BAB III PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP SUNGAI ALAS
SEBAGAI SUMBER DAYA ALAM MILIK BERSAMA
Masyarakat pada umumnya memiliki persepsi yang beragam terhadap artian sungai, dimana sungai merupakan salah satu dari sumber daya milik
bersama Common Proerty Resources. Siapa saja yang mengenal sungai akan memiliki persepsi dengan pandangannya sendiri. Secara sederhana apa yang
menjadi persepsi tersebut berasal dari konsep pelakunya manusianya. Dalam karya ilmiah ini penulis membagi persepsi sungai yang dikelompokkan dalam dua
sudut pandang yang berbeda, yaitu: pertama adalah persepsi sungai menurut pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara dan yang kedua adalah persepsi sungai
menurut masyarakat di lokasi penelitian pada Kecamatan Ketambe yang mewakili masyarakat yang berdekatan langsung dengan Sungai Alas, dimana lokasi ini kita
dapat melihat langsung kehidupan sosial budaya masyarakat di sekitar Sungai Alas.
Universitas Sumatera Utara
III.1 Persepsi Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara Mengenai Sungai Alas
Sungai menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai, menetapkan bahwa dalam peraturan pemerintah ini
yang dimaksud dengan sungai mengandung pengertian: 1.
Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya
serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. 2.
Danau adalah bagian dari sungai yang lebar dan kedalamannya secara alamiah jauh melebihi ruas-ruas lain dari sungai yang bersangkutan
3. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya
bangunan sungai dalam hal ini bangunan bendungan, dan berbentuk pelebaran alurbadanpalung sungai.
4. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah tata pengairan sebagai hasil
pengembangan satu atau lebih daerah pengaliran sungai. 5.
Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai dihitung dari tepi sampai dengan kaki tanggul sebelah dalam
6. Bangunan sungai adalah bangunan yang berfungsi untuk perundungan,
pengembangan, penggunaan dan pengendalian sungai. 7.
Garis sempadan sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai. 8.
Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Tingkat 9.
Badan usaha milik Negara adalah badan usaha milik Negara yang dibentuk untuk melakukan pembinaan, pengusahaan, eksploitasi dan pemeliharaan
sungai sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
10. Pejabat yang berwenang adalah Menteri atau pejabat
Dalam mengambil persepsi sungai pada Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara, penulis hanya mengambil persepsi menurut dinas yang terkait saja yaitu
Dinas Pengairan Kabupaten Aceh Tenggara. Menurut Dinas Pengairan Kabupaten Aceh Tenggara yang tertuang dalam Final Report Dinas Pegairan Kabupaten
Aceh Tenggara, Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD Sungai Lawe Alas Tahun 2010 adalah, sungai merupakan sumber air yang memiliki potensi besar untuk aset
pembangunan dan merupakan modal dasar yang perlu digali dan didayagunakan secara tepat dengan memperhatikan sifat atau karakteristik sumberdaya itu sendiri.
Selain merupakan sumberdaya air yang penting artinya bagi kehidupan, perencanaan, dan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan juga
mengandung fungsi sebagai pelestarian lingkungan hidup Final Report Dinas Pengairan Kabupaten Aceh Tenggara, UPTD Sungai Lawe Alas
Ada unsur peran Pemerintah yang muncul di dalam persepsi tersebut, dimana peranan berarti tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa
Amba, 1998. Selanjutnya Amba 1998 Peranan adalah suatu konsep yang dipakai sosiologi untuk mengetahui pola tingkah laku yang teratur dan relatif
bebas dari orang-orang tertentu yang kebetulan menduduki berbagai posisi dan menunjukkan tingkah laku yang sesuai dengan tuntutan peranan yang
dilakukannya, selanjutnya Levinson dalam Soekanto 1981, menyatakan bahwa peranan mencakup paling sedikit 3 tiga hal, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Peranan adalah norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti menempatkan rangkaian peraturan yang
mendukung seseorang dalam kehidupan masyarakat. 2. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi. 3. Peranan dapat juga dikatakan sebagai perilaku individu yang penting dalam
struktur sosial. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, yang disebut dengan Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah. Peranan
Pemerintah Daerah dalam mendukung suatu kebijakan pembangunan bersifat partisipatif adalah sangat penting. Ini karena Pemerintah Daerah adalah instansi
pemerintah yang paling mengenal potensi daerah dan juga mengenal kebutuhan rakyat setempat Soetrisno, 1995.
Berdasarkan Visi dan Misi dari Bupati Aceh Tenggara yang salah satunya adalah terbentuknya masyarakat yang memahami dan mendukung upaya
pelestarian lingkungan hidup green society dan dilanjutkan dengan Misi yaitu peningkatan partisipasi masyarakat dan kemitraan sinergis antar pelaku
pembangunan dan pelesatarian Kawasan Ekosistem Lauser KEL dan Taman Nasional Gunung Leuser TNGL serta pemanfaatan sumberdaya alam untuk
kesejahteraan rakyat Aceh Tenggara dimana Sungai Alas didalamnya memainkan peranan yang tidak sedikit. Pada dasarnya wilayah Kabupaten Aceh Tenggara
Universitas Sumatera Utara
kaya akan potensi wisata alam dan wisata perairan terutama Sungai Alas yang membentang dari utara ke selatan.
Dari hal tersebut dapat dilihat bagaimana pemerintah berupaya mengajak lapisan masyarakatnya untuk turut serta dalam memahami dan mendukung
Pemerintah guna melestarikan lingkungan hidup dimana partisipasi masyarakat dan kemitraan sinergis antar pelaku pembangunan dan pelesatarian lingkungan
sangat penting guna menunjang keberhasilan Visi dan Misi Pemerintah untuk tetap membentuk pelestarian lingkungan hidup green society di Kabupaten Aceh
Tenggara khusunya Sungai Alas dan bagaimana meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap lingkungan. Menurut Glasbergen dalam Baiquni 2002,
kebijakan pembangunan dan lingkungan sering kali terjadi kesenjangan antara kondisi yang diharapkan dan hasil yang terjadi. Kondisi tersebut menunjukkan
bahwa persoalan fisik obyek semata tetapi ada dimensi kepentingan subyek yang perlu diperhitungkan.
III.2 Persepsi Masyarakat Kecamatan Ketambe Mengenai Sungai Alas
Masyarakat yang hidup berdekatan dan bersentuhan langsung dengan alam seperti Sungai Alas, tentu memiliki persepsi atau cara pandang tentang
sungai tersebut, baik itu dari segi fungsi, manfaat, maupun persepsi yang kemudian terus dikembangkan oleh manusia menjadi ide-ide atau gagasan sebagai
sistem berfikir secara tidak disadari dan telah terpola serta memiliki peranan sehingga membentuk pandangan tersendiri terhadaap sungai tersebut oleh
masyarakat daerah sekitar. Hal ini tentunya terkait dengan cara pandang seseorang
Universitas Sumatera Utara
dalam melihat sungai. Dari hasil wawancara dengan beberapa orang yang berada di Kecamatan Ketambe terdapat beberapa persepsi sungai dipandang dari
beberapa aspek. Hal ini tentunya menurut cara pandang dari masing-masing individu.
Berdasarkan dari pengamatan peneliti serta beberapa informasi dari masyrakat Ketambe, ada beberapa kelompok masyarakat yang memandang sungai
dengan persepsi sebagai aliran 1. air biasa, ada juga yang memandangnya sebagai suatu 2. sumber daya alam yang saling berhubungan kehidupan kompleks,
dimana terjadi hubungan rantai kehidupan yang lebih menekankan pada aspek fungsi dan manfaat. Beberapa orang lagi memandang sungai sebagai suatu 3.
sumber daya alam yang penting, dapat dimanfaatkan dan memiliki fungsi untuk hiburan entertain atau wisata.
