c. Perubahan tingkat kesejahteraan sosial masyarakat yang menjadi
kelompok sasar menurut perspektif BPS dan Bappenas. d.
Kemungkinan kesinambungan implementasi program di masa mendatang.
e. Tingkat kemandirian dan tingkat ketergantugan kelompok sasar
terhadap pelaku progaram dalam rangka kesinambungan program di masa mendatang
f. Persepsi dan respon masyarakat terhadap implementasi program
tingkat pengetahuan, tingkat pemahaman, tingkat persetujuan, tingkat partisipasi, dan tingkat kepuasan atas hasil yang dicapai
atau dampak yang nyata terjadi.
2.2 Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial
Kesejahteraan merupakan dambaan setiap orang, namun tidak semua orang bisa merasakan hal itu. Untuk mewujudkannya dia harus bersaing
dengan individu-individu, kelompok-kelompok maupun masyarakat lainnya. Persaingan dan kompetisi ini terjadi karena terbatasnya sumber daya alam
untuk memenuhi keinginan manusia, disisi lain keinginan manusian tidak terbatas, maka tidak heran jika dalam prakteknya banyak kelompok masyarakat
yang tidak menerima atau mendapatkan sumberdaya tersebut. Sebagai akibatnya banyak individu maupun kelompok masyarakat mengalami
kekurangan dan kemiskinan. Banyak pendekatan mengatasi permasalahan tersebut, seperti melalui
pendekatan pembangunan kesejahteraan sosial dan mengintensifkan peranan-
Universitas Sumatera Utara
peranan pekerja sosial dan lembaga pelayanan sosial untuk mengatasi masalah- masalah sosial yang timbul sebagai akibat dari terbatasnya sumber daya dan
tidak terbatasnya keinginan manusia.
2.2.1 Defenisi Kesejahteraan Sosial
Ada beberapa defenisi yang dikembangkan dalam upaya menggambarkan kesejahteraan sosial yaitu sebagai berikut:
Menurut Adi kesejahteraan sosial adalah ilmu terapan yang mengkaji dan mengembangkan kerangka pemikiran serta metodologi yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup kondisi masyarakat antara lain melalui pengelolaan masalah sosial; pemenuhan kebutuhan
hidup masyarakat, dan pemaksimalan kesempatan anggota masyarakat untuk berkembang Adi, 2008 : 48.
Wilensky dan Lebeaux kesejahteraan sosial adalah Sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial,
yang dirancang untuk membantu individu-individu dan kelompok- kelompok agar mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang
memuaskan. Maksudnya agar tercipta hubungan-hubungan personal dan sosial yang memberi kesempatan kepada individu-individu
pengembangan kemampuan-kemampuan mereka seluas-luasnya dan meningkatkan kesejahteraan mereka sesuai dengan kebutuhan-
kebutuhan masyarakat Suud, 2006 : 7. Sementara menurut Fridlander Kesejahteraan sosial adalah
Kesejahteraan sosial adalah sistem yang akan terorganisir dari usaha- usaha dan lembaga-lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu
individu maupun kelompok dalam mencapai standat hidup dan kesehatan yang memuaskan serta untuk mencapai relasi perseorangan
dan sosial yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan-kemapuannya secara penuh untuk mempertinggi
kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat. Muhidin, 1984 : 2
Dari defenisi-defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan:
1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu ilmu dan sistem yang
terorganisir yang berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial.
