Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial

c. Perubahan tingkat kesejahteraan sosial masyarakat yang menjadi kelompok sasar menurut perspektif BPS dan Bappenas. d. Kemungkinan kesinambungan implementasi program di masa mendatang. e. Tingkat kemandirian dan tingkat ketergantugan kelompok sasar terhadap pelaku progaram dalam rangka kesinambungan program di masa mendatang f. Persepsi dan respon masyarakat terhadap implementasi program tingkat pengetahuan, tingkat pemahaman, tingkat persetujuan, tingkat partisipasi, dan tingkat kepuasan atas hasil yang dicapai atau dampak yang nyata terjadi.

2.2 Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial

Kesejahteraan merupakan dambaan setiap orang, namun tidak semua orang bisa merasakan hal itu. Untuk mewujudkannya dia harus bersaing dengan individu-individu, kelompok-kelompok maupun masyarakat lainnya. Persaingan dan kompetisi ini terjadi karena terbatasnya sumber daya alam untuk memenuhi keinginan manusia, disisi lain keinginan manusian tidak terbatas, maka tidak heran jika dalam prakteknya banyak kelompok masyarakat yang tidak menerima atau mendapatkan sumberdaya tersebut. Sebagai akibatnya banyak individu maupun kelompok masyarakat mengalami kekurangan dan kemiskinan. Banyak pendekatan mengatasi permasalahan tersebut, seperti melalui pendekatan pembangunan kesejahteraan sosial dan mengintensifkan peranan- Universitas Sumatera Utara peranan pekerja sosial dan lembaga pelayanan sosial untuk mengatasi masalah- masalah sosial yang timbul sebagai akibat dari terbatasnya sumber daya dan tidak terbatasnya keinginan manusia.

2.2.1 Defenisi Kesejahteraan Sosial

Ada beberapa defenisi yang dikembangkan dalam upaya menggambarkan kesejahteraan sosial yaitu sebagai berikut: Menurut Adi kesejahteraan sosial adalah ilmu terapan yang mengkaji dan mengembangkan kerangka pemikiran serta metodologi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup kondisi masyarakat antara lain melalui pengelolaan masalah sosial; pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat, dan pemaksimalan kesempatan anggota masyarakat untuk berkembang Adi, 2008 : 48. Wilensky dan Lebeaux kesejahteraan sosial adalah Sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial, yang dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok- kelompok agar mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar tercipta hubungan-hubungan personal dan sosial yang memberi kesempatan kepada individu-individu pengembangan kemampuan-kemampuan mereka seluas-luasnya dan meningkatkan kesejahteraan mereka sesuai dengan kebutuhan- kebutuhan masyarakat Suud, 2006 : 7. Sementara menurut Fridlander Kesejahteraan sosial adalah Kesejahteraan sosial adalah sistem yang akan terorganisir dari usaha- usaha dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standat hidup dan kesehatan yang memuaskan serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan-kemapuannya secara penuh untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat. Muhidin, 1984 : 2 Dari defenisi-defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan: 1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu ilmu dan sistem yang terorganisir yang berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial. Universitas Sumatera Utara 2. Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera. 3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara; meningkatkan kemampuan individu, kelompok-kelompok dan masyarakat dalam memecahkan masalahnya sehingga dapat berfungsi sosial sebagaimana mestinya. Di dalam Undang-undang tentang Kesejahteraan Sosial no 11 tahun 2009 menyatakan bahwa Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