Berbicara mengenai pemanfaatan yang dilakukan masyarakat Ketambe, tentu erat kaitannya sehingga tidak bisa dilepaskan mengenai apa yang dilakukan
masyarakat tersebut di Sungai Alas, dari sinilah muncul ide-ide oleh masyarakat tersebut sebelum mengerjakan ataupun mencari peluang untuk dapat
mengoptimalkan sumber daya alam yang ada di sekeliling mereka itu. Seperti yang biasa dilakuakan oleh masyarakat Ketambe untuk mengambil dan mengolah
kira-kira hal apa saja yang dapat berdaya guna bagi mereka. Sebelum itu mereka terlebih dahulu memiliki sistem berfikir ataupun ide-ide yang akan
diimplementasikan untuk kepentingan mereka. Seperti yang diungkapkan J.J Honingmann dalam Koentjaraningrat 2002:186 ada tiga gejala kebudayaan,
yaitu: 1. Ideas, 2. Activities, dan 3. Artifacts. Dimana wujud kebudayaan
Universitas Sumatera Utara
sebagai Ideas Ide-ide memiliki gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan. Dalam hal ini maka dapat kita ketahui bahwa dalam memulai hingga melakukan
pemanfaatan sungai dibutuhkan terlebih dahulu ide-ide, oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat Ketambe memiliki ide-ide terlebih dahulu
sebelum melakukan pemanfaatan Sungai Alas. Jika masyarakat ketambe tidak memiliki ide-ide pengetahuan lokal tentang bagaimana cara memanfaatkan
Sungai Alas tersebut maka mereka tidak bisa mengambil manfaat dari sungai seperti sekarang ini. Setelah memikirkan ide-ide, masyarakat Ketambe
mewujudkannya dalam wujud kebudayaan yang kedua yaitu kebudayaan sebagai suatu aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Hal ini
dipraktekan dengan cara masyarakat yang dilahirkan dengan tindakan mereka, misal adanya masyarakat yang memiliki ide untuk mengambil hasil bumi dari
Sungai Alas tersebut dengan cara mendurung ikan, memancing, menyetrum ikan ataupun tindakan ilegal seperti meracun untuk mendapatkan ikan dari sungai.
Selanjutnya masyarakat yang telah memiliki ide-ide serta tindakan dalam aktivitas mewujudkannya dalam bentuk kebudayaan yang ketiga, yaitu sebagai benda-
benda hasil karya manusia, ini dapat dilihat dari hasil tangkapan ikan yang mereka peroleh, yang kemudian dijual ataupun untuk konsumsi sendiri.
III.2.1. Air Biasa
Sudut pandang masyarakat yang menekankan pada persepsi bahwa Sungai Alas adalah sebagai sumber aliran air biasa atau aliran air yang besar dapat
diperkuat dari ungkapan seorang warga masyarakat Ketambe bernama Etek Yoh
Universitas Sumatera Utara
Perempuan63 tahun yang bekerja sebagai buruh tani dan berdagang, seperti
petikan kalimatnya berikut ini:
”Sungai itu ya air besar, yang mengalir biasa. Kami bisa juga mandi, nyuci di kali atau kadang-kadang kalau baru siap hujan, air baru
besar bisa juga kita pergi ke kali nyari-nyari kayu bakar, mana tahu dapat juga Tusam Pinus Mercusii. Sungai juga dekat, jadi mandi, nyuci,
semualah disitu... Kalau untuk masak kita ambil air dari PNPM air bantuan. Untuk apa buat kamar mandi, kan sudah ada sungai besar dekat
sini”.
Mandi, Cuci dan Buang Air Besar, Masyrakat yang memanfaatkan Sungai
Alas untuk kebutuhan sehari-hari mereka separti Mandi, Cuci dan Buang Air Besar. Foto:Sidriani Handayani
Dalam melakukan aktivitas mandi, cuci dan bahkan buang air besar tersebut, dari pengamatan peneliti terjadi sebuah interaksi sosial diantara
mereka masyrakat setempat. Mereka saling bertukar informasi dan bercengkrama. Di situ mereka mandi, di situ mereka cuci pakaian, di situ
pulalah mereka melepaskan hajat besar dan kecil, dan disitu pulalah mereka mendengar kabar terakhir dari kerabat atau tetangga yang datang
Aditjondro, George Junus, 2003:45.
Universitas Sumatera Utara
Selain Etek Yoh, ada juga Sahidal Pria42 Tahun warga Desa Lawe Mengkudu Kecamatan Ketambe yang bekerja sebagai Penderes Karet Berkebun
juga memiliki persepsi, bahwa Sungai Alas sebagai sumber aliran air biasa yang besar dapat terlihat dari ungakapnnya berikut ini:
”Sungai itu kin
11
Masyarakat yang menekankan pada persepsi bahwa Sungai Alas adalah sebagai suatu sumber daya alam yang saling berhubungan kehidupan kompleks,
dimana terjadi hubungan rantai kehidupan yang lebih menekankan pada aspek fungsi dan manfaat aliran air sungai yang dapat memberikan hasil. Sungai Alas
diartikan sebagai sebuah kesatuan ekosistem yang kompleks, dimana kompleksnya kehidupan dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang ada di
dalamnya saling berhubungan. Misalnya antara Ikan Jurung yang terdapat di Sungai Alas memberikan manfaat kepada manusia yang mengambil dan
memakannya. Sungai juga dikatakan sebagai satu kesatuan ekosistem yang didominasi oleh berbagai macam mahluk hidup. Mahluk hidup yang dimaksudkan
dalam pengertian di atas adalah segala jenis pohon yang hidup, binatang dan manusia yang juga hidup dari adanya aliran air sungai tersebut. Sungai itu sendiri
, oh...mengalir dia, biasa-biasa ajapun alirannya. Tapi pernah hari tu, banjir sini, banjir bandang tahun 2004. Ngeri juga
kita tenggoknya, tapi sungai ini ada juga ikannya, ikan yang ada disini Ikan Jurung, Ikan Mujahir, Ikan Lawe Alas, Ikan Merah, ya kitalah
tangkapinya kalau mau ya itulah... Yang bisa memanfaatkan sungai ya.. orang yang pande ajalah, mendurung dia, nyetrum, macam lagi”
III. 2. 2. Sumber Daya Alam yang Saling Berhubungan
11
“KIN” dalam bahasa penduduk setempat, hanya berupa penambah dialeg ketika berbicara dan sudah merupakan ciri khas Orang Alas menggunakan kata “KIN” dalam setiap percakapannya.