Universitas Sumatera Utara
2. Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang
sejahtera. 3.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara; meningkatkan kemampuan individu, kelompok-kelompok dan masyarakat dalam memecahkan
masalahnya sehingga dapat berfungsi sosial sebagaimana mestinya. Di dalam Undang-undang tentang Kesejahteraan Sosial no 11 tahun
2009 menyatakan bahwa Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup
layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
2.2.2 Pekerjaan Sosial
Pekerjaan sosial adalah profesi kemanusian yang terlibat langsung pada klien, baik individu, kelompok maupun masyarakat. Oleh sebab itu masalah
sosial menjadi domain pekerjaan sosial. Namun sebelum kita membahas bagaimana peranan pekerjaan sosial dalam mengatasi masalah sosial, terlebih
dahulu kita simak bagaiamana defenisi pekerjaan sosal menurut para ahli. Menurut Zastrow pekerjaan sosial adalah aktifitas profesional, yang
ditujukan untuk menolong orang, baik individu, kelompok, organisasi maupun masyarakat, dalam rangka meningkatkan atau memperbaiki
kemampuan berfungsi sosial mereka dan menciptakan kondisilingkungan sosial yang memungkinkan orang tersebut
mencapai tujuan hidupnya Susantyo, 2008 :2. Walter A. Friedlander mengemukakan bahwa pekerjaan sosial adalah
suatu pelayanan sosial yang di dasarkan pada ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam relasi kemanusiaan yang bertujuan untuk
membantu individu-individu, baik secara perseorangan maupun dalam hubungannya dengan kelompok untuk mencapai kepuasan dan
ketidaktergantungan secara pribadi maupun sosial Muhidin,1992 :7.
Universitas Sumatera Utara
Menurut defenisi di atas, terdapat lima unsur utamam dalam pekerjaan sosial, yaitu sebagai sebagai berikut: 1 pekerjaan sosial sebagai kegiatan
profesional, 2 kegiatannya ditujukan untuk memberikan pertolongan, 3 klien yang ditolong adalah individu, kelompok dan masyarakat, 4 intervensi
pertolongan pekerjaan sosial diarahkan pada peningkatan dan atau perbaikan kemampuan berfungsi sosial klien dan mewujudkan lingkungan yang mampu
memberikan kesempatan, pelayanan, dan sumber, 5 tujuan pekerjaan sosial adalah menciptakan individu, kelompok, dan masyarakat yang mampu
mencapai tujuan hidupnya. Berdasarkan uraian di atas maka karakteristik pekerjaan sosial, sebagai
berikut: 1.
konsep pertolongan dalam pekerjaan sosial adalah menolong orang agar mampu menolong dirinya sendiri to help people to help themselves,
artinya:
a. kegiatan pertolongan pekerjaan sosial diarahkan kepada
kepentingan klien, bukan untuk kepentingan pekerja sosial yang
bersangkutan.
b. Dalam melakukan kegiatannya tersebut, pekerja sosial senantiasa
bekerja sama dengan klien working with client yang memungkinkan adanya partisipasi aktif klien, sehingga pada
akhirnya klien tersebut mandiri.
2. Pekerjaan sosial menggunakan pendekatan dualistik, yakni bahwa
intervensinya diarahkan kepada orang dan juga lingkungannya. Ketika
Universitas Sumatera Utara
seseorang mengalami permasalahan, maka pendekatan pekerjaan sosial adalah:
a. Kepada orang klien, pekerja sosial berupaya untuk melakukan
peningkatan kemampuan dan kemamuan klien yang mencakup aspek intelektual, sosial emosional, spiritual dan fisik yang
memungkinkan klien dapat berfungsi sosial dengan baik. b.
Kepada lingkungan, pekerja sosial berupaya untuk menciptkan kondisi-kondisi yang memungkinkan klien dapat mengembangkan
keberfungsian sosialnya. 3.
Praktek pekerjaan sosial mengarah pada tiga tingkatan intervensi, yakni:
a. Praktek mikro, yaitu kegiatan pekerjaan sosial yang diarahkan
untuk menangani permasalahan yang dialami individu-individu dan keluarga.
b. Praktek meso, yaitu kegiatan pekerjaan sosial yang diarahkan
terhadap kelompok. c.
Praktek makro, yaitu kegiatan pekerjaan sosial yang diarahkan terhadap organisasi dan masyarakat untuk menghasilkan perubahan-
perubahan yang diinginkan. 4.