2.2.2 Pekerjaan Sosial

Pekerjaan sosial adalah profesi kemanusian yang terlibat langsung pada klien, baik individu, kelompok maupun masyarakat. Oleh sebab itu masalah sosial menjadi domain pekerjaan sosial. Namun sebelum kita membahas bagaimana peranan pekerjaan sosial dalam mengatasi masalah sosial, terlebih dahulu kita simak bagaiamana defenisi pekerjaan sosal menurut para ahli. Menurut Zastrow pekerjaan sosial adalah aktifitas profesional, yang ditujukan untuk menolong orang, baik individu, kelompok, organisasi maupun masyarakat, dalam rangka meningkatkan atau memperbaiki kemampuan berfungsi sosial mereka dan menciptakan kondisilingkungan sosial yang memungkinkan orang tersebut mencapai tujuan hidupnya Susantyo, 2008 :2. Walter A. Friedlander mengemukakan bahwa pekerjaan sosial adalah suatu pelayanan sosial yang di dasarkan pada ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam relasi kemanusiaan yang bertujuan untuk membantu individu-individu, baik secara perseorangan maupun dalam hubungannya dengan kelompok untuk mencapai kepuasan dan ketidaktergantungan secara pribadi maupun sosial Muhidin,1992 :7. Universitas Sumatera Utara Menurut defenisi di atas, terdapat lima unsur utamam dalam pekerjaan sosial, yaitu sebagai sebagai berikut: 1 pekerjaan sosial sebagai kegiatan profesional, 2 kegiatannya ditujukan untuk memberikan pertolongan, 3 klien yang ditolong adalah individu, kelompok dan masyarakat, 4 intervensi pertolongan pekerjaan sosial diarahkan pada peningkatan dan atau perbaikan kemampuan berfungsi sosial klien dan mewujudkan lingkungan yang mampu memberikan kesempatan, pelayanan, dan sumber, 5 tujuan pekerjaan sosial adalah menciptakan individu, kelompok, dan masyarakat yang mampu mencapai tujuan hidupnya. Berdasarkan uraian di atas maka karakteristik pekerjaan sosial, sebagai berikut: 1. konsep pertolongan dalam pekerjaan sosial adalah menolong orang agar mampu menolong dirinya sendiri to help people to help themselves, artinya: a. kegiatan pertolongan pekerjaan sosial diarahkan kepada kepentingan klien, bukan untuk kepentingan pekerja sosial yang bersangkutan. b. Dalam melakukan kegiatannya tersebut, pekerja sosial senantiasa bekerja sama dengan klien working with client yang memungkinkan adanya partisipasi aktif klien, sehingga pada akhirnya klien tersebut mandiri. 2. Pekerjaan sosial menggunakan pendekatan dualistik, yakni bahwa intervensinya diarahkan kepada orang dan juga lingkungannya. Ketika Universitas Sumatera Utara seseorang mengalami permasalahan, maka pendekatan pekerjaan sosial adalah: a. Kepada orang klien, pekerja sosial berupaya untuk melakukan peningkatan kemampuan dan kemamuan klien yang mencakup aspek intelektual, sosial emosional, spiritual dan fisik yang memungkinkan klien dapat berfungsi sosial dengan baik. b. Kepada lingkungan, pekerja sosial berupaya untuk menciptkan kondisi-kondisi yang memungkinkan klien dapat mengembangkan keberfungsian sosialnya. 3. Praktek pekerjaan sosial mengarah pada tiga tingkatan intervensi, yakni: a. Praktek mikro, yaitu kegiatan pekerjaan sosial yang diarahkan untuk menangani permasalahan yang dialami individu-individu dan keluarga. b. Praktek meso, yaitu kegiatan pekerjaan sosial yang diarahkan terhadap kelompok. c. Praktek makro, yaitu kegiatan pekerjaan sosial yang diarahkan terhadap organisasi dan masyarakat untuk menghasilkan perubahan- perubahan yang diinginkan. 4. Ilmu pekerjaan sosial merupakan ecletic sciences, yaitu merupakan ilmu yang dalam proses pembentukannya mengambil atau mengadaptasi bagian-bagiankonsep-konsep yang relevan dari berbagai disiplin ilmu lain seperti sosiologi, psikologi, psikiatri dan lain-lain. Susantyo, 2008 : 3-5 Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Pengembangan Masyarakat