Universitas Sumatera Utara
sebagai bagian dari ekosistem yang lebih besar yang di dalamnya terdapat sumber manfaat. Dapat dilihat dari ungkapan seorang warga masyarakat Ketambe
bernama Haida, SP Perempuan43 Tahun yang bekerja sebagai Kepala BPP Badan Penyuluh Pertanian Kec. Ketambe, berikut ini:
”Lawe Alas merupakan sumber daya alam yang sangat berarti sekali. Mulai dari ikan yang ada di dalam sungai yang dapat menambah
Income pemasukan-red masyarakat, sampai dengan pariwisata seperti rafting yang masyarakat disini juga ikut mengelolanya secara
perkelompok. Ada hubungan timbal balik yang diberikan alam kepada kita dari Lawe Alas ini. Kita diberikannya segala manfaat yang dapat diambil,
masyarakat disini juga bisa memanfaatkannya. Sungai harus dijaga dan dirawat untuk kelangsungan kehidupan masa mendatang. Di daerah ini
masyarakatnya ada yang menjaga ada juga yang merusak sungai, aneka corak warna lah masyarakat disini. Untuk menjaga dan merawat sungai
alas masyarakat beserta pemerintah pernah melakukan penanaman bambu pada tahun 2007, bambu dipilih karena akarnya lebih kuat dan
mudah tumbuh. Sayangnya hal ini cuma dilakukan sekali, setelah tahun 2007 tersebut tidak pernah lagi. Pelestarian atau penjagaan lain yang
seharusnya dilakukan untuk menjaga Lawe Alas ini dengan tidak menebangi pohon sembarangan di gunung, memilih pohon besar yang
berada di lokasi yang tidak merusak hutan, membuka lahan pertanian hanya di sekitar kaki bukit. Jika hutan rusak maka akan meluaplah Lawe
Alas dan terjadilah banjir”.
Dari aspek fungsi dan manfaat juga beberapa orang memiliki pengertian yang hampir sama. Seperti Zamanuddin Pria52 Tahun yang memberikan
definisi sungai adalah sebuah kehidupan kompleks antara tumbuhan, hewan dan manusia yang saling mendukung dan terkait satu sama lain layaknya seperti rantai
kehidupan. Sungai adalah proses pembendaharaan keanekaragam hayati maupun hewani yang mesti dijaga, sehingga semua elemen yang terkait didalamnya
membentuk sebuah kehidupan rantai makanan yang komplet dari hewan bersel satu sampai yang bersel banyak, ditandai dengan adanya proses saling makan
memakan. Itu dari segi hewani, sedangkan dari segi hayati begitu juga halnya, ada
Universitas Sumatera Utara
sebuah hubungan yang saling menguntungkan dan tarik menarik, seperti contoh kehidupan di pinggir sungai yang apabila tidak ditopang oleh adanya pohon-
pohon bambu yang akarnya dapat berfungsi untuk mengeratkan bibir sungai agar tidak mudah terjadi pelebaran sungai oleh arus sungai yang tidak menentu
adatngnya, karena kita ketahui sendiri bahwa air di Sungai Alas bisa sangat besar pada waktu tertentu juga bisa menjadi kecil arusnya pada waktu tertentu pula.
Akar-akar pohon bambu ini seperti bronjong alami.
Mandi Sungai. Sejumlah anak kecil tengah mandi sambil menikmati derasnya air Sungai Alas yang berbatu besar dengan pohon bambu di pinggir sungai. Foto:Sidriani Handayani
III.2.3. HiburanWisata
Universitas Sumatera Utara
Sahudin Pria43 Tahun warga Kecamatan Ketambe yang pernah bekerja sebagai Kepala Desa di Kecamatan Ketambe dan saat ini memilih berwiraswasta
sambil bertani juga memiliki persepsi, bahwa Sungai Alas sebagai suatu sumber daya alam yang penting dari aspek ekosistem dan memiliki fungsi vital dalam
kehidupan masyarakat sekitar serta juga memiliki fungsi entertain Hiburan, berikut petikan wawancara penulis dengan narasumber:
”Banyak artian sungai. Tergantung kita memahaminya untuk apa dan pada masyrakat disini Sungai Alas ini sangat penting artinya. Penting
maksudnya bisa kita ambil manfaat yang disediakan sungai ini, juga memiliki arti penting dalam sarana hiburan wisata alam, selain dari
manfaat yang kita peroleh tersebut. Dari sarana hiburan misanya, untuk rafting, pemuda disini berkelompok biasanya yang terdiri dari usia muda
15-25 tahun. Mereka adalah para pemuda desa serta mereka yang duduk di bangku SMU memberikan jasa sebagai pemandu arung jeram
atau menyusuri daerah-daerah wisata di dekat Sungai Alas”
Ada juga yang mendefinisikan sungai sebagai sebuah tempat
berkumpulnya air yang jatuh dari air hujan di gunung turun hingga mengalir ke kaki gunung dan berkumpul di Sungai Alas, sungai juga sebagai sebuah ciptaan
Tuhan untuk mahluknya Sabitah, Perempuan22 Tahun. Sungai juga diartikan sebagai tempat hidup dan berkembang biak Ikan, sungai dianggap sebagai tempat
bersarangnya Ikan-ikan seperti Ikan Jurung, Ikan Mas, Ikan Bado, dan lain sebagainya Riska, Perempuan22 Tahun.
Dari melimpahnya ikan yang ada di Sungai Alas, masyarakat di Ketambe khususnya juga tidak tinggal diam hanya dengan mengambilnya untuk konsumsi
sendiri, tapi juga mengolah ikan tersebut menjadi masakan tradisional khas daerah tersebut berupa ikan pepes yang kemudian dijajakan di pinggir jalan, dimana jalan
Ketambe ini merupakan akses darat menuju Kabupaten Gayo Lues yang tentunya
Universitas Sumatera Utara
banyak dilalui oleh pengendara sepeda motor atau mobil, sehingga para pengguna jalan tertarik untuk berhenti sebentar, singgah dan mencicipi makanan berupa ikan
yang diolah tradisionil ini.
Pedagang Ikan Pepes. Seorang pedagang ikan pepes yang berada di daerah Ketambe tengah menjajakan ikan hasil tangkapannya dari Sungai Alas yang diolah secara tradisionil menjadi
makanan khas Kutacane. Foto:Sidriani Handayani
Pengertian sungai yang lebih menekankan pada aspek fungsi berikutnya
adalah sungai diartikan sebagai wilayah yang di dalamnya terdapat berbagai macam jenis ikan, material yang terdapat pada dasar sungai seperti, batu, kerikil
dan pasir Indra, Pria50 Tahun. Pengertian sungai yang menekankan pada kearifan lokal local knowledge oleh masyarakat setempat diartikan sebagai
sebuah kawasan yang dianugerahkan Tuhan dan harus dijaga dengan baik. Penjagaan sungai ini dilakukan dengan memberikan sanksi kepada siapa saja yang
merusak sungai seperti meracun untuk mengambil ikan atau menyetrum. Tapi pada kenyataannya dilapangan sanksi ini tidak terlihat tegas. Selain dianggap
Universitas Sumatera Utara
sebagai anugerah dari Tuhan oleh masyarakat setempat, Sungai Alas ini juga dianggap memiliki hal-hal magic. Jika tidak berhati-hati di derasnya arus Sungai
Alas, bukan tidak jarang Sungai Alas ini memakan korban setiap tahunnya. Sungai Alas ini menyimpan batu besar, arus yang kuat, dan juga terdapat pohon-
pohon besar di titik tertentu sepanjang aliran sungai. Walau demikian Sungai Alas masih menjadi daya tarik tersendiri untuk masyarakat maupun para wisatawan
untuk menikmati derasnya air sungai atau mengambil hikmah memanfaatkan dari adannya aliran Sungai Alas ini, seperti yang dilakukan Rabumin Pria58
Tahun. Ia dengan setia duduk di pinggir Sunggai Alas dibawah pondok kecil yang dibangunnya untuk menjajakan dagangan berupa makanan dan minuman
ringan bagi para wisatawan yang datang ke Sungai Alas untuk mandi di Kecamatan Ketambe atau daerah Gurah. Rabumin mengaku setiap minggu atau
akhir pekan ia selalu berjualan makanan atau minuman ringan di daerah ini untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selain dari usahanya berkebun. Tapi Rabumin
mengakui akhir-akhir ini sudah sedikit pengunjung yang datang kesini. Berikut penuturan Rabumin pada Peneliti:
”Gak banyak anak-anak muda naek kesini Gurah-Red lagi. Mungkin orang itu lebih senang dekat Kota aja, biar gak jauh lagi kayak di Lawe Gerger
Pantai Barat, sekitar-sekitar itu. Tapi cemana ya namanya kita cari hidup, mau gak mau, rame atau enggakpun tetap kita jualan disinikan?. Jualanpun kalo gak
ada yang beli masih bisa dibawa pulang, kapan-kapan dijual lagi, karena kayak gininya jualam ku, ada kacang, biskuit, Fanta, Sprite, Pop Mie, banyaklah..gak
mudah basi ”
Universitas Sumatera Utara
Menanti Pembeli. Rabumin58 Tahun seorang pedagang makanan dan minuman ringan di pinggir Sunagi Alas daerah Gurah tengah menanti pembeli yang ingin mandi atau berwisata ke
Sungai Alas.
