Perumusan Masalah Manfaat Penelitian Tanggungjawab Sosial Perusahaan

Kelompok Nelayan Desa Gambus Laut, Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka yang menjadi permasalahan adalah: “Bagaimana pengaruh pelaksanaan program tanggungjawab sosial perusahaan PT Indonesia Asahan Aluminium terhadap sosial ekonomi kelompok nelayan Desa Gambus Laut” 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini diselenggarakan dengan tujuan sebagai berikut: “Untuk mengetahui tanggungjawab sosial perusahaan PT INALUM dan pengaruhnya terhadap sosial ekonomi kelompok nelayan Desa Gambus Laut”

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1 Secara pribadi, untuk menerapakan ilmu-ilmu yang diperoleh sebagai mahasiswa Depertemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU serta menambah wawasan keilmuan dan pengalaman bagi penulis 2 Memberikan kontribusi keilmuan tentang pengetahuan dan tentang pengaruh tanggungjawab sosial perusahaan terhadap sosial ekonomi masyarakat, Universitas Sumatera Utara 3 Sebagai sarana perbaikan model-model tanggungjawab sosial PT INALUM dan mungkin juga dapat diterapkan oleh perusahan- perusahan lain.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Berisi tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data serta teknik analisa data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Universitas Sumatera Utara Berisikan gambaran umum mengenai lokasi, di mana peneliti melakukan penelitian BAB V : ANALISA DATA Berisi tentang uraian data yang diperoleh dari penelitian, beserta dengan analisisnya. BAB VI : PENUTUP Berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanggungjawab Sosial Perusahaan

Implementasi Tanggungjawab Sosial Perusahaan TSP sudah banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia baik perusahaan kecil sampai pada perusahaan multinasional. TSP sudah menjadi suatu kebutuhan dan sebagai tanggungjawab perusahaan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun kualitas hidup dan lingkungan. TSP bukan hanya terfokus kepada karyawan atau interen perusahaan tetapi juga masyarakat yang berada di sekitar perusahaan. Dalam prakteknya dibebarapa perusahaan, TSP tidak hanya dilakukan pada masyarakat yang berada di lokasi perusahaan beroperasi, namun juga dilakukan pada masyarakat yang sangat jauh dari lokasi perusahaan. Hal Universitas Sumatera Utara tersebut karena perusahaan menyesuaikan jenis perusahaan mereka terhadap target TSP, sehingga TSP juga identik dengan promosi atau dengan kata lain korporasi menggabungkan antara promosi dan TSP. Oleh karena itu, korporasi melakukan TSP bisa di daerah mana saja tanpa harus di sekitar perusahaan beroperasi. Kajian tentang tanggungjawab sosial perusahaan ini akan mengantarkan kita pada pemahaman bagaimana defenisi TSP, sejarah, motif-motif TSP, stakeholder perusahaan sampai pada pengembangan masyarakat dalam tanggungjawab sosial perusahaan. Sebagai upaya untuk memberikan gambaran tentang bagaimana perusahaan melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan secara teoritis.

2.1.1 Defenisi Tanggungjawab Sosial Perusahaan

Saat ini belum ada defenisi tunggal Tanggungjawab Sosial Perusahaan TSP atau yang lebih akrab dalam bahasa inggris yang disebut dengan Corporate Social Responsibity CSR, ada banyak versi yang mendefenisikan tanggungjawab sosial perusahaan Wibisono, 2007 : 7. Berikut ini beberapa defenisi tanggungjawab sosial perusahaan: Menurut The World Business Concil For Sustainable Development WBCSD Tanggungjawab Sosial Perusahaan adalah komitment bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, dan masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Versi World Bank, tanggungjawab sosial perusahaan adalah komitmen dunia usaha untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan bekerja sama dengan tenaga kerja perusahaan dan organisasi representasinya, dengan masyarakat lokal dan masyarakat dalam lingkup yang lebih luas, untuk memperbaiki kualitas hidup, dengan cara menggantungkan kedua belah pihak baik untuk dunia usaha maupun untuk pembangunan. Universitas Sumatera Utara Menurut European Commission tanggungjawab sosial perusahaan adalah sebuah konsep dengan mana perusahaan mengintegrasikan perhatian terhadap sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksinya dengan para pemangku kepentingan stakeholders berdasarkan prinsip kesukarelaan. CSR Asia mendefenisikan tangungjawab sosial perusahaan adalah komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan berdasarkan prinsip ekonomi, sosial dan lingkungan, seraya menyeimbangkan beragam kepentingan para stakeholders. Ambadar mendefenisikan tanggungjawab sosial perusahaan adalah sebuah konsep manajemen yang menggunakan tripple bottom line yaitu keseimbangan antara mencetak keuntungan, harus seiring dan berjalan selaras dengan fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup demi terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan Ambadar, 2008 : 33. Dengan demikian dari beberapa defenisi di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: 1. Tanggungjawab sosial perusahaan merupakan sebuah komitmen perusahaan. 2. Komitmen perusahaan berkontribusi dalam pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan. 3. Untuk mewujudkannya, perusahaan bisa bekerjasama dengan organisasi yang dianggap representatif, dengan karyawan, dan masyarakat lokal yang sifatnya berkelanjutan.

2.1.2 Sejarah Singkat Tanggungjawab Sosial Perusahaan

Tanggungjawab sosial perusahaan atau lebih akrab didengar dengan singkatan TSP dalam sejarah moderen dikenal sejak Howard R. Bowen menerbitkan bukunya berjudul “Social Responsibility of The Bisnessman”. Buku yang diterbitkan di Amerika Serikat itu terlaris di kalangan dunia usaha Universitas Sumatera Utara pada era 1950-1960. Pengakuan publik terhadap prinsip-prinsip tanggungjawab sosial yang ia kemukakan membuat dirinya dinobatkan secara aklamasi sebagai bapak TSP. Sejak itu sudah banyak referensi ilmiah lain yang diterbitkan di berbagai negara mengacu pada prinsip-prinsip tanggungjawab sosial dunia usaha kepada masyarakat yang telah dijabarkan dalam buku Bowen. Ide dasar yang dikemukakan Bowen adalah mengenai kewajiban perusahaan menjalankan usahanya sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai masyarakat di tempat perusahaan itu beroperasi. Ia menggunakan istilah sejalan dalam konteks itu demi meyakinkan dunia usaha tentang perlunya mereka memiliki visi yang melampaui urusan kerja finansial perusahaa. Sejak tahun 1971 literatur yang dikenalkan berisi diskursus bahwa dunia usaha memiliki multiplisitas kepentingan termasuk stakeholders, suplier, karyawan, komunitas lokal dan masyarakat suatu suatu bangsa keseluruhan. Dari konsep ini kemudian berkembang apa yang dikenal dengan stakeholders theory, yaitu sebuah yang mengatakan bahwa tanggungjawab korporasi sebetulnya melampaui kepentingan berbagai kelompok yang hanya berfikir tentang urusan finansial, tanggungjawab tersebut berkaitan erat dengan masyarakat secara keseluruhan yang menentukan hidup matinya suatu perusahaan. Dalam dekade ini pula coommite for economic development CED menerbitkan panduan berjudul “Social Responsibility of Business Corporation”. Dalam dekade 1980 berbagai lembaga riset mulai melakukan penelitian tentang manfaat TSP bagi perusahaan yang melakukan tanggungjawab Universitas Sumatera Utara sosialnya, sampai di sinipun TSP masih kabur dan sulit diseragamkan. Pakar ekonomi pembangunan Amerika bernama Thomas Jones adalah tokoh yang banya menulis tentang TSP di berbagai media massa sejak 1980 dan pemikirannya kemudian menjadi acuan di berbagai negara. Intinya adalah ada korelasi positif antara peran perusahaan dalam merealisasikan TSP tersebut. Dekade 1990 adalah periode dimana TSP mendapat pengembangan makna dan jangkauan Untung, 2008. Dalam konteks Indonesia, sebenarnya tidak diketahui secara pasti kapan TSP mulai masuk di Indonesia, namun seiring dengan semakin majunya teknologi dan perkembangan dunia bisnis, maka konsep TSP ini pun begitu marak di Indonesia. TSP di Indonesia saat ini banyak mendapatkan perhatian dari banyak lapisan masyarakat maupun pemerintah. Dari pemerintah misalnya tak kurang dari kementrian Sosial, Kementrian Koperasi dan UMKM, Kementrian BUMN, Kementrian Lingkungan Hidup telah dengan tegas menggunakan parameter kepedulian perusahaan terhadap masyarakat, sebagai salah satu kriteria penilaiannya Ambadar, 2008 : 33.

2.1.3 Produk Hukum yang Mengatur Tanggungjawab Sosial Perusahaan

Undang-undang tentang Perseroan Terbatas mewajibkan perseroan menganggarkan dana pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan. Menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan, modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan Universitas Sumatera Utara memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Ketentuan tersebut dengan tegas menyatakan bahwa perseroan terbatas adalah badan hukum. Di dalam Pasal 74 ayat 1 dalam Undang-undang yang sama menyatakan perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan segala sumber daya alam wajib melaksanakan tanggungjawab sosial dan lingkungan. Ayat 2 berbunyi tanggungjawab sosial dan lingkungan itu merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Ayat 3 menyatakan bahwa perseroan yang tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimanan Pasal 1 dikenakan sanksi sesuai ketentuan peratuaran perudang-undangan. Ayat 4 menyatakan, bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai tanggungjawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah. Saat ini sebagaimana disebutkan dalam ayat 4 pasal 74 UU PT Nomor 40 Tahun 2007, Pemerintah masih belum menerbitkan Peraturan Pemerintah. Peraturan lain yang menyentuh TSP adalah UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 b menyatakan bahwa ”Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan.” Meskipun UU ini telah mengatur sanksi-sanksi secara terperinci terhadap badan usaha atau usaha perseorangan yang mengabaikan TSP Pasal 34, UU ini baru mampu menjangkau investor asing dan belum mengatur secara tegas perihal TSP bagi perusahaan nasional. Universitas Sumatera Utara Jika dicermati, peraturan tentang TSP yang relatif lebih terperinci adalah UU No.19 Tahun 2003 tentang BUMN. UU ini kemudiaan dijabarkan lebih jauh oleh Peraturan Menteri Negara BUMN No.4 Tahun 2007 yang mengatur mulai dari besaran dana hingga tatacara pelaksanaan TSP. Seperti kita ketahui, TSP milik BUMN adalah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PKBL. Dalam UU BUMN dinyatakan bahwa selain mencari keuntungan, peran BUMN adalah juga memberikan bimbingan bantuan secara aktif kepada pengusaha golongan lemah, koperasi dan masyarakat. Selanjutnya, Peraturan Menteri Negara BUMN menjelaskan bahwa sumber dana PKBL berasal dari penyisihan laba bersih perusahaan sebesar 2 persen yang dapat digunakan untuk program kemitraan ataupun bina lingkungan. Peraturan ini juga menegaskan bahwa pihak-pihak yang berhak mendapat pinjaman adalah pengusaha beraset bersih maksimal Rp 200 juta atau beromset paling banyak Rp 1 miliar per tahun.

2.1.4 Stakeholder Perusahaan

Secara umum stakeholders diartikan sebagai pihak-pihak atau kelompok-kelompok yang berkepentingan. Rhenald Kasali menyatakan bahwa yang dimaksud dengan para pihak adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun di luar perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan keberhasilan perusahaan. Stakeholders bisa berarti pula setiap orang yang mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan. Ibarat sebuah jagad yang Universitas Sumatera Utara dikelilingi panet-planet, maka perusahaan juga dikelilingi dengan stakeholder Wibisono, 2006 : 90. Rhenald Kasali juga membagi stakeholder menjadi sebagai berikut : 1. Stakeholders internal dan stakeholders eksternal. Stakeholders internal adalah stakeholder yang berada dalam lingkungan organisasi. Sedangkan stakeholders eksternal adalah stakeholder yang berada di luar lingkungan organisasi. 2. Stakeholders primer paling penting, stakeholders sekunder kurang penting dan stakeholder marjinal stakeholders diabaikan. 3. Stakeholders tradisional dan stakeholders masa depan Karyawan dan konsumen dapat disebut dengan stakeholders tradisional. Sedangkan stakeholders masa depan adalah stakeholders pada masa yang akan datang memberikan pengaruhnya pada organisasi seperti mahasiswa, peneliti dan konsumen potensial. 4. Propents, opponents dan uncommitted. Di antara stakeholders ada kelompok yang memihak organisasi Proponents, menentang organisasi opponents, dan ada yang tidak peduli uncommitted. Organisasi perlu mengenal stakeholders yang berbeda-beda ini. Agar dengan jernih dapat melihat permasalahan, menyusun rencana dan stategi untuk melakukan tindakan yang proporsional. 5. Silent majority dan vocal minority. Dilihat dari aktifitas stakeholders dalam melakukan komplain atau mendukung perusahaan, tentu ada yang menyatakan penantangan atau Universitas Sumatera Utara dukungannya secara vokal aktif namun ada pula yang menyatakan secara silent pasif Wibisono, 2006 : 90-93.

2.1.5 Motif-motif Tanggungjawab Sosial Perusahaan

Pratley 1997 : 105 menyatakan bahwa “seseorang tidak hanya bertanggungjawab terhadap rencana dan tindakannya, untuk suatu tingkatan tertentu ia dapat dianggap bertanggungjawab untuk kejadian berikutnya dan kerugian serta kerusakan yang diakibatkannya” Berangkat dari pemikiran Pratley bahwa sebenarnya siapapun wajib bertanggungjawab setiap apa yang dia lakukan. Begitu pula dengan korporasi pasti memiliki tanggungjawab sosial yang besar kepada masyarakat sebagai bagian dari etika bisnis. Walaupun demikian, perusahaan memiliki motivasi tersendiri dan berbeda-beda dalam mengimplementasikan tanggungjawab sosial perusahaannya. Ernawan memandang pemikiran yang mendasari TSP yang sering dianggap sebagai inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomis dan legal kepada pemegang saham atau stakeholder tapi kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan stakeholders yang jangkauannya melebihi kewajiban- kewajiban di atas, karena perusahaan tidak bisa hidup, beroperasi dan memperoleh keuntungan tanpa bantuan pihak lain Ernawan, 2007 : 110. Sejalan dengan itu, Saidi dan Abidin juga berpendapat bahwa perusahaan tidak boleh hanya memikirkan keuntungan finansial bagi perusahaannya saja. Melainkan pula harus memiliki kepekaan dan kepedulian Universitas Sumatera Utara terhadap publik, khususnya masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan. Sebab masyarakat adalah sumber dari segala sumber daya yang dimiliki dan direproduksi oleh perusahaan Suharto, 2007 : 101. Walaupun demikian, pemikiran yang mendasari tentang TSP masih sangat beragam, misalnya perusahaan hanya menganggap TSP bersifat sukarela, sehingga paradigma yang dimiliki oleh korporasi juga beragam. Menurut Wibisono beragamnya cara perusahaan memandang TSP akibat absennya regulasi dan produk hukum yang mengikat dan ditambah lagi lemahnya penegakan hukum juga turut andil pada beragamnya motivasi korporasi dalam memperaktekkan TSP Wibisono, 2007 : 73 Wibisono menambahkan 2007 : 73-77 bahwa setidaknya ada tiga cara perusahaan memandang TSP atau alasan perusahaan menerapkan TSP. Pertama, sekedar basa-basi dan keterpaksaan. Artinya TSP dipraktekkan lebih karena faktor eksternal external driven. Faktor eksternal yang dimaksut adalah bahwa pemenuhan tanggungjawab lebih karena keterpaksaan akibat tuntutan ketimbang kesukarelaan. Berikutnya karena reputation driven, motivasi pelaksanaan TSP adalah mendongkrak citra perusahaan. Kedua, sebagai upaya memenuhi kewajiban complience, tanggungjawab sosial perusahaan diimplementasikan karena memang ada regulasi, hukum, dan aturan yang memaksanya. Ketiga, bukan lagi sekedar compliance tapi beyond compliance atau compliance plus. Tanggungjawab sosial perusahaan diimplementasikan karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam internal driver. Perusahaan telah menyadari bahwa tanggungjawabnya bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan Universitas Sumatera Utara profit demi kelangsungan bisnisnya, melainkan juga sebagai tanggungjawab sosial dan lingkungan. Dasar pemikirannya, menggantungkan semata-mata pada kesehatan finansial tidak akan menjamin perusahaan bisa tumbuh secara berkelanjutan. Dengan demikian TSP tidak lagi sekedar aktifitas tempelan yang terpaksa bisa dikorbankan demi mencapai efisiensi, namun TSP merupakan nyawa korporasi, TSP disikapi secara strategis dengan melakukan alignment antara inisiatif TSP dengan strategi korporasi Archi B. Carrol juga sependapat bahwa perusahaan tidak hanya bertanggungjawab secara ekonomis, melainkan pula tanggungjawab legal, etis dan filantropis. 1. Taggungjawab ekonomis. Kata kuncinya adalah make a profit. Laba adalah fondasi perusahaan. 2. Tanggungjawab Legal. Kata kuncinya adalah obey the law. Perusahaan harus taat hukum 3. Tanggungjawab etis. Perusahaan memiliki kewajibab untuk menjalankan praktek bisnis yang baik, benar, adil dan fair. Kata kunciya adalah be ethical. 4. Tanggungjawab filantropis. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup semua. Be a good citizen Suharto, 2007 : 102. Sangat perlunya perusahaan terlibat secara sosial selain daripada pendapat para ahli di atas, Keraf juga menyebutkan beberapa alasan perlunya keterlibatan sosial perusahaan: 1. Kebutuhan dan harapan masyarakat semakin berubah, masyarakat semakin kritis dan peka terhadap produk yang akan dibelinya, sehingga Universitas Sumatera Utara perusahaan tidak bisa memusatkan perhatiannya untuk mendatangkan keuntungan. 2. Terbatasnya sumber daya alam, bisnis diharapkan untuk tidak hanya mengeksploitasi sumber daya alam yang terbatas, namun harus memelihara dan menggunakan sumber daya secara bijak 3. Lingkungan sosial yang lebih baik, lingkungan sosial akan mendukung keberhasilan bisnis untuk waktu yang panjang, semakin baik lingkungan sosial dengan sendirinya akan ikut memperbaiki iklim bisnis yang ada. 4. Pertimbangan tanggungjawab dan kekuasaan, kekuasaan yang terlalu besar jika tidak diimbangi dan dikontrol dengan tanggungjawab sosial akan menyebabkan bisnis menjadi kekuatan yang merusak masyarakat. 5. Keuntungan jangka panjang, dengan tanggungjawab dan keterlibatan sosial tercipta suatu citra positif dimata masyarakat, karena terciptanya iklim sosial politik yang kondusif bagi kelangsungan bisnis perusahaan tersebut Ernawan, 2007 : 114-115. Berbagai macam alasan dan motivasi perusahan dalam mengimplementasikan tanggungjawab sosial perusahaan, namun masyarakat sudah menunggu nilai guna manfaat dan pengaruh kegiatan itu bagi sosial ekonomi mereka. Apa pun itu alasannya perusahaan harus serius dan profesional, karena jika tidak dana yang digelontorkan puluhan juta atau bahkan milyaran rupiah bagi masyarakat yang ada hanya pemborosan tanpa hasil yang diharapakan oleh masyarakat dan perusahaan. Universitas Sumatera Utara

2.1.6 Model-model Tanggungjawab Sosial Perusahaan

Menurut Saidi dan Abidin sedikitnya ada empat model atau pola TSP yang umum diterapkan di Indonesia. 1. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program TSP secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosialnya atau menyerahkan langsung sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat pulic relation. 2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan mendirikan yayasan sendiri dibawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan adobsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. 3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan TSP melalui kerjasama dengan lembaga sosialorganisasi non-pemerintah, instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam meaksanakan kegiatan sosialnya. 4. Mendukung atau bergabung dalam konsorsium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial terentu Suharto 2007 : 106-108. Universitas Sumatera Utara

2.1.7 Hubungan Tanggungjawab Sosial Perusahaan dengan Pengembangan Masyarakat

Seperti yang telah jelaskan di atas tentang TSP, bahwa perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis dan interakasi stakeholder berdasarkan prinsip kemitraaan. Meskipun demikian, sesungguhnya memiliki pendekatan yang relatif berbeda, beberapa nama lain yang memiliki kemiripan dengan tanggungjawab sosial perusahaan ini antara lain investasi sosial perusahaan corporate social investmentinvesting, pemberian perusahaan corporate giving, kedermawanan perusahaan Corporate Philantropy, relasi kemasyarakatan perusahaan corporate communty relation, dan pengembangan masyarakat community development Suharto 2007 : 103. Keseluruhan hal tersebut merupakan bagian dari aktivitas-ativitas TSP yang sering dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Walaupun tanggungjawab sosial perusahaan cukup identik dengan pendekatan karitatif seperti kedermawanan perusahaan, pemberian perusahaan, namun dewasa ini semakin banyak perusahaan yang kurang menyukai pendekatan tersebut, karena tidak mampu meningkatkan keberdayaan atau kapasitas masyarakat lokal. Pendekatan community development kemudian semakin banyak diterapkan karena lebih mendekati konsep pemberdayaan empowerment dan sustainable development. Prinsip-prinsip good corporate governance, seperti fairness, transparency, accountability, dan responsibility kemudian menjadi pijakan untuk mengukur keberhasilan program TSP. Universitas Sumatera Utara Maka tidak heran jika yang sangat menonjol dari praktek TSP di Indonesia adalah penekanan pada aspek pengembangan masyarakat communty development. Meskipun TSP bukan semata-mata merupakan community development, ini memang sangat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat kita yang masih bergelut dengan kemiskinan. Menurut Soetomo 2006 : 118-119. ada hal-hal yang menjadi pertimbangan community development dianggap sebagai sarana yang tepat untuk melaksanakan aktifitas TSP. Pertama, sesuai dengan karakteristiknya melalui program community development dapat dikembangkan dan dimanfaatkan unsur modal sosial baik yang dimiliki dunia usaha maupun masyarakat. Dengan melaksanakan community development, dunia usaha dapat membangun citra sehingga selanjutnya dapat berdampak pada perluasan jaringan dan peningkatan trust. Sementara itu community development dapat dikembangkan dan dimanfaatkan unsur solidaritas sosial, kesadaran kolektif, mutual trust dan resiprocal dalam masyarakat untuk mendorong tindakan bersama guna meningkatkan kondisi kehidupan ekonomi, sosial, dan kultural masyarakat. Kedua, melalui community development dapat diharapkan adanya hubungan yang sinergis antar kekuatan dunia usaha melalui berbagai bentuk bantuannya dengan potensi yang ada dalam masyarakat. Dengan demikian, apa yang dilakukan oleh korporasi melalui TSP bukan semata-mata bantuan yang bersifat karitatif, melainkan bagian dari usaha untuk mengembangkan kapasitas masyarakat. Universitas Sumatera Utara Ketiga, aktifitas bersama antara korporasi dengan masyarakat, terutama masyarakat lokal melalui community development dapat difungsikan sebagai sarana membangun jalinan komunikasi. Apabila media komunikasi sudah terlembagakan, berbagai persoalan dalam hubungan dunia usaha dengan masyarakat dapat dibicarakan melalui proses dialog yang elegan dan dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak.

2.1.8 Evaluasi Tanggungjawab Sosial Perusahaan

Evaluasi adalah sebuah upaya untuk menilai kembali suatu tingkat keberhasilan dan pencapaian, serta hambatan-hambatan yang timbul baik ketika program sedang dilaksanakan dan setelah dilaksanakan. Tentunya dalam mengukur atau menilai keberhasilan evaluasi dari implementasi tanggungjawab sosial perusahaan harus menggunakan standar indikator yang telah diakui. Menurut Indonesian Business lingk IBL ada lima pilar utama dalam melakukan aktivitas TSP yang sering dijadikan indikator oleh yakni: 1. Building human capital Berkaitan dengan internal perusahaan juga dituntut melakukan pemberdayaan masyarakat 2. Stengtenng ekonomics penguatan ekonomi Perusahaan harus memberdayakan ekonomi masyarakat sekitar agar terjadi pemerataan kesejahteraan 3. Assecing social cession menjaga keharmonisan sosial 4. Encouregin good governance Universitas Sumatera Utara Perusahaan dalam menjalankan bisnisnya mengacu kepada good coorporate governance 5. Protecting the environment perlindungan lingkungan Mengharuskan perusahaan untuk menjaga lingkungan sekitar Rahman, 2009 Sementara Siagian dan Agus 2010 : 120-122 menawarkan beberapa aspek yang menjadi rincian dalam mengevaluasi implementasi TSP yaitu sebagai berikut: 1. Tingkat kebijakan perusahaan, meliputi aspek: a. Model implementasi program TSP yang diterapkan b. Konsekuensi penerapan model implementasi program TSP yang dipilih. 2. Tingkat Administrasi perusahaan, meliputi aspek: a. Kejujuran perusahaan dalam audit keuangan, termasuk keuntungan perusahaan b. Tingkat persentase keuntungan perusahaan yang disediakan sebagai sumber anggaran bagi implementasi program TSP. c. Ketepatan waktu audit keuangan perusahaan. d. Ketepatan waktu pembekalan anggaran yang diperuntukkan bagi implementasi program TSP. 3. Tingkat proses perencanaan program, meliputi aspek: a. Model pelaksanaan program sebagai suatu social intervention, apakah cenderung sektoral atakah menerapkan pendekatan komunitas? Universitas Sumatera Utara b. Teknik perencanaan yang diterapkan. c. Model pelaksanaan needs and problem assessment sehingga dapat dipahami bagaimana pelaku program memosisikan masyarakat sebagai kelompok sasar. d. Kesesuaian antara progaram yang direncanakan dengan masalah yang dihadapi dan kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi. 4. Tingkat proses pelaksanaan program, meliputi aspek: a. Ada tidaknya pelaku program yang berfungsi sebagai fasilitator dan sejauh efektifitas pelaksanaan fungsi tersebut. b. Posisi masyarakat sebagai kelompok sasar dalam proses pelaksanaan progaram. c. Kesesuaian aktivitas-aktivitas yang dilakuakan sebagai wujud pelakasnaan program denan aktivitas-aktivitas yang telah direncanakaan sebelumnya. d. Metode pelaksanaan program, seperti penerapan prinsip dan metode pekerjaan sosial. e. Progress persentase keterlibatan pelaku program dan masyarakat sebagai kelompok sasar. 5. Tingkat luaran progaram, meliputi aspek: a. Perubahan tingkat kesejahteraan sosial masyarakat yang menjadi kelompok sasar menurut perspektif kelompok sasar itu sendiri. b. Perubahan tingkat kesejahteraan sosisal masyarakat yang menjadi kelompok sasar menurut perspektif ilmiah menurut item-item yang dikenal sebagai indikator kesejahteraan sosial Universitas Sumatera Utara c. Perubahan tingkat kesejahteraan sosial masyarakat yang menjadi kelompok sasar menurut perspektif BPS dan Bappenas. d. Kemungkinan kesinambungan implementasi program di masa mendatang. e. Tingkat kemandirian dan tingkat ketergantugan kelompok sasar terhadap pelaku progaram dalam rangka kesinambungan program di masa mendatang f. Persepsi dan respon masyarakat terhadap implementasi program tingkat pengetahuan, tingkat pemahaman, tingkat persetujuan, tingkat partisipasi, dan tingkat kepuasan atas hasil yang dicapai atau dampak yang nyata terjadi.

2.2 Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial

Dokumen yang terkait

Strategi Keluarga Nelayan Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup (Studi Pada Nelayan Tradisional di Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara)

3 35 127

Korelasi Penambangan Galian C dengan Sosial Ekonomi Masyarakat dan lingkungan di Desa Mangkai , Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara

0 0 15

Korelasi Penambangan Galian C dengan Sosial Ekonomi Masyarakat dan lingkungan di Desa Mangkai , Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara

0 0 2

Korelasi Penambangan Galian C dengan Sosial Ekonomi Masyarakat dan lingkungan di Desa Mangkai , Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara

0 0 6

Korelasi Penambangan Galian C dengan Sosial Ekonomi Masyarakat dan lingkungan di Desa Mangkai , Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara

0 0 21

Korelasi Penambangan Galian C dengan Sosial Ekonomi Masyarakat dan lingkungan di Desa Mangkai , Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara

0 0 3

Korelasi Penambangan Galian C dengan Sosial Ekonomi Masyarakat dan lingkungan di Desa Mangkai , Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara

0 0 13

Strategi Keluarga Nelayan Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup (Studi Pada Nelayan Tradisional di Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara)

0 0 10

Strategi Keluarga Nelayan Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup (Studi Pada Nelayan Tradisional di Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara)

0 0 1

Strategi Keluarga Nelayan Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup (Studi Pada Nelayan Tradisional di Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara)

0 1 10