Ilmu pekerjaan sosial merupakan ecletic sciences, yaitu merupakan ilmu yang dalam proses pembentukannya mengambil atau
mengadaptasi bagian-bagiankonsep-konsep yang relevan dari berbagai disiplin ilmu lain seperti sosiologi, psikologi, psikiatri dan lain-lain.
Susantyo, 2008 : 3-5
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Pengembangan Masyarakat
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa masyarakat menjadi fokus dalam pekerjaan sosial yang juga disebut dengan community
development pengembangan masyarakat atau praktek makro. Secara umum inilah yang membedakan profesi kemanusiaan lainnya dengan profesi pekerjan
sosial. Seperti yang diutarakan Netting, Kettner, dan Mc Murty bahwa hanya sedikit profesi yang memfokuskan pada keberfungsian klien dalam konteks
organisasi, masyarakat, dan kebijakan, salah satunya adalah pekerjaan sosial Suharto, 2006 : 113.
Pengembangan masyarakat memiliki defenisi yang beragam di setiap negara. Misalnya Hayden menyajikan sejumlah defenisi yang berbeda yang
berlaku dalam berbagai negara. Ia menyajikan defenisi community development berlaku di Inggris dan Amerika Serikat, kanada, india, Rhodesia dan juga
defenisi yang digunakan Perserikatan Bangsa Bangsa. Sebagai contoh defenisi CD menurut PBB adalah suatu proses yang merupakan usaha masyarakat
sendiri yang diintegrasikan dengan otoritas pemerintah guna memperbaiki kondisi sosial ekonomi dan kultural komunitas, mengintegrasikan komunitas
kedalam kehidupan nasional dan mendorong kontribusi komunitas yang lebih optimal bagi kemajuan nasional Soetomo 2006 : 79
Seperti yang diutarakan Hayden di atas bahwa pengembangan masyarakat memilki defenisi tersendiri bagi negara-negara yang telah atau
sedang menerapkannya dalam setiap program kebijakan sosial. Di Indonesia menurut Adi dalam arti sempit mikro istilah pengembangan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
sering dipadankan dengan pembangunan masyarakat desa dengan mempertimbangkan desa dan kelurahan berada pada tingkatan yang setara
sehingga pengembangan masyarakat desa kemudian menjadi setara dengan konsep “pengembangan masyarakat lokal” locality development Adi, 2008 :
223. Glen melihat setidaknya dalam Adi 2008 : 224-226 ada tiga unsur
dasar yang menjadi ciri khas pendekatan CD, yaitu: 1.
Tujuan dari pendekatan ini adalah memampukan masyarakat untuk Mendefenisikan dan memenuhi kebutuhan mereka.
Terkait dengan unsur yang pertama tersebut, menurut Glen adalah mengembangkan kemandirian dan pada dasarnya memantapkan rasa
kebersamaan sebagai komunitas berdasarkan basis “ketetanggaan” neighbouthood, meskipun bukan secara eksklusif. Menurut Susantyo 2008 :
46-47 tujuan khusus dari pengembangan masyarakat itu sendiri adalah: a.
Memperoleh data dan fakta yang cukup sebagai dasar untuk perencanaan dan tindakan yang sehat.
b. Memulai mengembangkan dan merubah program-program dan yang
lebih baik antara sumber-sumber dan kebutuhan. c.
Meningkatkan standar pekerjaan sosial untuk meningkatkan efektifitas kerja dari lembaga-lembaga.
d. Meningkatkan dan memberikan fasilitas interelasi dan
meningkatkan koordinasi antar oragnisasi, kelompok, dan individu- individu yang terlibat dalam program-program dan usaha
kesejahteraan sosial
Universitas Sumatera Utara
e. Mengembangkan pengertian umum daripada masalah-masalah
kebutuhan kesejahteraan sosial, tujuan-tujuan, program dan metode- metode pekerjaan sosial.
f. Mengembangkan dukungan dan partisipasi masyarakat dalam
aktivitas kesejahteraan sosial 2.
Proses pelaksanaanya melibatkan kreativitas dan kerja sama masyarakat ataupun kelompok-kelompok dalam masyarakat tersebut.