Banyak pengertian sungai yang diartikan oleh masyarakat Kecamatan
Ketambe. Semua definisi tersebut mengacu pada pentingnya menjaga kelestarin sungai dari manfaat yang telah diambil. Seiring dengan perkembangan waktu dan
bergantinya generasi, maka Sungai Alas mengalami pendangkalan di beberapa titik, dan titik-titik tersebut dapat kita lihat di sekitaran jalan menuju kecamatan
Ketambe atau ruas jalan menuju Kabupaten Gayo Lues. Secara sederhana peneliti akan merumuskan dengan bentuk skema bagaimana pembagian dari persepsi
Sungai Alas menurut masyarakat Ketambe.
Universitas Sumatera Utara
Skema III.1. Pembagian Persepsi Terhadap Sungai Alas menurut masyarakat Ketambe.
Persepsi Sungai Alas
Berguna
Terbatas Luas
Eksploitasi
Sempit MCK
Pengambilan Pasir dan Batu
Ritual Adat Rekreasi
Konsumsi Ikan Air Minum
III.3 Kondisi Perairan Sungai
Sungai merupakan salah satu sumber air yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Pentingnya sungai ini dapat dilihat dari banyaknya jenis
pemanfaatan yang telah berkembang. Pemanfaatan tersebut baik ditinjau dari kuantitas maupun kualitasnya meningkat setiap tahunnya. Dilain pihak kualitas air
sungai menurun terus dari tahun ke tahun. Dengan situasi seperti ini usaha pelestraian sungai atau lebih spesifik lagi usaha mempertahankan kualitas dan
kuantitas serta keseimbangan antara sungai dan sekelilingnya sanagt diperlukan. Sungai Alas yang secara keseluruhan memiliki panjang ± 150 Kilometer bila
dihitung panjang dari perbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues Rumah Bundar Kecamatan Ketambe sampai dengan Muara Situlen Kecamatan Lawe Alas
panjangnya mencapai 77 Kilometer. Sungai ini merupakan sumber atau urat nadi kehidupan, ekonomi dan sosial masyarakat Aceh Tenggara yang bersumber dari
mata air yang ada di Kabupaten Gayo Lues dan bermuara sampai ke Aceh Singkil.
Universitas Sumatera Utara
Fungsi yang begitu besar dari Sungai Alas menjadikan sungai ini telah dimanfaatkan secara bertahap oleh dinas-dinas untuk mengeksplorasi dan
mengeksploitasi sebagai jabaran dari visi dan misi Bupati Aceh Tenggara. Sungai Alas yang melewati 11 sebelas Kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh
Tenggara, artinya sungai ini memang menjadi sumber penghidupan masyarakat Kabupaten Aceh Tenggara.
Selain berdampak positif bagi masyarakat disekitarnya, Sungai Alas juga kadang kala membawa petaka kepada masyarakat yang berdiam di sepanjang atau
berdekatan dengan Sungai Alas ini. Hal tersebut terjadi karena kerusakan kerusakan DAS Daerah Aliran Sungai yang merupakan daerah tangkapan air
Cathment Area akibat perusakan hutan secara besar-besaran oleh okmun-oknum yang tidak bertanggung jawab. Berbagai bencana alam, seperti banjir bandang,
longsor hingga rusaknya jalan lintas Kutacane-Gayo Lues terjadi tiap tahunnya dan mengalami kerugian harta benda maupun jiwa. Karakteristik dari Sungai Alas
tidaklah begitu spesifik dan cendrung sama dengan sungai-sungai yang ada di Indonesia, namun yang menjadi perhatian banyak kalangan adalah sungai ini
memiliki sifat yang cukup unik, ketika terjadi hujan dengan intensitas tinggi yang berpotensi terjadi banjir bandang maka alur sungai yang lama akan ditinggalkan,
lalu membentuk alur baru yang tidak dapat diprediksi sebelumnya. Dari sejarah Sungai Alas yang berasal dari tetua-tetua kampung bahwa perubahan signifikan
sangat banyak terjadi di Sungai Alas ini. Bentang Sungai Alas dulu tidak lebih dari 30 Meter saja, namun seiring dengan perubahna zaman dari waktu ke waktu
bentang Sungai Alas rata-rata mencapai 130 Meter. Perubahan alur dan perubahan
Universitas Sumatera Utara
DAS Daerah Aliran Sungai membuat Sungai Alas terjadi perkembangan dengan penambahan alur anak sungai yang mencapai ratusan anak sungai yang semuanya
bermuara ke Sungai Alas. Terdapat potensi bencana yang cukup tinggi dimana ada beberapa
indikator atau kriteria yang menentukan daerah ini memiliki kerawanan akan bencana cukup tinggi terutama untuk bencana kekeringan, banjir dan tanah
longsor, adapun indikatornya menurut Dinas Pengairan Kabupaten Aceh Tenggara, Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD Sungai Lawe Alas adalah
sebagai berikut: 1 . Anak Sungai Sub DAS yang mengalir sungai besar DAS
2. Aktifitas penebangan liar atau Illegal Logging 3.
Wilayah atau titik yang mempunyai Intensitas Curah Hujan tinggi 4.
Wilayah atau titik gugusan perbukitan yang mempunyai sudut kemiringan yang curam, dengan sudut Elevasi bervariasi antara 50
derajat sampai 60 derajat. Untuk melihat kondisi perairan Daerah Aliran Sungai DAS Alas, peneliti akan
membaginya kedalam Topografi, Hidrologi, Hidrometeorologi, dan Geomorfologi
Universitas Sumatera Utara
III. 3. 1. Topografi
12
Aceh Tenggara yang secara umum terletak pada elevasi 5-1000 m di atas permukaan air laut dpal. Sehingga berdasarkan peta topografi, wilayah dengan
ketinggian 0-5m dpal terletak pada sebelah selatan Kabupaten Aceh Tenggara, di wilayah ini sering terjadi banjir dan genangan, misalnya peristiwa banjir di
beberapa desa di Kecamatan Semadam, Lawe Sigala-gala, Lawe Alas, Babulmakmur, Lawe Bulan dan Kecamatan Badar. Banjir periodik yang
mengakibatkan berbagai kerusakan dan kerugian ini disebabkan oleh akumulasi dari berbagai kerusakan hutan di bagian hulu DAS Alas dan rusaknya ekosistem
penebangan hutan Taman Nasional Gunung Leuser di daerah hulu atau di bagian Utara Kabupaten Aceh Tenggara. Wilayah dengan ketinggian di atas 1000m dpal
terletak di bagian utara atau bagian utara Sungai Alas. Pada umumnya beda tinggi yang ada sangat drastis, seperti pada Kecamatan Ketambe sebagai contohnya.
Dari bentuk lahan perbukitan lansung ke bentuk lahan kipas aluvial. Kelas kelerengan di Kabupaten Aceh Tenggara beragam dari yang datar 0-3 sampai
yang sangat kelas lereng yang menempati wilayah paling kecil adalah lereng lebih dari 45
. Kelas lereng ini merupakan kelas lereng yang curam dan merupakan daerah yang berbahaya, karena dengan kelerengannya yang sangat curam,
sehingga apabila wilayah tersebut tidak ada penutup lahan dan upaya konservasi tanah dan dengan curah hujan yang tinggi sehingga dapat disimpulkan merupakan
wilayah dengan tingkat kerawanan erosi terbesar. Oleh karena itu sering daerah-
12
Kajian, penguraian atau pemetaan yang terperinci tentang keadaan muka bumi pada suatu daerah Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan
Universitas Sumatera Utara
daerah seperti ini diperuntukkan sebagai kawasan lindung. Kelas lereng seperti ini sebagian besar berada di wilayah Kabupaten Aceh Tenggara bagian Utara, Timur,
dan Barat. Lebih tepatnya pada Kecamatan Ketambe, Badar Darulhasanah, Kecamatan Lawe Alas, Babulrahmah, Lawe Sigala-gala dan Kecamatan
Semadam.
III.3.2. Hidrologi
13
Berdasarkan pola aliran, sungai-sungai di Kabupaten Aceh Tenggara dibedakan menjadi sungai Trellis, sub-dendritik dan paralel. Pada umumnya sungai-sungai di
Kabupaten Aceh Tenggara mempunyai pola parallel. Hal ini dipengaruhi oleh kontur topografi dan struktur yang berkembang pada batuan beku dan batuan
Secara hidrologis Kabupaten Aceh Tenggara dipengaruhi oleh 67 Daerah Aliran Sungai DAS baik yang berukuran besar maupun dengan ukuran kecil. DAS yang
berukuran besar diantaranya, DAS Ketambe, DAS Gurah, DAS Aunan, DAS Mengkudu, DAS Gekhgekh, DAS Mamas, DAS Lawe Bulan, dan DAS Lawe
Setul. Sedangkan yang berukuran kecil umumnya terdapat di daerah dataran rendah. Dengan sungai terpanjang adalah Sungai Alas, dengan panjang lebih
kurang 150 Km Survey UPTD Sungai Alas. Sungai-sungai tersebut bermuara ke Sungai Alas yang selanjutnya mengalir kearah Kabupaten Aceh Singkil. Sungai
yang mempunyai lebar terbesar adalah Sungai Alas dengan bentang 80-150m.
13
Ilmu tentang air di bawah tanah, keterdapatannya, peredaran dan sebarannya, persifatan kimia dan fisikanya, reaksi dengan lingkungan, termasuk hubungannya dengan makhluk hidup
Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan
Universitas Sumatera Utara
sedimen dengan struktur miring landai atau terlipat pada batu lempung, serpih dan batu pasir. Umumnya terdapat pada material kedap air dan teksturnya relatif halus
dengan lereng miring sampai landai.
III.3.3. Hidrometeorologi
14
14
Cabang meteorologi yang berhubungan dengan penggunaannya dalam hidrologi, misal dengan masalah banjir, hidroelektrik, irigasi, dan masalah sumber tenaga air Kamus Besar Bahasa
Indonesia dalam jaringan
Iklim tropis yang ada di Aceh Tenggara dengan musim kemarau berkisar antara bulan Februari sampai dengan Agustus dan musim penghujan berkisar antara
bulan September sampai dengan Januari dengan rata-rata curah hujan sebagai faktor fisik yang bersifat dinamis karena di pengaruhi ruang dan waktu sehingga
rata-rata curah hujan di Aceh Tenggara berdasarkan data curah hujan dari beberapa stasiun pengamatan hujan selama kurun waktu 1985 sampai dengan
2000 adalah 2.855 mmtahun. Sedangkan rata-rata curah hujan bulanan sekitar 237 mm. Musim kemarau di wilayah ini adalah sekitar bulan Juni danAgustus dan
musim penghujan berlangsung pada bulan September sampai dengan Mei iklim di Indonesia berdasarkan sifat curah hujan bulan basah dan bulan kering. Secara
umum ada tiga golongan daerah hujan, yaitu: 1. Daerah basah, memiliki 9 bulan basah tanpa adanya bulan kering.
2. Daerah semi basah, minimal 6 bulan basah dan maksimal 4-5 bulan kering. 3. Daerah kering, maksimal 6-7 bulan basah dan minimal 4 bulan kering
Tohir, 1991 dalam Final Report UPTD Sungai Lawe Alas
Universitas Sumatera Utara
Sehingga menurut ketinggiannya, Kabupaten Aceh Tenggara terdiri dari iklim sub tropis basah pada ketinggian kurang dari 500 meter permukaan laut, sub tropis
pada ketinggian 500-1000 meter dan iklim dingin pada ketinggian lebih dari 1000 meter dari permukaan laut. Rata-rata temparatur udara di kabupaten Aceh
Tenggara sebesar 22,5 C dengan suhu maksimum 32
C dan suhu minimum 12 C.
Kelembaban rata-rata 96,2 dengan nilai kelembaban maksimum pada sore hari pukul 18.00WIB dan kelembaban terendah pada pagi hari pukul 07.00 WIB.
Dengan memepertimbangkan bahwa perubahan suhu udara di suatu daerah dapat di prediksikan perbedaannya, yaitu setiap kenaikan 100meter, akan terjadi
penurunan suhu sebesar 0,6 C.
III.3.4. Geomorfologi
15
15
Ilmu tentang bentuk permukaan bumi masa kini dan proses yang mengakibatkan bentuk itu Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan
Secara fisiografis, bentuk lahan di wilayah Kabupaten Aceh Tenggara bervariasi. Ketinggian wilayah berkisar antara 0 m dpal hingga 1200 m dpal dengan
kelerengan datar di bagian utara sangat terjal, terjal dan landai di bagian selatan. Hamparan daratan yang berada di Kabupaten Aceh Tenggara terdapat perbukitan.
Selebihnya adalah daratan sampai ke arah selatan wilayah Aceh Tenggara. Pegunungan struktural berada di sebelah barat yaitu di sekitar darul Hasanah,
Lawe Alas dan kecamatn Babul Rahmah yang membentang ke selatan dan bagian timur dari Kecamatan Ketambe, Kecamatan Badar, Kecamatan Semadam dan
Lawe Sigala-gala.
Universitas Sumatera Utara
III.3.5. Letak Geografis Sungai Alas DAS dan Sistem Sungai Alas
Secara geografis Sungai Alas terletak diantara anak sungai sub DAS sebagai berikut:
Sebelah utara : Sub DAS Muara Lawe Alas dan Muara Mencirim Sebelah Selatan : Sub DAS Singkil
Sebelah Timur : Sub DAS Lawe Ketambe dan Lawe Mamas Sebelah Barat : Sub DAS Lawe Bulan dan Lawe Gekhgekh
DAS Alas terletak pada Taman Nasional Gunung Leuser mempunyai luas sebesar 23.466 ha. Di bagian barat berbatasan dengan pegunungan Gugusan Gunung
Leuser dan Kota Subussalam, di sebelah selatan dibatasi dengan DAS Muara Sungai Singkil dan sebelah utara berbatasan dengan Sub DAS Sungai Mencirim
dan Muara Lawe Alas Kabupaten Gayo Lues dan sebelah timur berbatasan dengan TNGL-Bahorok.
