penangkapan yang dianggap kurang menguntungkan nelayan buruh, 4 kesulitan melakukan diperivikasi usaha penangkapan, 5 ketergantungan yang tinggi terhadap okupasi melaut, dan, 6 gaya hidup yang dipandang “boros” sehingga kurang berorientasi pada masa depan. Universitas Sumatera Utara Faktor kemiskinan yang bersifat eksternal mencakup masalah: 1 kebijakan pembangunan perikanan yang lebih berorientasi pada produktivitas untuk menunjang pertumbuhan ekonomi nasional, parsial, dan tidak memihak nelayan tradisional, 2 sistem pemasaran hasil perikanan yang lebih menguntungkan pedagang perantara, 3 kerusakan ekosistem pesisir dan laut karena pencemaran dari wilayah darat, praktek penangkapan dengan bahan kimia, perusakan terumbu karang, dan konversi hutan bakau di kawasan pesisir, 4 penggunaan peralatan tangkap yang tidak ramah lingkungan, 5 penegakan hukum yang lemah terhadap perusak lingkungan, 6 terbatasnya teknologi pengolahan hasil tangkapan pascatangkap, 7 terbatasnya peluang- peluang kerja di sektor nonperikanan yang tersedia di desa-desa nelayan, 8 kondisi alam dan fluktuasi musim yang tidak memungkinkan nelayan melaut sepanjang tahun, dan 9 isolasi geografis desa nelayan yang mengganggu mobilitas barang, jasa, modal dan manusia Kusnadi, 2004 : 5-7. Sementara menurut Raymond Firth kemisikinan nelayan dicirikan paling tidak lima karakteristik. Pertama, pendapatan nelayan bersifat harian daily increments dan jumlahnya sangat sulit untuk ditentukan, dan sangat bergantung pada musim dan status nelayan itu sendiri, dalam arti ia sebagai juragan. Keadaan demikian mendorong nelayan untuk membelanjakan uangnya segera setelah mendapatkan penghasilan. Implikasinya, nelayan sulit mengakumulasikan modal atau menabung. Kedua, dilihat dari pendidikannya, tingkat pendidikan nelayan atau anak-anak nelayan umumnya rendah. Kondisi demikian mempersulit mereka dalam memilih atau memperoleh pekerjaan lain, selain meneruskan pekerjaan Universitas Sumatera Utara orang tuanya sebagai nelayan. Sementara itu, anak-anak nelayan yang berhasil mencapai pendidikan tinggi. Maupun para sarjana perikanan, enggan berprofesi sebagai nelayan, karena menganggap profesi nelayan sebagai lambang ketidakmampuan. Ketiga, dihubungkan dengan sifat produksi yang dihasilkan nelayan, maka nelayan lebih banyak berhubungan dengan ekonomi tukar-menukar karena produk tersebut bukan merupakan makanan pokok, selain itu, sifat produk yang mudah rusak dan harus segera dipasarkan, menimbulkan ketergantungan yang besar dari nelayan kepada pedang. Hal itu membuat harga ikan akan dikuasai oleh pedagang. Keempat, bidang perikanan membutuhkan investasi besar dan cenderung mengandung resiko yang besar dibandingkan dengan sektor usaha lainnya. Oleh karena itu, nelayan cenderung menggunakan armada dan peralatan tangkap yang sederhana, ataupun hanya menjadi anak buah kapal. Kelima, kehidupan nelayan yang miskin juga diliputi oleh keheranan, misalnya ditunjukkan oleh terbatasnya anggota keluarga yang secara langsung dapat ikut dalam kegiatan produksi dan ketergantungan nelayan yang sangat besar pada satu mata pencaharian, yaitu menangkap ikan Sutawi dan David, 2003: 29-32.

2.4 Kerangka Pemikiran

Dokumen yang terkait

Strategi Keluarga Nelayan Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup (Studi Pada Nelayan Tradisional di Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara)

3 35 127

Korelasi Penambangan Galian C dengan Sosial Ekonomi Masyarakat dan lingkungan di Desa Mangkai , Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara

0 0 15

Korelasi Penambangan Galian C dengan Sosial Ekonomi Masyarakat dan lingkungan di Desa Mangkai , Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara

0 0 2

Korelasi Penambangan Galian C dengan Sosial Ekonomi Masyarakat dan lingkungan di Desa Mangkai , Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara

0 0 6

Korelasi Penambangan Galian C dengan Sosial Ekonomi Masyarakat dan lingkungan di Desa Mangkai , Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara

0 0 21

Korelasi Penambangan Galian C dengan Sosial Ekonomi Masyarakat dan lingkungan di Desa Mangkai , Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara

0 0 3

Korelasi Penambangan Galian C dengan Sosial Ekonomi Masyarakat dan lingkungan di Desa Mangkai , Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara

0 0 13

Strategi Keluarga Nelayan Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup (Studi Pada Nelayan Tradisional di Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara)

0 0 10

Strategi Keluarga Nelayan Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup (Studi Pada Nelayan Tradisional di Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara)

0 0 1

Strategi Keluarga Nelayan Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup (Studi Pada Nelayan Tradisional di Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara)

0 1 10