Terkait dengan elemen yang kedua ini, Glen memprasyaratkan adanya kerja sama dan kreativitas sebagai dasar proses pengembangan masyarakat
yang baik. Pandangan yang melihat komunitas sebagai kelompok masyarakat- yang secara potensial-kreatif dan kooperatif merefleksikan idealisme sosial
yang positif terhadap upaya-upaya kolaboratif dan pembentukan identitas komunitas.
Berkaitan dengan kerjasama dalam pembangunan masyarakat, perencanaan bisa dilakukan oleh partisipasi masyarakat sendiri, instansi
pemerintah, LSM, perusahaan, maupun pekerja sosial atau siapapun yang memiliki perhatian terhadap pengembangan masyarakat. Kerjasama itu bisa
diawali dari identifikasi masalah dan kebutuhan masyarakat, sampai pada penyusunan program, pelaksanaan program dan evaluasi program. Tentunya
keberhasilan dari program pengembangan masyarakat tanpa partisipasi dan kontrol masyarakat belum bisa dianggap sebagai pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat, oleh sebab itu dengan melihat kreatifitas dan potensi masyarakat dengan cermat dan baik akan menjadi langkah awal menuju
keberhasilan program yang dijalankan.
Universitas Sumatera Utara
3. Praktisi yang menggunakan model intervensi ini lebih banyak
menggunakan pendekatan masyarakat yang bersifat Non-direktif. Pendekatan nondirektif berarti seorang pekerja sosial masyarakat
community worker, tidak meletakkan dirinya sebagai penentu keputusan baik atau buruknya bagi suatu masyarakat. Maka Community worker lebih baik
bersifat menggali potensi masyarakat, masyarakat diberikan kesempatan untuk membuat anaslis dan mengambil keputusan yang berguna bagi mereka sendiri,
serta memberikan kesempatan penuh dalam penentuan cara-cara untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan Adi 2008 : 229.
2.2.3.1 Partsipasi Masyarakat dalam Pengembangan Masyarakat
Partisipasi masyarakat adalah adanya keikutsertaan ataupun keterlibatan masyarakat dalam proses mengidentifikasi masalah, pengidentifikasian potensi
yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan alternatif solusi penanganan masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan juga
keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi Adi, 2008 : 110.
Selain partisipasi memandang masyarakat sebagai subjek perubahan, Adisasmita juga memandang partisipasi dapat pula digunakan atau diterapakan
sebagai strategi kebijakan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan, hal itu dimaksudkan sebagai upaya atau tindakan dalam
perumusan dan implementasi berbagai program pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat terlaksana secara reliable,
acceptable, dan workable Adisasmita, 2006 : 131-132.
Universitas Sumatera Utara
Tidak heran jika literatur yang berhubungan pengembangan atau pemberdayaan masyarakat, penulis selalu turut membahas partisipasi
masyarakat. Seperti Pendapat Glen di atas yang manyatakan bahwa pengembangan masyarakat harus mengutamakan pendekatan nondirektif, ini
berarti bahwa partisipasi masyarakat sangat menentukan dalam pengembangan masyarakat ini. Sebagai salah satu unsur yang terpenting dalam CD, maka
pembahasan berikut ini akan menjelaskan apa itu partisipasi, bagaimanakah partisipasi masyarakat itu? Dan mengapa harus partisipasi masyarakat sangat
penting dalam CD. Masyarakat adalah target perubahan, ini berarti bahwa masyarakat
adalah objek yang menyandang masalah-masalah sosial. Oleh sebab itu tanpa adanya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam mengatasi masalah mereka
sendiri yang ada program hanya akan menjadi berupa bantuan sosial saja yang dapat menimbulkan ketergantungan masyarakat dari pihak luar.
Mikelsen dalam Soetomo, 2006 : 447-448 ada beberapa pertimbangan rasional yang mendasari strategi pengembangan partisipasi masyarakat yaitu.