Sistem Sungai Alas merupakan sungai yang berada pada daerah dengan tiga buah kemiringan memanjang dengan topografis yang berbeda. Zone pertama di bagian
hulu merupakan zone dengan kemiringan memanjang sungai yang relatif terjal lebih dari 10, dengan kemiringan lereng lebih dari 60 dan panjang sungai
utama Sungai Alas berkisar 8km. Zone kedua pada kemiringan memanjang sedang sampai tinggi 4-6 dengan kemiringan lereng sekitar 30-45, dengan
panjang sungai utama 7km. Sedangkan pada zone ketiga dengan kemiringan memanjang sekitar 2 dengan kemiringan lereng kurang dari 30 dan panjang
sungai utama sekitar 3km. Lokasi kawasan wisata Lawe Gerger di desa Lawe Gekhgekh terletak pada kaki bukit zone ketiga. Morfologi Sungai Alas pada
Universitas Sumatera Utara
lokasi wisata tersebut adalah river braided yaitu sungai yang bercabang- cabangdengan gosong pasir yang berada antara cabang-cabang sungai tersebut.
Jenis material gosong pasir adalah berupa pasir, kerikil, dan krakal serta brankal o 1-25 cm. Sifat morfologi sungai braided adalah dianamis, pada kondisi alamiah
dapat berubah lokasi arus utamanya. Banjir pada tipe morfologi bradeid ini umumnya menyebabkan perubahan drastis pada dasar dan profil sungai di zone
tersebut.Untuk lebih jelas, berikut tabel daftar nama-nama Sungai dan anak sungai di Kabupaten Aceh Tenggara:
Universitas Sumatera Utara
Tabel III.1. Nama-nama Sungai dan Anak Sungai di Kabupaten Aceh Tenggara
Nama Sungai Nama Anak
Sungai Desa
PanjangK m
Sungai Alas Lawe Kuta Seri
3.10 Lawe Kelabu
3.00 Lawe Gurah
12.50 Lawe Namo Segiring
5.10 Lawe Ketambe
67.00 Lawe Balelutu
1.50 Lawe Aunan
13.30 Lawe Gunung Malas
2.00 Lawe Sambe Merah
4.50 Lawe Penanggalan
4.70 Lawe Caras
7.80 Lawe Kelambe
5.00 Lawe Mengkudu
13.60 Lawe Didi
3.50 Lawe Srit
3.00 Lawe Pinis
4.90 Lawe Gerger
16.00 Lawe Duk
2.70 Lawe Lekuk
4.25 Lawe Menderung
2.00 Lawe Natam
6.60 Lawe Mamas
23.60
Universitas Sumatera Utara
Lawe Menggie 2.50
Lawe Keminjin 3.00
Lawe Setul 16.50
Lawe Pungge 9.40
Lawe Sikap 15.50
Lawe Nimber 9.90
Lawe Bulan 31.00
Lawe Kisam 17.20
Lawe Kisam 5.30
Lawe Sagu 7.40
Lawe Kerambe 5.20
Lawe Pangkat 1.20
Lawe Ketuban 3.15
Lawe Perlak 2.00
Lawe Pasaran Terutung Payung
2.80 Lawe Kongker
Lawe Tungkal 13.50
Lawe Pio 14.80
Lawe Sempilang Lawe Sempilang
8.20
Universitas Sumatera Utara
III. 3. 6. Debit Banjir
Banjir adalah salah satu bentuk ekstrim aliran permukaan runoff extremes dimana tinggi muka air sungai atau debit sungai melebihi suatu batas yang
ditetapkan untuk kepentingan tertentu Harto, 1993. Sedangkan menerut Hewlett 1982, bahwa banjir adalah setiap aliran air yang merusak harta milik manusia.
Menurut Ward dan Robinson 1990, penyebab dari seluruh kejadian banjira dalah curah hujan yang berlebihan atau curah hujan lebat yang turun dalam waktu yang
lama. Pada kondisi tersebut tidak ada kesempatan air untuk berinfiltrasi kedalam tanah, mungkin karena sedang jenuh, sehingga curah hujan yang turun langsung
menjadi aliran permukaan dan menyebabkan banjir. Selain itu beberapa karakteristik DAS bentuk DAS cendrung bulat yang meningkatkan intensitas
aliran langsung yang sekaligus akan meningkatkan pergerakan air di dalam DAS
seperti penurunan waktu konsentrasi.
Pada dasarnya banjir dibedakan menjadi dua, yaitu banjir yang terjadi sebagai akibat meluapnya debit aliran dari alur sungai dan menggenangi dataran banjir,
yang kedua adalah banjir bandang flash food, terjadi akibat adanya volume air yang sangat besar yang mengalir secara tiba-tiba, seperti jebolnya bendungan
dibagian hulu atau tengah DAS dam break. Pada kasus kejadian bencana banjir yang terjadi di Sungai Alas beberapa waktu yang lalu, dapat disimpulkan bahwa
banjir tersebut merupakan banjir bandang flash food yang terjadi akibat jebolnya bendung-bendung alami yang terdapat pada bagian tengah dan hulu DAS. Debit
maksimum yang pernah dicapai hanya mencapai bibir tebing sungai saja. Fakta ini menunjukkan bahwa timbulnyadebit besar saat bencana tersebut disebabkan oleh
Universitas Sumatera Utara
faktor lain, yaitu adanya bendungan-bendungan alami delta-delta hasil dari penyumbatan alur sungai oleh material longsor dan pohon-pohon yang tumbang.