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa masyarakat menjadi fokus dalam pekerjaan sosial yang juga disebut dengan community development pengembangan masyarakat atau praktek makro. Secara umum inilah yang membedakan profesi kemanusiaan lainnya dengan profesi pekerjan sosial. Seperti yang diutarakan Netting, Kettner, dan Mc Murty bahwa hanya sedikit profesi yang memfokuskan pada keberfungsian klien dalam konteks organisasi, masyarakat, dan kebijakan, salah satunya adalah pekerjaan sosial Suharto, 2006 : 113. Pengembangan masyarakat memiliki defenisi yang beragam di setiap negara. Misalnya Hayden menyajikan sejumlah defenisi yang berbeda yang berlaku dalam berbagai negara. Ia menyajikan defenisi community development berlaku di Inggris dan Amerika Serikat, kanada, india, Rhodesia dan juga defenisi yang digunakan Perserikatan Bangsa Bangsa. Sebagai contoh defenisi CD menurut PBB adalah suatu proses yang merupakan usaha masyarakat sendiri yang diintegrasikan dengan otoritas pemerintah guna memperbaiki kondisi sosial ekonomi dan kultural komunitas, mengintegrasikan komunitas kedalam kehidupan nasional dan mendorong kontribusi komunitas yang lebih optimal bagi kemajuan nasional Soetomo 2006 : 79 Seperti yang diutarakan Hayden di atas bahwa pengembangan masyarakat memilki defenisi tersendiri bagi negara-negara yang telah atau sedang menerapkannya dalam setiap program kebijakan sosial. Di Indonesia menurut Adi dalam arti sempit mikro istilah pengembangan masyarakat Universitas Sumatera Utara sering dipadankan dengan pembangunan masyarakat desa dengan mempertimbangkan desa dan kelurahan berada pada tingkatan yang setara sehingga pengembangan masyarakat desa kemudian menjadi setara dengan konsep “pengembangan masyarakat lokal” locality development Adi, 2008 : 223. Glen melihat setidaknya dalam Adi 2008 : 224-226 ada tiga unsur dasar yang menjadi ciri khas pendekatan CD, yaitu: 1. Tujuan dari pendekatan ini adalah memampukan masyarakat untuk Mendefenisikan dan memenuhi kebutuhan mereka. Terkait dengan unsur yang pertama tersebut, menurut Glen adalah mengembangkan kemandirian dan pada dasarnya memantapkan rasa kebersamaan sebagai komunitas berdasarkan basis “ketetanggaan” neighbouthood, meskipun bukan secara eksklusif. Menurut Susantyo 2008 : 46-47 tujuan khusus dari pengembangan masyarakat itu sendiri adalah: a. Memperoleh data dan fakta yang cukup sebagai dasar untuk perencanaan dan tindakan yang sehat. b. Memulai mengembangkan dan merubah program-program dan yang lebih baik antara sumber-sumber dan kebutuhan. c. Meningkatkan standar pekerjaan sosial untuk meningkatkan efektifitas kerja dari lembaga-lembaga. d. Meningkatkan dan memberikan fasilitas interelasi dan meningkatkan koordinasi antar oragnisasi, kelompok, dan individu- individu yang terlibat dalam program-program dan usaha kesejahteraan sosial Universitas Sumatera Utara e. Mengembangkan pengertian umum daripada masalah-masalah kebutuhan kesejahteraan sosial, tujuan-tujuan, program dan metode- metode pekerjaan sosial. f. Mengembangkan dukungan dan partisipasi masyarakat dalam aktivitas kesejahteraan sosial 2. Proses pelaksanaanya melibatkan kreativitas dan kerja sama masyarakat ataupun kelompok-kelompok dalam masyarakat tersebut. Terkait dengan elemen yang kedua ini, Glen memprasyaratkan adanya kerja sama dan kreativitas sebagai dasar proses pengembangan masyarakat yang baik. Pandangan yang melihat komunitas sebagai kelompok masyarakat- yang secara potensial-kreatif dan kooperatif merefleksikan idealisme sosial yang positif terhadap upaya-upaya kolaboratif dan pembentukan identitas komunitas. Berkaitan dengan kerjasama dalam pembangunan masyarakat, perencanaan bisa dilakukan oleh partisipasi masyarakat sendiri, instansi pemerintah, LSM, perusahaan, maupun pekerja sosial atau siapapun yang memiliki perhatian terhadap pengembangan masyarakat. Kerjasama itu bisa diawali dari identifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat, sampai pada penyusunan program, pelaksanaan program dan evaluasi program. Tentunya keberhasilan dari program pengembangan masyarakat tanpa partisipasi dan kontrol masyarakat belum bisa dianggap sebagai pengembangan dan pemberdayaan masyarakat, oleh sebab itu dengan melihat kreatifitas dan potensi masyarakat dengan cermat dan baik akan menjadi langkah awal menuju keberhasilan program yang dijalankan. Universitas Sumatera Utara 3. Praktisi yang menggunakan model intervensi ini lebih banyak menggunakan pendekatan masyarakat yang bersifat Non-direktif. Pendekatan nondirektif berarti seorang pekerja sosial masyarakat community worker, tidak meletakkan dirinya sebagai penentu keputusan baik atau buruknya bagi suatu masyarakat. Maka Community worker lebih baik bersifat menggali potensi masyarakat, masyarakat diberikan kesempatan untuk membuat anaslis dan mengambil keputusan yang berguna bagi mereka sendiri, serta memberikan kesempatan penuh dalam penentuan cara-cara untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan Adi 2008 : 229.

2.2.3.1 Partsipasi Masyarakat dalam Pengembangan Masyarakat

Partisipasi masyarakat adalah adanya keikutsertaan ataupun keterlibatan masyarakat dalam proses mengidentifikasi masalah, pengidentifikasian potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan alternatif solusi penanganan masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan juga keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi Adi, 2008 : 110. Selain partisipasi memandang masyarakat sebagai subjek perubahan, Adisasmita juga memandang partisipasi dapat pula digunakan atau diterapakan sebagai strategi kebijakan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan, hal itu dimaksudkan sebagai upaya atau tindakan dalam perumusan dan implementasi berbagai program pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat terlaksana secara reliable, acceptable, dan workable Adisasmita, 2006 : 131-132. Universitas Sumatera Utara Tidak heran jika literatur yang berhubungan pengembangan atau pemberdayaan masyarakat, penulis selalu turut membahas partisipasi masyarakat. Seperti Pendapat Glen di atas yang manyatakan bahwa pengembangan masyarakat harus mengutamakan pendekatan nondirektif, ini berarti bahwa partisipasi masyarakat sangat menentukan dalam pengembangan masyarakat ini. Sebagai salah satu unsur yang terpenting dalam CD, maka pembahasan berikut ini akan menjelaskan apa itu partisipasi, bagaimanakah partisipasi masyarakat itu? Dan mengapa harus partisipasi masyarakat sangat penting dalam CD. Masyarakat adalah target perubahan, ini berarti bahwa masyarakat adalah objek yang menyandang masalah-masalah sosial. Oleh sebab itu tanpa adanya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam mengatasi masalah mereka sendiri yang ada program hanya akan menjadi berupa bantuan sosial saja yang dapat menimbulkan ketergantungan masyarakat dari pihak luar. Mikelsen dalam Soetomo, 2006 : 447-448 ada beberapa pertimbangan rasional yang mendasari strategi pengembangan partisipasi masyarakat yaitu. Secara normatif asumsi yang mendasarinya adalah bahwa masyarakat lokal harus memperoleh proyek dan program pembangunan yang mereka tentukan sendiri. Asumsi normatif ini di dasari oleh asumsi deduktif bahwa masyarakat lokal yang paling tahu apa yang menjadi masalah kebutuhannya, dan mereka memiliki hak dan kemampuan untuk menyatakan pikiran dan kehendaknya tadi. Asumsi normatif dan dediktif tersebut kemudian dapat dilanjutkan dengan pengembangan asumsi teoritik yang menjelaskan hubungan sebab Universitas Sumatera Utara akibat. Beberapa asumsi yang dikembangkan Mikkelsen lebih lanjut akan diuraikan sebagai berikut ini. Pertama tujuan pembangunan dapat dicapai secara harmonis dan konflik antar kelompok-kelompok masyarakat dapat diredam melalui pola demokrasi setempat. Kedua, pembangunan menjadi positif apabila ada partisipasi masyarakat. Asumsi ini menempatkan partisipasi masyarakat sebagai sarana sekaligus tujuan dari proses pembangunan. Ketiga, pemberdayaan masyarakat mutlak perlu mendapat partisipasinya, karena pemerintah tidak akan mengeluarkan biaya untuk program pembangunan yang ditetapkan masyarakat, kecuali masyarakat itu sendiri mempunyai kemampuan untuk memaksa pemerintahnya. Keempat, kurangnya partisipasi masyarakat dalam program pembangunan berarti penolakan secara internal di kalangan anggota masyarakat itu sendiri, dan secara eksternal terhadap pemerintah dan pelaksana programnya. Ife dan Frank menyatakan bahwa partisipasi adalah konsep sentral, dan prinsip dasar dari pengembangan masyarakat, karena di antara banyak hal, partisipasi terkait erat dengan HAM. Jika HAM lebih sekadar peryataan dalam deklarasi, yaitu jika partisipasi berakibat membangun secara aktif kultur HAM sehingga menjamin berjalannya proses-proses dalam pengembangan masyarakat secara partisipatif adalah suatu kontribusi yang sangat signifikan bagi pembangunan kultur HAM Ife dan Frank, 2008 : 295. Pandangan Mikkelsen dan Ife dan Frank tersebut menunjukkan kepada kita bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah hak masyarakat. Selain merupakan hak masyarakat, bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan turut membawa dampak demokrasi dalam suatu wilayah yang Universitas Sumatera Utara telah tumbuh sampai pada ruang lingkup yang kecil. Dengan demikian pembangunan melibatkan masyarakat dalam pembangunan berarti telah menghargai sebagai hak masyarakat dan hak-hak berdemokrasi serta membantu masyarakat dalam proses belajar dan program pembangunan akan dapat bekelanjutan. Sesuai dengan prinsip community development itu sendiri, intervensi yang diberikan perlu diusahakan untuk tidak menimbulkan ketergantungan, tetapi justru mendorong terjadinya kesinambungan. Intervensi yang dikatakan menimbulkan ketergantungan apabila masyarakat yang tadinya statis menjadi tergerak untuk melakukan perubahan dan pembaruan setelah memperoleh intervensi dari luar, tetapi kemudian kembali menjadi statis setelah intervensi dihentikan dan baru terjadi aktivitas pembaruan lagi apabila memperoleh intervensi yang baru. Sebaliknya, intervensi yang dikatakan dapat menumbuhkan kesinambungan apabila masyarakat tadinya statis menjadi bergerak untuk melakukan perubahan dan pembaruan tetap berlangsung meskipun intervensi dihentikan. Oleh sebab itu, pendekatan partisipatif dalam pengembangan masyarakat mutlak dilakukan untuk menggali potensi dan menganalisis masalah serta mengatasi masalah secara bersama-sama oleh masyarakat dengan kemampuan dan keinginan masyarakat.

2.2.3.2 Tahapan Intervensi Pengembangan Masyarakat

Adi 2008 : 244-258 menilai setidaknya ada enam tahapan pengembangan masyarakat yang mencakup yaitu: Universitas Sumatera Utara 1. Tahapan persiapan. Tahapan persiapan di dalamnya terdapat tahap- tahap yaitu a persiapan petugas, dan persiapan lapangan. Persiapan petugas dalam hal ini tenaga community worker. Sementara itu persiapan lapangan, petugas community worker melakukan studi kelayakan terhadap daerah atau wilayah yang akan dijadikan sasaran. 2. Tahap Assessment. Proses ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan atau pun kebutuhan yang diekspresikan dan juga sumber daya yang dimiliki komunitas sasaran. Pada tahap ini partisipasi dan peranan masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengidentifikasi masalah mereka. 3. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan. Pada tahap ini pelaku perubahan secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah mereka hadapi dan bagaimana mengatasinya. 4. Tahap pemformulasikan rencana aksi. Pada tahap ini pelaku perubahan membantu masing-masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan guna mengatasi permasalahan yang ada. 5. Tahap pelaksanaan implementasi program atau kegiatan. Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling krusial penting dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama antara pelaku perubahan dan warga masyarakat. Universitas Sumatera Utara 6. Tahap evaluasi. Evaluasi sebagai suatu proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program yang sedang dilakukan dengan melibatkan warga. Karena dengan keterlibatan warga pada tahap ini diharapkan akan terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal. Jika tahap-tahap ini sudah dilakukan secara benar, selanjutnya adalah mengukur keberhasilan yang telah diperoleh dari program tersebut. Selain mengukur tingkat keberhasilan, pengukuran ini dapat digunakan juga sebagai evaluasi keseluruhan suatu program yang telah selesai dilaksanakan. Terkait dengan kriteria keberhasilan program pengembangan masyarakat, Feurstein mengajukan beberap indikator yang perlu dipertimbangkan, yaitu: a. Indikator ketersediaan indicators of availability. Indikator ini melihat apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benar ada. b. Indikator relevansi indicators of relevance. c. Indikator keterjangkauan indicators of accessibility. Indikator ini melihat apakah layanan yang ditawarkan masih berada dalam jangkauan pihak-pihak yang membutuhkan. d. Idikator pemanfaatan indicators of utilization. Indikator ini melihat seberapa banyak suatu layanan yang sudah disediakan oleh pihak pemberi layanan dan digunakan dimanfaatkan oleh kelompok sasaran. e. Indikator cakupan indicators of coverage. Indikator ini menunjukkan proporsi orang-orang yang membutuhkan sesuatu dan menerima layanan tersebut. Universitas Sumatera Utara f. Indikator kualitas indicators of quality. Indikator ini menunjukkan standar kualitas dari layanan dari layanan yang disampaikan ke kelompok sasaran. g. Indikator upaya indicators of efforts. Indikator ini menggambarkan berapa banyak upaya yang sudah ditanamkam dalam rangka mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. h. Indikator efisiensi indicators of efficiency. Indikator ini menunjukkan apakah sumber daya dan aktivitas yang dilaksanakan guna mencapai tujuan dimanfaatkan secara tepat guna efisien, atau tidak memboroskan sumber daya yang ada dalam upaya mencapai tujuan. i. Indikator dampak indicators of impact. Indikator ini melihat apakah sesuatu yang kita lakukan benar-benar memberikan perubahan di masyarakat. 7. Tahap terminasi. Tahap ini merupakan tahap “perpisahan” hubungan secara formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dilakukan sering kali bukan karena masyarakat sudah dapat dianggap mandiri, tetapi tidak jarang terjadi karena melebihi jangka waktu yang ditetapkan sebelumnya, atau karena anggaran sudah selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan mau meneruskan program tersebut Adi, 2008 : 254-256.

2.3 Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan

Dokumen yang terkait

Strategi Keluarga Nelayan Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup (Studi Pada Nelayan Tradisional di Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara)

3 35 127

Korelasi Penambangan Galian C dengan Sosial Ekonomi Masyarakat dan lingkungan di Desa Mangkai , Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara

0 0 15

Korelasi Penambangan Galian C dengan Sosial Ekonomi Masyarakat dan lingkungan di Desa Mangkai , Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara

0 0 2

Korelasi Penambangan Galian C dengan Sosial Ekonomi Masyarakat dan lingkungan di Desa Mangkai , Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara

0 0 6

Korelasi Penambangan Galian C dengan Sosial Ekonomi Masyarakat dan lingkungan di Desa Mangkai , Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara

0 0 21

Korelasi Penambangan Galian C dengan Sosial Ekonomi Masyarakat dan lingkungan di Desa Mangkai , Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara

0 0 3

Korelasi Penambangan Galian C dengan Sosial Ekonomi Masyarakat dan lingkungan di Desa Mangkai , Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara

0 0 13

Strategi Keluarga Nelayan Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup (Studi Pada Nelayan Tradisional di Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara)

0 0 10

Strategi Keluarga Nelayan Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup (Studi Pada Nelayan Tradisional di Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara)

0 0 1

Strategi Keluarga Nelayan Dalam Memenuhi Kebutuhan Hidup (Studi Pada Nelayan Tradisional di Desa Perupuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara)

0 1 10