Secara normatif asumsi yang mendasarinya adalah bahwa masyarakat lokal harus memperoleh proyek dan program pembangunan yang mereka tentukan
sendiri. Asumsi normatif ini di dasari oleh asumsi deduktif bahwa masyarakat lokal yang paling tahu apa yang menjadi masalah kebutuhannya, dan mereka
memiliki hak dan kemampuan untuk menyatakan pikiran dan kehendaknya tadi.
Asumsi normatif dan dediktif tersebut kemudian dapat dilanjutkan dengan pengembangan asumsi teoritik yang menjelaskan hubungan sebab
Universitas Sumatera Utara
akibat. Beberapa asumsi yang dikembangkan Mikkelsen lebih lanjut akan diuraikan sebagai berikut ini. Pertama tujuan pembangunan dapat dicapai
secara harmonis dan konflik antar kelompok-kelompok masyarakat dapat diredam melalui pola demokrasi setempat. Kedua, pembangunan menjadi
positif apabila ada partisipasi masyarakat. Asumsi ini menempatkan partisipasi masyarakat sebagai sarana sekaligus tujuan dari proses pembangunan. Ketiga,
pemberdayaan masyarakat mutlak perlu mendapat partisipasinya, karena pemerintah tidak akan mengeluarkan biaya untuk program pembangunan yang
ditetapkan masyarakat, kecuali masyarakat itu sendiri mempunyai kemampuan untuk memaksa pemerintahnya. Keempat, kurangnya partisipasi masyarakat
dalam program pembangunan berarti penolakan secara internal di kalangan anggota masyarakat itu sendiri, dan secara eksternal terhadap pemerintah dan
pelaksana programnya. Ife dan Frank menyatakan bahwa partisipasi adalah konsep sentral, dan
prinsip dasar dari pengembangan masyarakat, karena di antara banyak hal, partisipasi terkait erat dengan HAM. Jika HAM lebih sekadar peryataan dalam
deklarasi, yaitu jika partisipasi berakibat membangun secara aktif kultur HAM sehingga menjamin berjalannya proses-proses dalam pengembangan
masyarakat secara partisipatif adalah suatu kontribusi yang sangat signifikan bagi pembangunan kultur HAM Ife dan Frank, 2008 : 295.
Pandangan Mikkelsen dan Ife dan Frank tersebut menunjukkan kepada kita bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah hak masyarakat.
Selain merupakan hak masyarakat, bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan turut membawa dampak demokrasi dalam suatu wilayah yang
Universitas Sumatera Utara
telah tumbuh sampai pada ruang lingkup yang kecil. Dengan demikian pembangunan melibatkan masyarakat dalam pembangunan berarti telah
menghargai sebagai hak masyarakat dan hak-hak berdemokrasi serta membantu masyarakat dalam proses belajar dan program pembangunan akan
dapat bekelanjutan. Sesuai dengan prinsip community development itu sendiri, intervensi
yang diberikan perlu diusahakan untuk tidak menimbulkan ketergantungan, tetapi justru mendorong terjadinya kesinambungan. Intervensi yang dikatakan
menimbulkan ketergantungan apabila masyarakat yang tadinya statis menjadi tergerak untuk melakukan perubahan dan pembaruan setelah memperoleh
intervensi dari luar, tetapi kemudian kembali menjadi statis setelah intervensi dihentikan dan baru terjadi aktivitas pembaruan lagi apabila memperoleh
intervensi yang baru. Sebaliknya, intervensi yang dikatakan dapat menumbuhkan kesinambungan apabila masyarakat tadinya statis menjadi
bergerak untuk melakukan perubahan dan pembaruan tetap berlangsung meskipun intervensi dihentikan. Oleh sebab itu, pendekatan partisipatif dalam
pengembangan masyarakat mutlak dilakukan untuk menggali potensi dan menganalisis masalah serta mengatasi masalah secara bersama-sama oleh
masyarakat dengan kemampuan dan keinginan masyarakat.