Bendung-bendung tersebut terjadi akibat adanya material longsor yang membendung atau menghambat aliran sungai sehingga timbul genangan air
ketinggian dan luas tertentu pada alur Sungai Alas. Adanya curah hujan yang deras 101 mm menyebabkan bendung-bendung alami tersebut jebol dan
mengalir ke bagian bawah sehingga menimbulkan efek berantai. Di perkirakan ketinggian muka air saat banjir bandang dari hulu mencapai 10 meter dalam
waktu 30 menit. Potensi bencana yang cukup tinggi dimana dapat menyebabkan banjir ini
memiliki indikator penyebab salah satunya adalah anak sungai sub DAS yang mengaliri sungai besar DAS, dari indikator tersebut, Aceh Tenggara memiliki 20
titikdaerah yang memiliki intensitas kerawanan yang cukup tinggi yaitu: 1. Desa Lawe Dua, Kecamatan Bukit Tusam
2. Desa Kuning Dua, Kecamatan Bambel 3. Desa Titi Kering Bukit Tusam
4. Desa Kampung Baru, Kecamatan Semadam 5. Desa Lawe Gayo Beringin, Kecamatan Semadam
6. Desa Lawe Tua, Kecamatan Lawe Sigala-gala 7. Desa Lawe Alas, Kecamatan Lawe Alas
8. Desa Lawe Sigala-gala, Kecamatan Lawe Sigala-gala 9. Desa Lawe Loning, Kecamatan Babul Makmur
10. Desa Lawe Desky, Kecamatan Babul Makmur 11. Desa Batu Hamparan, Kecamatan Lawe Alas
12. Desa Lawe Lubang Indah, Kecamatan Lawe Alas 13. Desa Meranti, Kecamatan Darul Hasanah
14. Desa Kuta Lang-lang, Kecamatan Darul Hasanah 15. Desa Pulonas Baru, Kecamatan Babussalam
16. Desa Kandang Mblang, Kecamatan Lawe Bulan 17. Desa Lawe Sagu Hulu, Kecamatan Lawe Bulan
18. Desa Kuta Ujung, Kecamatan Badar 19. Desa Lawe Tanduk, Kecamatan Semadam
20. Desa Lawe Sekrah, Kecamatan Badar
Universitas Sumatera Utara
Dari data tersebut di atas, rentan kejadiannya bisa saja tidak secara terus menerus, dimana dapat kita lihat dari sejarah bencana yang pernah terjadi di Aceh Tenggara
yang dimulai sejak tahun 1938 hingga saat ini. Berikit tabel untuk melihat rekaman bencana alam yang terjadi di Kabupaten Aceh Tenggara:
Tabel III.2 Rekaman Bencana Alam di Kabupaten Aceh Tenggara Dari Tahun 1938-2009
Tahun Lokasi Jenis Sebab
Bencana Kerusakan
Material Korban
Jiwa 1938
Desa Kampung Baru, Kecamatan
Semadam Banjir dan tanah
longsor yang diakibatkan
gempa bumi selama 7 hari 7
malam disertai hujan deras
Rumah hanyut dan rusak
Tidak ada
1958 Desa Kampung
Baru, Kecamatan Semadam
Banjir dan tanah longsor
Rumah, sawah, dan ladang
pendudukrusak berat serta
jembatan terputus Tidak
ada
1967 Desa Kuning II,
Kecamatan Bukit Tusam
Meluapnya Sungai Likat
menyebabkan tanah longsor
Rumah rusak ringan,
persawahan dan perkebunan
tertimbun, oleh longsoran tanah
dan batu-batuan. Tidak
ada
1968 Desa Pulonas
Baru, Kecamatan Lawe Bulan
Banjir besar akibat curah
hujan yang tinggi Persawahan
masyarakat Tidak
ada
1973 Desa Lawe
Sigala-gala Timur,
Kecamatan Lawe Sigala-gala
Banjir besar dan tanah longsor
akibat meluapnya Sungai Lawe
Sigala-gala, disertai hujan
deras Rumah rusak 18
unit, sawah dan perkebunan 15
hektar tertimbun longsoran tanah
Tidak ada
1974 Desa Lawe Tua,
Kecamatan lawe Sigala-gala
Longsoran tanah, kayu dan batu-
batuan besar dari pegunungan
Rumah hanyut dan rusak 9 unit,
perkebunan dan sawah 12 hektare
1 Orang
1975 Desa Lawe
Banjir dan Rumah rusak
Tidak
Universitas Sumatera Utara
Beringin Gayo, Kecamatan
Semadam longsor
berat, lahan dan sawah tertimbun
tanah ada
1977 Desa Lawe
Beringin Gayo, Kecamatan
Semadam Banjir dan tanah
longsor Puluhan rumah,
sawah, dan kebun hancur
2 Orang
1981 Desa Kampung
Baru, Kecamatan Semadam
Banjir dan tanah longsor
Rumah rusak ringan
Tidak ada
1981 Desa Lawe Dua
Gabungan, Kecamatan Bukit
Tusam Tanah longsor
akibat meluapnya air terjun Setia
Budi di Lawe Dua
Merusak lahan perkebunan
masyarakat Tidak
ada
1982 Dusun Legri dan
Desa Pulo Kembiri,
Pulonas Baru Banjir
Merusak lahan persawahan dan
perkebunan masyarakat, Pagar
Polres Agara rusak Tidak
ada
1984 Desa Lawe
Beringin Gayo, Kecamatan
Semadam Banjir dan tanah
longsor Merusak lahan
perkebunan masyarakat
Tidak ada
1985 Desa Pulonas
baru, Kecamatan Banjir dan tanah
longsor Merusak lahan
perkebunan masyarakat
Tidak ada
1998 Desa Kuta Ujung
Baru, Kecamatan Darul Hasanah
Banjir disebabkan meluapnya
Sungai Kelang dan anak Sungai
Mamas Terputusnya jalan
menuju Kutacane, Terutung Kute,
Pulo Piku, Kite Merangun, Lawe
Stul, dan Desa Gulo
Tidak ada
2000 Desa Batu
Hamparan, Kecamatan Lawe
Alas Banjir akibat air
turun dari gunung,
sebelumnya terjadi kebakaran
hutan Rusaknya lahan
pertanian karena tertimbun batu-
batu dan kerikil Tidak
ada
2000 Desa Lawe
Sekrah, Natam, Kecamatan
Badar Banjir akibat
meluapnya Sungai Alas
Putusnya jalan Aceh Tenggara-
Gayo Lues 500M Tidak
ada
2001 Desa Lawe Sagu
Hulu, Banjir akibat
rusaknya hutan di Rusaknya lahan
pertanian karena Tidak
ada
Universitas Sumatera Utara
Kecamatan Lawe Bulan
hulu Sungai Lawe Kisam
tertimbun batu- batu dan kerikil
2001 Desa Lawe
Serekah, Natam Kecamatan
Badar Banjir akibat
meluapnya Sungai Alas
Putusnya jalan Kutacane-
Belangkejeren 200 M, dan jembatan
Lawe Semanggur rusak berat.
Tidak ada
2001 Desa Kandang
Blang Mandiri, Kecamatan Lawe
Bulan Banjir akibat
perambahan hutan
Merusak Persawahan
Tidak ada
2003 Desa Lawe Sagu
Hulu, Kecamatan Lawe
Bulan Banjir akibat
rusaknya hutan di hulu Sungai
Lawe Kisam Rusaknya lahan
pertanian dan rumah penduduk
terendam setinggi 40 cm, jembatan
Mbacan Racan Putus
Tidak ada
2003 Desa Kandang
Blang Mandiri, Kecamatan Lawe
Bulan Banjir akibat
perambahan hutan
Menggenagi pasar hitam dan rymah
penduduk selama 6 bulan dengan
ketinggian air 50 cm
Tidak ada
2004 Desa Lawe Sagu
Hulu, Kecamatan Lawe
Bulan Banjir akibat
rusaknya hutan di hulu Sungai
Lawe Uning sebelah Timur
Lawe Sagu Hulu Rusaknya laahan
pertanian karena tertimbun batu dan
kerikil Tidak
ada
2004 Desa Kandang
Blang Mandiri, Kecamatan Lawe
Bulan Banjir akibat
perambahan hutan
Menggenangi rumah penduduk
dengan ketinggian air 50 cm
Tidak ada
2004 Desa Lawe
beringin Gayo, Kecamatan
Semadam Banjir akibat
curah hujan tinggi
Rumah dan lahan pertanian rusak
Tidak ada
2004 Desa Lubang
Indah, Dusun Pasir Sinunang,
Lawe Alas Banjir dan
longsor 12 unit rumah
penduduk rusak dan lahan
persawahan dan perkebunan
Tidak ada
2004 Kuta Lang-lang ,
Dusun Lingga Banjir akibat
meluapnya 18 unit rumah di
bongkar dan 20 Tidak
ada
Universitas Sumatera Utara
Alas, Dusun Rambang
Tumbung, Kecamatan
Babul Rahmah Sungai Alas
hektare lahan pertanian tergerus
air
2004 Desa Meranti,
Kecamatan Babul Rahmah
Banjir akibat meluapnya
Sungai Alas Lahan pertanian
tergerus air Tidak
ada
2005 Kecamatan
Badar Banjir bandang
akibat meluapnya Sungai Alas
105 rumah 3 jembatan beton
putus, ruas jalan Kutacane-
Belangkejeren terputus, air bah
berisi batuan gunung balok
kayu menyapu permukiman dan
satuposko brimob 14 warga
tewas, 18 dirawat
dan 35 orang
hilang
10 Okt
2005 Kecamatan
Semadam dan Kecamatan Lawe
Sigala-gala Banjir dan tanah
longsor akibat oenebangan liar
dan tingginya intensitas hujan
526 rumah rusak, ruas jalan
Kutacane-Medan terputus sepanjang
3 km karena tertutup tanah.
Titik longsor berada 32 km dari
lokasi longsor di kec. Badar 26 april
2005 lalu 21 orang
tewas, 56 di rawat
dan ribuan
mengung si
24 Des
2006 Desa Lawe
Penanggalan, Kecamatan
Ketambe Banjir dan Tanah
longsor akibat penebangan liar
dan tingginya intensitas hujan
5 Ha Lahan perkebunan rusak,
kantor kepala desa rusak parah dan
16b rumah penduduk rusak
ringan lumpur masuk ke rumah
setinggi 30-50 cm Tidak
ada
12 Mei
2006 Desa Darul
Makmur dan Desa Buntul
Kendawi Kecamatan
Darul Hasanah Banjir dan Tanah
longsor akibat penebangan liar
dan tingginya intensitas hujan
Ladang, sawah, dua jembatan
kotak kayu yang hanyut dan satu
unit rumah yang hanyut rusak
total Tidak
ada
Universitas Sumatera Utara
21 Jan 2007
Desa Lawe Loning,
Kecamatan lawe Sigala-gala
Banjir bandang akibat
penebangan liar dan hujan dengan
intensitas tinggi 3 rumah rusak, 20
rumah terendam lumpur
Tidak ada
25 Mei
2007 Kecamatan Lawe
Bulan dan Bambel
Banjir akibat hujan deras dan
angin kencang Pohon tumbang,
rumah rusak Tidak
ada
25 Jul 2007
Kecamatan Lawe Alas, Bambel
Banjir akibat hujan deras
selama 2 hari, Sungai Alas
meluap. Puluhan Ha sawah
dan kebun terendam,
terancam gagal panen
Tidak ada
24 Agt
2007 Kecamatan Lawe
Sigala-gala Anginputing
Beliung Rumah rusak
Tidak ada
1 Des 2007
Kecamatan Bambel
Banjir setelah hujan deras dan
Sungai Alas meluap
Ratusan rumah terendam setinggi
30-50 cm, ratusan Ha sawah dan
perkebunan terendam
Tidak ada
18 Juni
2009 Lawe Sigala-gala Banjir bandang
Lawe beringin Ratusan rumah
terendam Tidak
ada
Sumber: Dinas Pengairan Pemkab Agara, Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD Sungai Alas
Sungai Alas memang bisa membawa bencana apabila masyarakat disekitarnya tidak waspada, seperti yang telah banyak memakan korban dari tahun
ke tahun berdasarkan dari tabel diatas. Beberapa waktu yang lalu juga seorang bocah SD tewas terseret arus Sungai Alas, Ilot 10 seorang murid sekolah dasar
SD, warga Desa Lawe Penenggalan, Kecamatan Ketambe, Aceh Tenggara, sekitar pukul 16.00 WIB tewas terseret arus sungai Alas saat ia sedang mandi
bersama teman-temannya. Jasad Ilot ditemukan warga sekitar pukul 17.00 WIB, setelah terbawa arus sungai sekitar 1 kilometer dari lokasi Ilot tengge lam.
Informasi yang peneliti peroleh dari berbagai sumber di lapangan, menjelaskan
Universitas Sumatera Utara
bahwa saat itu bocah cilik perempuan itu lagi asyik mandi-mandi dengan teman- temannya di sungai Alas yang kondisi airnya sedikit keras dan keruh karena di
daerah itu sedang musim penghujan. Saat itu Ilot lagi asyik mandi dengan teman- temannya sambil berlompat-lompat di sungai. Namun saat melompat karena
kurang hati-hati, Ilot terjatuh dan bagian lututnya terkena batu dan akhirnya Ilot langsung tak sadar dan terseret arus Sungai Alas yang memang cukup deras. Kala
itu seorang warga yang sedang mencari ikan sempat berusaha menolong Ilot dari seretan arus sungai. Pencari ikan tersebut sempat menraik tangan Ilot. Namun
upaya itu kembali gagal karena genggaman tangan penjala ikan tersebut lepas dan akhirnya Ilot hanyut dan berhasil ditemukan di Desa Naga Kesiangan persisnya
dibawah jembatan dengan kondisi sudah tak bernyawa lagi. Tidak hanya Ilot, banyak dari para pendatang yang melakukan penelitian
di Stasiun Penelitian Ketambe maupun warga sekitar yang juga menjadi korban ganasnya Sungai Alas Seperti yang dikatakan Sahuddin salah seorang tokoh
masyarakat kecamatan Ketambe, dia sudah puluhan tahun tinggal di desa Ketambe dan sudah memiliki rumah makan. Namun hampir seluruh warga
masyarakat yang bermukim di bantaran Sungai Alas ini serta yang memiliki ladang, selalu kuatir, karena sungai ini kerap kali banjir dan meluluh lantahkan
tumbuhan yang mereka tanam. Lebih kurang sepanjang 3 Km ladang masyarakat dibawa arus sungai, katanya.
“Ada sekitar 30 hektar lahan udah abis dibawa arus, mau gak mau warga buka lahan baru, trus jadilah perambahan hutan di Taman Nasional Gunung
Leuser,. Itu karena terpaksa dari pada orang ini mengalami kesulitan. Yaaa… untuk gak ngulangin perambahan hutan lagi, pemerintah lah dapat mengambil
inisiatif untuk menyelamatkan areal warga yang belum dibawa arus sungai
Universitas Sumatera Utara
seperti buatkan pembangunan beronjong untuk menetralkan Sungai Alas supaya gak terjadi banjir yang meresahkan warga sini”, lanjut Sahuddin.
Sahuddin menambahkan, jika pemeritah tidak mengambil inisiatif segera maka dalam waktu dekat taman nasional Gunung Leuser menjadi gundul
dihantam abrasi sungai. Sementara itu kepala Desa Lawe Mengkudu Kecamatan Ketambe, Sahbudin menjelaskan, banjir yang kerap terjadi berapa tahun lalu,
mengambil 21 orang korban jiwa. Selain menelan korban jiwa juga 18 unit rumah penduduk di bawa arus. Tanggal 691994 banjir lagi 3 unit rumah hanyut.
Terulang kembali tanggal 2642005. Kejadian ini meluluh lantakkan harta benda dan jiwa. Sebanyak 38 unit rumah ludes 1 unit kantor kepala desa 18 orang korban
jiwa, serta kerugian harta benda tak terhingga, ladang dan tanah wakaf untuk perkuburan juga ludes kata Sahbudin.
“Kami masyarakat kecamatan Ketambe kabupaten Aceh Tenggara mengharapkan pada pemerintah agar pembangunan beronjong
secepatnya terlaksana, demi kenyamanan masyarakat. Konon lagi daerah ini tujuan wisata dan banyak turis asing yang berkunjung seperti
beberapa waktu lalu, sejumlah pejabat luar negeri mengunjungi Ketambe. Demi menjaga kelestarian taman nasional gunung leuser saya sangat
berharap pemerintah mewujudkan pembangunan beronjong Sungai Alas”.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PEMANFAATAN SUNGAI SEBAGAI SUMBER DAYA ALAM