2.2.3.2 Tahapan Intervensi Pengembangan Masyarakat
Adi 2008 : 244-258 menilai setidaknya ada enam tahapan pengembangan masyarakat yang mencakup yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Tahapan persiapan. Tahapan persiapan di dalamnya terdapat tahap-
tahap yaitu a persiapan petugas, dan persiapan lapangan. Persiapan petugas dalam hal ini tenaga community worker. Sementara itu
persiapan lapangan, petugas community worker melakukan studi kelayakan terhadap daerah atau wilayah yang akan dijadikan sasaran.
2. Tahap Assessment. Proses ini dilakukan dengan mengidentifikasi
masalah kebutuhan yang dirasakan atau pun kebutuhan yang diekspresikan dan juga sumber daya yang dimiliki komunitas sasaran.
Pada tahap ini partisipasi dan peranan masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengidentifikasi masalah mereka.
3. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan. Pada tahap ini
pelaku perubahan secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah mereka hadapi dan bagaimana mengatasinya.
4. Tahap pemformulasikan rencana aksi. Pada tahap ini pelaku perubahan
membantu masing-masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan guna
mengatasi permasalahan yang ada. 5.
Tahap pelaksanaan implementasi program atau kegiatan. Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling krusial
penting dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di
lapangan bila tidak ada kerja sama antara pelaku perubahan dan warga masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
6. Tahap evaluasi. Evaluasi sebagai suatu proses pengawasan dari warga
dan petugas terhadap program yang sedang dilakukan dengan melibatkan warga. Karena dengan keterlibatan warga pada tahap ini
diharapkan akan terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal.
Jika tahap-tahap ini sudah dilakukan secara benar, selanjutnya adalah mengukur keberhasilan yang telah diperoleh dari program tersebut. Selain
mengukur tingkat keberhasilan, pengukuran ini dapat digunakan juga sebagai evaluasi keseluruhan suatu program yang telah selesai dilaksanakan. Terkait
dengan kriteria keberhasilan program pengembangan masyarakat, Feurstein mengajukan beberap indikator yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
a. Indikator ketersediaan indicators of availability. Indikator ini melihat
apakah unsur yang seharusnya ada dalam suatu proses itu benar-benar ada.
b. Indikator relevansi indicators of relevance.
c. Indikator keterjangkauan indicators of accessibility. Indikator ini
melihat apakah layanan yang ditawarkan masih berada dalam jangkauan pihak-pihak yang membutuhkan.
d. Idikator pemanfaatan indicators of utilization. Indikator ini melihat
seberapa banyak suatu layanan yang sudah disediakan oleh pihak pemberi layanan dan digunakan dimanfaatkan oleh kelompok sasaran.
e. Indikator cakupan indicators of coverage. Indikator ini menunjukkan
proporsi orang-orang yang membutuhkan sesuatu dan menerima layanan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
f. Indikator kualitas indicators of quality. Indikator ini menunjukkan
standar kualitas dari layanan dari layanan yang disampaikan ke kelompok sasaran.
g. Indikator upaya indicators of efforts. Indikator ini menggambarkan
berapa banyak upaya yang sudah ditanamkam dalam rangka mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
h. Indikator efisiensi indicators of efficiency. Indikator ini menunjukkan
apakah sumber daya dan aktivitas yang dilaksanakan guna mencapai tujuan dimanfaatkan secara tepat guna efisien, atau tidak
memboroskan sumber daya yang ada dalam upaya mencapai tujuan. i.
Indikator dampak indicators of impact. Indikator ini melihat apakah sesuatu yang kita lakukan benar-benar memberikan perubahan di
masyarakat. 7.
Tahap terminasi. Tahap ini merupakan tahap “perpisahan” hubungan secara formal dengan komunitas sasaran. Terminasi dilakukan sering
kali bukan karena masyarakat sudah dapat dianggap mandiri, tetapi tidak jarang terjadi karena melebihi jangka waktu yang ditetapkan
sebelumnya, atau karena anggaran sudah selesai dan tidak ada penyandang dana yang dapat dan mau meneruskan program tersebut
Adi, 2008 : 254-256.
2.3 Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan